Silvya karena kematian saudara kembarnya memutuskan bergabung dalam organisasi mafia saat berumur 17 tahun. kemampuannya dalam ilmu beladiri menjadikannya Ratu Mafia yang disegani. Ia tidak segan-segan menghabisi musuhnya saat itu juga.
karena sebuah penghianat dalam organisasinya menyebabkan dia mengalami kecelakaan tragis yang hampir meregang nyawanya.
Dokter Dika, niatnya menolong malah harus menikahi orang yang ditolongnya karena digrebek warga.
Bagaimana Silvya membongkar penghianatan dalam Wild Eagle dan menemukan dalang dibalik kematian saudaranya?
Bagaimana pernikahan Dokter Dika dan Silvya akan berjalan dan bagaimana reaksi dokter yang terkenal dingin itu saat mengetahui wanita yang dinikahinya itu adalah Ratu Mafia yang disegani?
Ikuti kisahnya, bukan plagiat jika ada kesamaan nama tokoh itu bukan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35. Send to Hell
Malam ini Silvya benar benar merasa bahagia, karena keluarga Dika menerimanya dengan sangat baik. Sepanjang perjalanan pulang ke rumah wajahnya selalu dihiasi senyum. Sedangkan Dika, pria ini terlihat menekukkan wajah tampan miliknya.
Ckiiiit…..
Dika memarkirkan mobilnya di garasi rumah dengan parkir yang sempurna. Keduanya pun turun dari mobil dan masuk ke rumah. Silvya terkekeh kecil dengan kelakuan Dika yang lagi lagi belum pernah ia lihat. Dika berjalan ke dapur lalu mengambil air minum dari dalam kulkas. Ia meletakkan kembali botol tersebut dan berjalan ke kamarnya tanpa menoleh ke arah Silvya.
" Haish… kalau lagi mode ngambek gini dia bener bener lucu. Hehehehe."
Silvya kembali ke kamarnya. Dia berpikir akan menemui Dika selepas membersihkan tubuhnya dan berganti baju.
Bukan tanpa alasan Dika terlihat ngambek dan kesal begitu. Tadi saat berada di rumah kedua orang tuanya, Aryo sang ayah meminta Dika memulangkan Silvya terlebih dahulu ke rumah kedua orang tuanya. Dika sempat menolak, tetapi ancaman Aryo berhasil membuatnya patuh.
" Mas… nggak bisa gini. Kalian belum beneran sah lho. Vya harus pulang dulu."
" Yah… kok gitu. Selama ini kami nggak ngapa ngapain kok. Kenapa Vya harus pulang?"
" Bukan masalahnya nggak ngapa ngapain. Ingat 2 orang bersama yang ketiganya syaiton. Ayah takut kamu lepas kontrol."
" Tapi yah…."
" Tidak ada tapi tapi. Atau pernikahan kalian ayah undur sampai tahun depan."
" Huft… iya oke… baik…"
Dika sungguh kesal mendengar pengaturan dari sang ayah. Terbiasa di rumah ada Sivya membuatnya kalang kabut jika Silvya tidak ada. Rasa kesal itu bertambah saat Silvya menyetujui ucapan sang ayah.
Dika yang berada di kamar bersungut sungut mengingat ucapan ayahnya tadi.
Haish… ayah ada ada aja. Kalau Sisi pulang kan rumah jadi sepi. Aku nggak ada temennya lagi.
Dika selesai mandi dan kali ini dia merebahkan tubuhnya di ranjang besar miliknya
Tok….tok….tokkk.
" Mas…. Aku masuk ya…"
" Hmmmm"
Silvya terkekeh geli mendengar jawaban Dika. Sungguh dokter kulkas itu seperti anak kecil saat ngambek begini. Ini adalah sisi lain yang orang orang pasti tidak akan tahu.
This moment is special for me, batin Silvya.
" Mas aku bawain susu hangat nih."
Dika mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk dan bersandar pada headboard kasur. Silvya berjalan mendekat dan mengulurkan segelas susu hangat untuk Dika. Tanpa bicara apa apa Dika mengambilnya dan meminumnya sampai habis lalu meletakkan gelasnya di atas nakas
" Gimana… enak…"
" Enak … tapi menurutku lebih enakkan yang itu."
Mata Silvya mengikuti arah mata Dika. Silvya pun memundurkan tubuhnya saat mengetahui apa yang Dika maksud dan menutupi dadanya dengan kedua tangannya.
" Ya ampun mas… kau kenapa begitu mesum."
" Kau hanya bicara jujur saja. Lebih enak itu."
Silvya menggelengkan kepalanya. Ia tahu Dika masih kesal. Silvya pun duduk di ranjang tepat di sebelah Dika. Ia meraih tangan Dika dan mengusapnya lembut.
" Aku tahu kamu masih kesal. Tapi yang dibilang ayah ada benernya juga. Kalau kalau hormon testosteron itu beneran meledak gimana?"
