NovelToon NovelToon
In The Shadow Of Goodbye

In The Shadow Of Goodbye

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Nikah Kontrak / Cerai / Angst
Popularitas:575
Nilai: 5
Nama Author: Cataleya Chrisantary

Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sabun mandi

26

              Salma menatap pesan yang dikirimkan oleh Rafa. Rafa mengatakan jika ia hari ini pulang.

From Rafa: Aku udah nyampe bandara. Lagi nunggu pesawat ke sana, mau dibawain apa?

              Salma hanya menatap pesan itu. Ia tidak berminat untuk membalas pesan dari Rafa. Yang sedang Salma pikirkan adalah bagaimana cara dia bertahan dan hidup selama kurang lebih empat belas hari ke depan dengan Rafa.

              Iya memang hanya empat belas hari tapi rasanya itu seperti empat belas tahun. Pasti akan sangat terasa lama jika sudah seperti ini.

              Salma sekarang sedang menatap dirinya sendiri di depan cermin. “Mikir, Sal! Lo harus gimana?” kata Salma pada dirinya sendiri.

              Waktu terus beputar hingga akhirnya, Rafa sekarang sudah sampai di depan apartemennya. Dia tidak mengetuk karena tahu Salma pasti tidak akan membukakan pintu.

              Namun, Rafa langsung disambut oleh Salma. Tidak bukan Salma yang menyambut tapi lebih tepatnya di sambut oleh Salma yang tengah duduk di kursi sambil memakan camilan. Ekspresi wajah Salma saat itu datar dan Rafa sama sekali tidak di sambut atuapun diberikan ucapan selamat datang.

              Rafa dianggap tidak ada di rumah ini. Lelaki itu lalu masuk membawa tas yang cukup besar. Dalam keheningan hanya ada suara televisi Rafa berjalan ke kamar.

              Rafa tidak banyak bicara karena ya mau bagaimana lagi. Hubungannya dengan Salma sebagai sahabatpun sudah hilang. Sekarang Rafa bak tinggal dengan boneka.

              Rafa memilih untuk segera mandi. Lelaki itu lalu mengeluarkan sebuah parfum dari tas yang ia bawa. Parfum yang tipe wangi Salma banget dia beli pada saat di bandara.

              Rafa mengganti baju dan bersiap untuk tidur. Karena Rafa memang datang cukup malam. Penerbangannya memang harus transit dulu tidak ada yang langsung.

              Sebelum tidur, Rafa memasukan terlebih dahulu baju-baju yang akan ia cuci besok. Peraturan di Canda apalagi di tempat tinggalnya cukup ketat. Jadi ada noise sedikit pasti di tegur.

“Sal-“

“Iya, aku pindah,” kata Salma

              Belum juga Rafa mengatakan maskdunya Salma tiba-tiba saja pindah dari kursi dan mematikan televisi. Padahal maksud Rafa bukan itu. Salma masih tetap boleh menonton televisi. Rafa barusan ingin meminta tolong pada Salma untuk membuatkan teh untuknya.

              Tapi Salma sudah memotong terlebih dahulu ucapan Rafa. Alhasil, Rafa hanya bisa menghela nafasnya. Rafa lalu segera membuat teh untuk menghangatkan dirinya sendiri.

              Namun, ketika Rafa telah selesai membuat teh ia baru notice jika ada sabun mandi di dekat tampat cuci piring. Rafa sempat heran namun, ia berpikir mungkin Salma mencuci tangan pakai sabun itu disini.

              Rafa melanjutkan minumnya teh hagnat miliknya. Ia lalu membuka kulkas dan bahan-bahan makanan masih ada namun tidak banyak sisa Salma selama empat belas hari ini. namun yang lebih kentara adalah buah-buahan yang nampaknya habis tidak bersisa.

              Tapi, Ada sedikit hal yang membuat Rafa sedikit tergelitik. Di dalam lemari pendingin itu ada sekitar dua belas botol sparkling water. Dan ada bir yang memiliki tingkat alcohol cukup membuat mabuk untuk yang tidak biasa minum alkohol.

