Jangan Cintai Aku, Tuan Casanova

Mungkin Pelangi wanita bodoh yang memilih jatuh kedalam lubang yang sama, namun bagaimanapun pria yang kini tidur disampingnya adalah suami sahnya, meski pelangi begitu membencinya.

ia pun tidak menyangka bisa mengusap pucuk kepala pria yang merubah garis kehidupannya, ia tertidur begitu lelap setelah mendapatkan haknya, nyatanya setelah kejadian 4 tahun lalu pria ini juga sangat menderita, pelangi bersyukur setidaknya ia mengingatnya sebagai kesalahan dan masih berusaha mencari keberadaan dirinya.

Wanita itu tersenyum getir saat semalam ia mengingat tatapan mencemooh Daffin, apakah ia baru menyadari jika istrinya bukanlah seorang perawan?

"Bunda siti, bukankah kau selalu mengajarkanku dulu jika kelak aku harus menjadi seorang istri yang baik? Apakah aku sudah cukup baik?" Pelangi kembali tersenyum namun kali ini dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.

Ia tak bisa selamanya seperti ini, berada disamping Daffin membuat pelangi Yakin suatu saat akan membuatnya tidak ikhlas meninggalkan dunia ini, ia tak ingin terjebak dalam sebuah kehidupan yang normal, Pelangi ingin seperti dulu ketika Dokter Isyana pergi dan ia yakin tak akan ada lagi yang akan menangisi kepergiannya.

"Maaf Tuan" Lirih pelangi dan bergegas kekamar mandi guna membersihkan tubuhnya sambil menahan rasa perih didaerah intinya.

.

.

.

"Apa!!!"

"Iya tante maafkan aku, Aku terpaksa melakukan itu semua karena sampai sekarang Daffin belum juga menyentuhku, aku malu tan....."

"Kau gila Cleo!"

"Iya tante aku gila karena terlalu mencintai Daffin, namun karena rasa cintaku yang dalam aku tidak bisa mendiamkan ini semua, Daffin harus segera mendapatkan pertolongan."

"Diam! tante sangat marah padamu!"

Rasa kantuk yang mendera Paula Saat menerima panggilan cleo pada saat dini hari ini seketika menguap begitu saja, ia teringat ada pelangi di dalam apartemen Daffin, bagaimana jika putra kesayangannya itu justru menyentuh Pelangi hingga gadis itu mengandung benih penerus keluarga Jaxton.

"Tidak!"Sentak Paula dengan gusar, ia segera memgambil kembali ponselnya dan mengetik pesan kepada Cleo agar menyusulnya ke apartemen dan berharap semuanya tidak terlambat.

Paula berangkat menuju apartemen mewah Daffin, dan tentu saja ia diberi ijin masuk, siapa yang tidak mengenal Paula? Istri dari mendiang Alexander Jaxton dan ibu Daffin Jaxton, tak lupa pula Paula menitip pesan kepada securyti yang berjaga agar membiarkan Cleo masuk nanti ketiga gadis itu tiba. Paula memperlihatkan foto Cleo kepada securiti yang baru berganti sip jaga itu.

"Daffin....."

Brak

Brak

Brak

Paula menggedor gedor pintu apartemen Melvin namun tak mendapat jawaban, pikirannya semakin kalut tatkala melirik kearah unit milik Daffin yang ia ketahui kini ditinggali oleh Pelangi selama masa kontraknya dengan Daffin.

"Arghhhhhh dasar Cleo bodoh, Daffin juga bisa bisanya ia tidak mengijinkan Cleo masuk! Sial!" ingin rasanya Paula menjambak rambutnya sendiri, mengingat betapa bodoh calon menantunya itu yang tidak bisa mengerjakan hal kecil semacam ini, padahal dulu saat menjebak Alexander paula berhasil hanya dengan satu kali percobaan.

Kini Paula sudah berdiri dihadapan unit Daffin, tentu ia tak memiliki akses masuk sehingga ia kembali menggedor pintu dengan kasar meski terdapat Bell disana.

Pelangi yang meringis dan merintih kesakitan duduk bersimpuh dilantai dengan tangan yang bertumpu pada sofa,ia menenggelamkan wajahnya diatas kedua tangannya.

Dadanya benar benar bergemuruh tak karuan sehingga menimbulkan detak yang semakin tak karuan diselingi rasa nyeri yang seakan ingin membunuhnya.

dress katun lengan pendek dibawah lutut yang ia gunakan memperlihatkan beberapa lebam yang mulai membiru di bahu dan juga lengannya, dan yang paling parah adalah disekitar bibirnya itu terlihat persis seperti orang yang baru saja mengalami kekerasan, padahal hal itu karena Daffin memaksa mencium bibirnya.

Pelangi bangkit dan berjalan terseok menuju pintu masuk, ia sudah tidak mengintip melalui door viewer.

