Aku Bisa Bahagia Tanpa Kamu, Mas
"Mas, tokennya sudah hampir habis," lapor Rania kepada suaminya.
"Aku tidak punya uang," jawab suaminya santai.
"Lalu bagaimana?" tanyanya.
"Ya coba kamu pinjam dulu, nanti aku ganti," jawab alif suaminya.
Rania menghela napas, ia sudah menduga ucapan suaminya seperti itu. Walaupun ia tidak pernah berhenti berharap, namun selalu dipatahkan dengan jawaban yang sama.Jika menurut banyak orang pernikahan yang sudah berjalan di atas lima tahun telah berhasil secara finansial, itu tidak berlaku untuk rumah tangga Rania Salsabila dan Alif Darmawangsa.
Usia pernikahan mereka sudah 11 tahun, di karuniai seorang putri berusia 10 tahun bernama Alisa Putri dan seorang putra berusia 3 tahun bernama Bintang Dwi Putra. Dari luar hubungan mereka terlihat harmonis, kehidupan mereka juga terlihat cukup padahal kenyataannya hutang mereka menumpuk. Rania jarang sekali di beri nafkah suaminya dengan alasan uang gajinya sudah habis untuk cicilan motor dan kebutuhannya yang lain.
"Aku harus pinjam kepada siapa lagi, Mas?" tanya Rania mulai kesal.
Alif hanya diam seperti biasa, ia lebih memilih menghindar jika tidak ada solusi. Sebenarnya bukan dia tidak peduli namun memang ia malas berpikir lagi, baginya ia sudah melakukan tugasnya sebagai kepala keluarga yaitu membanting tulang. Perkara uang yang ia hasilkan itu cukup atau tidak, itu urusan istrinya. Dan ini sudah terjadi sejak awal pernikahan mereka, awalnya Rania mengira bisa merubah sifat suaminya dengan kasih sayang, nyatanya sampai saat ini tetap sama.
"Mas itu selalu begini, tidak pernah memberi solusi selalu diam dan diam. Aku lelah Mas, hutang kita menumpuk. Setiap hari bukannya berkurang justru terus bertambah," ucap Rania setengah berteriak.
"Lalu aku harus bagaimana, Nia? Aku sudah bekerja, bukannya hanya ongkang-ongkang kaki. Jika hasilnya tidak cukup, lalu mau bagaimana lagi," jawab Alif lembut.
"Ya kamu berusaha Mas, jika tidak cukup ya carilah pekerjaan lain. Anak kita sudah dua, Alisa sudah mau naik kelas 5, Bintang juga masih kecil butuh asupan gizi yang cukup," ucap Rania.
Alif hanya diam, ia menyulut rokok dan memilih keluar merokok. Begitulah dia, selalu memilih menghindar daripada bertengkar dengan istrinya. Mungkin inilah yang membuat rumah tangga mereka bertahan hingga 11 tahun lamanya dengan permasalahan yang sama. Namun bagi Rania justru sikap suaminya membuat dia lelah, selalu menghindar dalam setiap masalah dan kembali dengan sikap biasa seolah tidak pernah ada adu mulut sebelumnya.
Rania harus memikirkan cara untuk mendapatkan uang, jika tidak listrik di rumahnya akan padam. Ia membawa Bintang putra bungsunya, memboncengnya dengan motor menuju rumah kakaknya untuk meminjam uang.
"Assalamualaikum," ucap Rania memberi salam.
"Waalaikumsalam, eh Rania ayo masuk," ajak Tiara, kakak kandung Rania.
"Tumben pagi-pagi sudah kesini, kamu tidak masak?" tanya Tiara.
"Belum Kak, aku mau minta tolong,"
Dengan malu-malu Rania mulai berterus terang, namun ia terpaksa karena tidak ada pilihan lain lagi. Hutangnya kepada kakaknya sebenarnya sudah banyak, namun Tiara tetap selalu membantunya jika butuh pinjaman.
"Kenapa lagi, kamu butuh uang lagi ya? Suami mu tetap tidak memberi mu nafkah?" tanya Tiara sepertinya sudah bisa menduga.
"Aku pusing Kak, rasanya sudah tidak sanggup lagi hidup begini terus. Bukannya tidak mau bersyukur tapi dia sungguh keterlaluan," jawab Rania mulai meneteskan air mata.
"Ini pegang saja, ada uang 500rb kamu pakai saja dulu. Sebaiknya kamu berjualan agar uangnya bisa berputar, dulu kamu kan juga sudah sering membuat usaha. Coba saja berjualan yang tidak perlu modal banyak tapi bisa laku setiap hari, jadi kamu bisa selalu pegang uang," saran tiara sembari menyerahkan uang ke tangan Rania.