              Rafa sempat berpikir mungkin karena stress saja makanya Salma membeli beberapa botol bir ke tempat tinggal mereka. Hal ini Rafa wajarkan saja karena bagaimana mungkin Salma tidak stress menghadapi segala situai yang serba mendadak ini.

              Rafa sekarang berbaring di beanbag besarnya, menyelimuti dirinya sambil membayangkan ia bisa memeluk salma. Empat belas hari dia berada di tengah laut, tidur dalam kesepian tapi sekarang ketika ia pulang ke tempat tinggal semuanya terasa sama.

              Rafa tidak bisa berkspektasi banyak pada Salma. Meskipun pikirannya sekarang sedang membayangkan tidur di samping Salma, berbaring sambil bertukar cerita bersama istrinya.

              Rafa tertidur dengan nyenyak hingga Rafa tidak sadar ia tebangun pukul sembilan pagi. Dimana, Salma sudah mencuci baju milik Rafa sekalian mencuci miliknya seniri. Dan saat Rafa bangun, Salma sedang mencucui piring.

              Salma tipe yang jarang sekali pake mesin cuci piring karena dirasa ia hanya mencuci bekas makannya sendiri jadi menurutnya agak repot saja.

“Kenapa gak bangunin?” tanya Rafa.

“Susah bangunin kebo,” jawab Salma. Yang berhasil membuat Rafa tertawa di pagi hari. Sampai hampir lupa jika dia dan Salma memiliki beberapa konflik.

              Lelaki itu segera ke kamar mandi membersihkan dirinya. Di meja hanya terlihat ada susu dan sereal saja. Itu menandakan jika Salma sarapan dengan makanan tersebut.

              Rafa melihat susu yang dipakai untuk membuat sereal bekas Salma. Rafa sempat mengernyitkan keningnya. Karena itu adalah susu vegan. Tapi Rafa tidak ambil pusing, karena mungkin saja Salma sedang berksperimen.

              Salma sekarang duduk dan menonton televisi. Tidak banyak yang Salma lakukan setiap harinya.

“Sabun cuci piring mana?” tanya Rafa. Setelah lelaki itu menyelesaikan sarapannya.

“Gak liat apa, itu di situ.”

“Mana? Aku gak liat.”

Salma berdecak kesal. “Ya ampun itu di situ aku simpen di sana dekat tempat cucui piring.”

“Iya, dimana, Salma?”

              Salma lalu menatap Rafa dengan sinis. Perempuan itu berdiri dan menghampiri Rafa dengan kesal.

“Nih, pake itu mata. Masa sabun segede gini gak keliatan sih!” kesal Salma

Lalu Rafa menghambuskan nafas sambil menahan tawanya. “Ini sabun mandi, Salma,” Rafa tertawa. “Kamu udah berapa lama cuci piring pake sabun mandi?”

              Salma mendadak menengang. Tubuhnya mendadak kaku. Karena disamping ia tidak tahu, ia juga cukup malu. Malu atas kebodohannya yang mengira sabun yang selama ini ia pakai adalah sabun cucui piring rupanya sabun mandi. Namun bukan Salma jika tidak mengelak dan tidak mau kalah.

“Sabun mandi apanya,” Salma mendekat lagi menatap Rafa yang tengah tersenyum itu. “Nih lihat. Ini gambarnya juga gambar lemon. Jelas ini sabun cuci piring dengan perasa lemon biar gak mau amis.”

Sambil menahan tawanya, Rafa lalu berkata. “Ini bukan Jakarta, Salma. Disini ada berbagai macam rasa sabun mandi dan salah satunya lemon. Ini yang kamu pakai bukan sabun cuci piring ini sabun mandi.”

              Salma lalu diam tidak bisa menjawab. Iya memang ini kebodohannya yang main ambil begitu saja barang yang padahal ia tidak tahu kegunaanya untuk apa.