"Nyonya" Lirih Pelangi saat mendapati Paula yang menghujaminya dengan tatapan membunuh.

Alis Paula saling bertautan melihat keadaan wanita sekaligus istri kontrak putranya itu, ia yakin Daffin sudah meniduri Pelangi dan sedikit melakukan Kdrt melihat lebam di tubuh pelangi.

"Apa putraku melakukan ini kepadamu?" Paula menoel salah satu lebam pelangi yang terpatri di lengannya.

Pelangi hanya tertunduk tak menjawab, harusnya ia meringis karena sentuhan Paula begitu terasa begitu nyeri.

Melihat diamnya Pelangi, paula menyeringai puas, setidaknya Daffin tidak memperlakukannya dengan baik. Yah putranya itu memang harus menyentuh Pelangi karena tak ada gadis lain disini. karena jika itu tidak terjadi Daffin mungkin akan setengah gila akibat hasrat yang tidak tersalurkan.

"Dimana Daffin??"

Paula melenggang hendak masuk kedalam kamar utama, namun suara pelan pelangi menghentikannya.

"Dia ada dikamar tamu nyonya"

Tanpa menoleh kearah Pelangi Paula membalik arah dan membuka dengan kasar pintu kamar pelangi dan menemukan Daffin yang tengah tidur tengkurap dan hanya menutup bagian bokongnya dengan selimut.

Tak lama berselang pintu kembali diketuk, Paula memberi isyarat agar pelangi membuka pintu karena Cleo sudah datang.

Pelangi tahu wanita cantik dihadapannya adalah seorang model yang merupakan kekasih Daffin, ini adalah kali ketiga mereka bertemu.

"Kau!!!" Cleo menunjuk wajah pelangi yang kini menunduk, ia mengenali wajah cantik nan imut itu, wanita itu adalah wanita yang menabraknya di lobi hotel beberapa waktu lalu, Cleo juga penasaran mengapa wanita itu bisa ada di apartemen Daffin.

"Tante mengapa wanita itu ada di sini?" Cleo memghentakkan kakinya menuju ke Paula.

"Dia hanya pelayan yang baru saja disentuh Daffin"

"Apa!!!" Pekik Cleo, tapi setelah sepersekian detik ia sudar menormalkan kembali mimik wajahnya, ia baru ingat jika Daffin adalah casanova ia tidak masalah kekasihnya tidur dengan wanita lain asalkan pada akhirnya ialah yang akan menjadi Nyonya Daffin Jaxton.

"Sudah cepat masuk sana" Paula membantu Cleo melepas seluruh pakaiannya hingga polos dan berbaring di samping Daffin.

"Lanjutkan apa yang sudah kau mulai Cleo, tante akan mengurus pelayan itu"

Paula mengeluarkan semua unek uneknya kepada pelangi, mulai dari ia yang sangat membenci dokter isyana hingga anaknya, sehingga Paula tidak sudi jika Daffin nantinya akan kembali menyentuh Pelangi dan membuatnya mengandung benih Daffin yang notabene akan menjadi penerus Keluarga Jaxton.

Tak lupa Paula mengingatkan jika Pelangi hanyalah istri kontrak yang akan ditendang setelah masa kontrak berakhir.

Untuk itu Ia mengajak pelangi untuk tinggal di mansion utama.

"Aku tidak menerima penolakan!, atau jangan bilang kau mulai jatuh cinta dengan putraku"

"Tidak Nyonya" Pelangi masih terdengar sopan namun kedua kepalang tangannya sudah mengepal sempurna, ia bisa menerima semua hinaan atas dirinya tapi tidak dengan Dokter Isyana, wanita itu adalah penyelamat hidupnya.

"Aku akan mengikuti anda untuk tinggal di Mansion utama, tapi tolong tarik kata kata anda yang mengatakan ibuku seorang ****** dan wanita penggoda" Paula memang menghina habis Dokter Isyana.

"Apa katamu! Berani kau memerintahku!" Paula hendak melayangkan sebuah tamparan namun ia teringat gadis cantik dihadapannya adalah pemilik 20 persen saham hotelnya, ia takut jika berbuat kasar akan membuat Pelangi tidak menurut lagi kepada Daffin. Sebenarnya Paula juga Heran mengapa Pelangi sebodoh itu hendak menyerahkan sahamnya dengan cuma cuma setelah satu tahun, meski Saham itu bagi paula memang hak Daffin.

"Baiklah aku tarik kembali kata kataku" ketus Paula sambil melipat tangannya didepan dada.

Kini ia meminta agar pelangi bersiap untuk pindah.

Bagi Pelangi tinggal di mansion utama mungkin akan lebih baik dari pada disini, ia juga takut Daffin kelak akan menyentuhnya lagi.