Rania menerima uang dari kakaknya dengan penuh rasa haru. Selama ini keluarganya tahu apa yang terjadi dengan kehidupan rumah tangganya bersama Alif, namun mereka tidak terlalu ingin ikut campur. Mereka selalu memberi nasehat yang baik kepadanya, walau suaminya kerap menganggur tapi keluarganya tidak pernah menghina atau meremehkannya. Mereka hanya bisa membantu Rania sesuai kemampuannya.
"Iya Kak, aku mau mencoba menjual gorengan dan makanan ringan serta es saja. Semoga bisa berjalan dengan lancar," ucap Rania.
"Amin," balas Tiara.
Rania segera berpamitan untuk mulai membeli bahan dan jajanan anak-anak di pasar. Sebenarnya ia ingin meninggalkan Bintang bersama suaminya, namun itu tidak mungkin karena putranya selalu menolak bersama ayahnya jika tidak ada dia. Mungkin karena mereka jarang bersama sehingga tidak ada kedekatan diantara keduanya. Suaminya memang selalu sibuk bekerja dan jarang mempunyai waktu bersama keluarga kecil mereka, namun entah mengapa ia merasa bayaran yang suaminya dapatkan tidak pernah sesuai dengan waktunya bekerja.
Terkadang ia berpikir suaminya berbohong tentang gajinya, namun segera di tepisnya pikiran buruk itu dari kepalanya. Suaminya sebenarnya baik, sabar namun kurang tegas dalam segala hal. Dia sudah berusaha menerima kekurangannya selama ini, namun tuntutan hidup yang semakin besar kerap membuat mereka bertengkar dan bertengkar lagi karena keadaan.
"Kamu bawa apa saja itu, kok banyak sekali?" tanya Alif ketika Rania datang membawa banyak belanjaan.
"Mbak Tiara memberi aku pinjaman, aku mau mulai berjualan lagi. Ini kamu isi token listriknya," jawab Rania sembari menyodorkan kertas token.
Ya seperti inilah mereka, setelah bertengkar jika masalah terselesaikan keadaan akan segera membaik. Namun Rania akan memilih diam berhari-hari bila tidak ada solusi.
"Memangnya kamu mau jualan apa?" tanya Alif.
"Aku ingin mencoba jualan gorengan, itu sudah beli pisang, tempe, benjes, sama bahan tahu isi dan ote-ote. Kalau yang kresek hitam itu jajanan anak-anak, pasti laku karena di sini dekat dengan kos-kosan dan taman kanak-kanak," jawab Rania.
"Ya tapi kamu jangan terlalu lelah, Bintang juga butuh perhatian mu," ucap suaminya.
"Iya aku tahu Mas, aku tidak akan seperti kamu yang tidak bisa menjalankan kewajibannya," balas Rania kesal.
Selama ini ia tidak pernah melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan ibu, bahkan semua itu lebih penting dari dirinya sendiri.
Setelah memasak nasi, ia memandikan anaknya Bintang. Alisa di antar sekolah oleh ayahnya, sementara ia memasak. Setelah semua pekerjaan rumah selesai barulah ia mulai mempersiapkan untuk mulai berjualan. Beruntung Bintang tidak pernah rewel asal ada dirinya di deket putranya, jadi dia bisa melakukan aktivitasnya sembari mengawasi putranya bermain.
Suaminya segera mandi selepas mengantar putrinya sekolah, lalu bergegas sarapan dan menemani Bintang bermain sebentar.
"Kamu tidak kerja hari ini, Mas?" tanya Rania.
"Nanti sore, jadi sekarang masih bisa menemani Bintang bermain," jawab Alif.
"Kamu harus menabung Mas, dua bulan lagi kontrakan ini habis. Jangan sampai nunggak, aku malu," ucap Rania.
"Iya aku tahu, aku usahakan sebelum waktunya akan aku bayar," balas Alif.
Bintang terlihat bermain dengan ayahnya, ia merasa gembira sekali. Kebersamaan mereka memang sangat jarang karena Alif terlalu sibuk bekerja, namun walaupun begitu Bintang akan menangis jika di tinggal ayahnya berangkat kerja.
"Dek, aku minta uangnya untuk beli rokok ya," pinta Alif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Mbak Rina
salah milih suami ..menderitanya seumur hidup, kasihan anak-anaknya
2024-09-14
0
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
ya Allah mending r nduwe bojo. byk laki2 yg g paham tgjwbnya dan byk pula istri yg krn g sanggup mengandalkan pemberian suami u kbthn yg sllu kurang akhrnya memilih u bekerja dg tujuan memperbaiki ekonomi mrka tp yah mn ada crtanya suami sadar n trmkasih sdh dbntu istri yg ada kl pun pnya uang lbh akan dsbnykan dan mmbiarkan istri yg usaha
2024-09-14
1
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-03-23
0