“Udah berapa lama cuci piring pake sabun mandi?” tanya Rafa kembali. Awalnya Salma tidak mau jawab. Karena gengsi dan malu.  “Sal, udah berapa lama?”

“Seminggu!” katanya menjawab sambil melenggos begitu saja memilih untuk ke depan televisi lagi. “lagian mana aka tahu itu sabun mandi. Salah pabriknya kenapa sok soan bikin sabun rasa lemon. Udah tau lemon itu buat cuci piring!” kesal Salma menyalahkan produsen saking tidak mau dianggap salah. Perempuan tidak pernah mau salah.

“Aku emang lupa beli sabun cuci piring. Tapi lain kali kalau gak tau tanya ke penjaga-“

“Mana mereka ngerti!” Salma menjawab dengan nada ketus. “Mereka gak bisa bahasa inggris, terus aku gak bisa pake bahasa Francis.”

“Ya minimal tanya ke aku. Kamu telepon atau minimal chat aku kek biar aku kasih tau merk sabun cuci piring yang mana biar gak salah gini.”

              Salma tidak menjawab lagi. Antara malu dan kesal. Sementara itu, Rafa meneruskan tawanya diam-diam. Menurutnya ini sangat lucu, kebodohan Salma yang sok tau itu membuat dirinya nampak begitu konyol saat ini.

              Namun, tidak sampai di situ, pada Saat Rafa akan mengambil baju-baju yang telah selesai di keringkan, Rafa malah menemukan botol cuci piring di dekat nakas-nakas kecil mesin cuci.

“Sal, sejak kapan kamu pake sabun cuci piring buat nyuci baju? Jangan bilang udah seminggu juga?”

Salma kembali dibuat ngefreeze. Lagi-lagi ia salah. Dan kali ini Rafa tertawa terbahak-bahak. Karena menurut Rafa ini begitu lucu. Bagaimana Cara Salma yang berusaha melakukan segalanya sendiri namun ujungnya ia salah.

Sementara itu, kali ini Salma tidak berusaha mencoba untuk mengelak. Karena dua kqali kebodohan dan ke sok tauan nya itu berujung seperti ini. Salma berusaha mandiri tapi ujungnya dia salah.

“Ketawa aja terus. Ya wajarlah salah, orang baru tiga minggu di sini! Aaaah kesel aku mau keluar. Muak aku timbang salah dikit aja ketawa sampe kaya gitu!”

              Rafa tiba-tiba berhenti tertawa emngatupkan kedua bibirnya. Raf memang salah, harusnya meluruskan bukan menertawakan. Rafa akhirnya menyusul Salma ke kamar namun, perempuan tersebut nampak akan pergi.

“Sal, maaf. Aku bukan maksud nertawin kamu.”

              Rafa berusaha minta maaf akan tetapi Salma tidak mendengarkan. Perempuan itu sibuk memakai jaket dan hendak keluar dari apartemen.

“Sal, mau kemana?”

“Bukan urusan kamu!” jawabnya.

“Oke, setidaknya jangan pake sneakers kalau lagi musim dingin gini gak akan cukup. Pake boots.”

              Salma keras kepala tidak mau mendegarkan lalu sekarang perempuan itu pergi keluar entah akan kemana. Rafa kembali mebiarkan Salma karena mengira Salama tidak akan pernah kuat karena dingin.

              Namun setelah di tungguh dua peuluh menit Salma tidak kunjung menghubunginya. Ya sudah, Rafa biarkan saja dulu. Toh, Salma sudah tahu alamat rumah terbukti dari ia berbelanja sendirian.

              Namun baru saja Rafa akan duduk santai, tiba-tiba aja Salma meneleponnya.

“Kan apa aku bilang kamu Cuma punya aku aja selam disini, Salma,” ucap Rafa sebelum mengankat telepon itu.

“Hal-“

“Rafaaaaa..., tolong!” jerit Salma.

Bersambung

Hayo kenapa Salma jerit gitu?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!