" Huft… iya aku juga berpikir begitu. Tapi rasanya aneh aja pasti. Biasanya ada kamu tiba tiba kamu nggak ada."
Dika kini menatap mata coklat sang istri dan membelai rambut silvya dengan lembut.
" Sisi…. Bolehkah aku memanggilmu begitu."
Deg…. Silvya terkejut mendengar panggilan itu. Panggilan itu hanya Zion yang melakukannya.
" Jangan terkejut, aku tahu itu panggilan kesayangan saudara kembarmu untuk mu. Bolehkan aku memakainya? Aku ingin kau mengikhlaskan Zion."
Silvya terdiam, ia tidak tahu harus berkata apa. Mungkin ikhlas yang dimaksud Dika benar benar merelakan Zion dan tentu saja Silvya belum bisa.
Melihat istrinya tidak merespon apapun, Dika langsung membaringkan Silvya. Ia memeluk Silvya dengan erat.
" Si… aku tahu itu berat. Tapi aku ingin itu tidak membelenggumu. Tidurlah.. Besok kau harus menghadapi kenyataan tidak ada lagi yang memasak untuk ku saat kamu pulang ke rumah."
Silvya terkekeh kecil mendengar ucapan Dika. Suaminya Itu memang pandai mengubah suasana hati.
Dika lalu menarik selimut dan menutupi tubuh mereka. Malan ini mereka hanya tidur melepaskan semua lelah untuk menyongsong hari esok.
🍀🍀🍀
Dika ingin mengantarkan Silvya pulang ke rumah kedua orang tuanya namun Silvya menolak. Ada hal yang harus diurus di markas jadinya ia berkata pada Dika akan pulang sendiri saja.
" Mas berangkatlah ke rumah sakit aja. Tidak usah mengantarku. Kan aku ada mobil juga."
" Tapi aku nggak enak ngebiarin kamu pulang sendiri."
" Aku mau mampir ke perusahaan dulu mas. Jadi nggak pa pa."
" Ya udah kalau gitu hati hati ya. Aku berangkat."
Silvya meraih tangan Dika lalu menciumnya dan Dika membalas dengan mencium kening Silvya.
" Assalamualaikum…"
" Waalaikumslama mas… hati hati."
Dika pun berlalu. Silvya langsung menghubungi Drake di markas.
" Bagaimana Drake…"
" Dapat Q. Kemarilah aku tunggu."
" Baik… aku akan segera kesana."
Benar benar seperti mata uang koin. Silvya yang manis dan lembut di hadapan suaminya berubah menjadi dingin dan kejam saat bersama organisasinya.
Silvya tidak lagi berdandan cupu. Ia kembali menjadi Q si Queen Mafia yang disegani. Menggunakan celana jins warna hitam, kaos lengan panjang warna navy ditambah sebuah jaket kulit hitam dan sneakers warna putih, sungguh tampilan Silvya begitu memukau.
Ia pun menggunakan kacamata hitam untuk menutupi matanya dari silau sinar matahari.
" It's time to play….!!"
Silvya menyeringai, seringai yang begitu menakutkan. Ia menyalakan mesin mobilnya dan menekan pedal gasnya dalam.
Brmmm….
Silvya melaju dengan tenang. Mobilnya keluar dari komplek perumahan Dika dan membaur bersama mobil mobil lain di jalan raya. Tujuannya markas Wild Eagle.
Sekitar 1 jam 30 menit akhirnya silvya sampai di markas. Semua orang yang ada di ruang pusat kebugaran itu menunduk hormat saat Silvya melintas. Dan silvya hanya mengangguk lalu mengibaskan tangannya meminta mereka melanjutkan kegiatan.
Silvya masuk ke dalam markas dengan memindai mata dan sidik jarinya.
Tiiiit ceklek….
Pintu terbuka. Nampak Drake tengah sibuk dengan monitor monitor nya dna Geoff tengah adik mengusap senjata senjata yang ada di sana.
" Apa yang kau dapat Drake?"
" Oh Q, kau sudah datang. Kemarilah dan lihat sendiri."
Geoff yang tadinya sibuk ikut mendekat ke arah Drake dan Silvya. Ketiganya sma asmaa menatap layar monitor tersebut dengan tajam.
" Haish….ternyata ini yang dia lakukan." Silvya memundurkan badannya lalu duduk di salah satu kursi yang mengitari meja diikuti oleh Geoff juga. Drake memutar kursi miliknya dna menghadap ke Silvya dan Geoff.
" Brengsek itu si blacky memang layak disebut anjing." Umpat Geoff.
" Ternyata dia memperkaya dirinya sendiri Q. Selama ini juga dia menggelapkan dana kita." Imbuh Drake.
" Then, what are we going to do with this traitor?"
" Destroy, send to hell."
Geoff dan Drake tersenyum mendengar jawaban Silvya. Memang para penghianat harus dimusnahkan agar tidak ada yang berani lagi berkhianat.
TBC