Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara drakor
tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu. Farid pun membuka pintu kamarnya. Ternyata Ummi yang datang.
"Farid, ini baju untuk istrimu. Mana dia?"
"Itu, ada Mi."
Ummi celingukan mengintip keberadaan menantunya.
"Sayang, dicari ummi nih!"
Suara dan panggilan Farid membuat Siena terpukau.
"Ah dia pintar sekali berakting." Batin Siena.
Siena pun menghampiri mertuanya itu. Ummi melihat jalan Siena yang tidak biasa. Dalam pikiran Ummi timbul yang bukan-bukan. Ummi pun mengulum senyum.
"Siena, ini baju untukmu. Semoga cocok ya."
"Pasti cocok, ummi. Terima kasih."
"Hem iya, sama-sama. "
Setelah Siena kembali masuk ke dalam kamar, Ummi membisikkan sesuatu kepada Farid.
"Farid, pelan-pelan. Jangan grasak-grusuk utu anak orang masih kecil, kasihan. Lihat utu jalannya sampai begitu."
Farid menelan salivanya sendiri. Rupanya kali ini Umminya sudah salah paham. Padahal Siena jalan begitu, karena habis terjatuh. Ia hanya bisa tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Malam pun tiba. Siena memakai baju yang dibelikan mertuanya. Ia dan Farid keluar dari kamar untuk makan malam bersama keluarga. Nampak jalan keduanya tidak biasa. Hal tersebut menimbulkan persepsi berbeda bagi kedua orang tua Farid. Mereka mengira anak dan menantunya sudah berhasil mencetak gol. Ummi dan Abi hanya bisa mengulum senyum melihat keduanya. Sedangkan Fauzan yang masih polos merasa heran melihat abang dan kakak iparnya.
"Bang, kenapa mbak dan abang jalannya kayak gitu?"
"Sst... Faiza! Bukan urusanmu, ayo makan!" Tegur Ummi.
Faiza pun langsung melanjutkan kegiatan makannya. Farid dan Siena duduk di kursi makan. Siena melayani suaminya. Baru kali ini ia melakukannya. Hal tersebut ia lakukan karena tidak enak hati kepada mertuanya. Ummi pun senang melihatnya.
"Ayo Siena, makan yang banyak. Kalau nggak suka masakannya bilang ya. Nanti Ummi bisa bilang sama bibi biar masak kesukaanmu."
"Siena suka kok, ummi. Ini enak."
"Alhamdulilah kalau begitu."
Ummi merasa senang, karena menantunya menyukai makanan di rumahnya.
"Mbak Siena, nanti tidur denganku yuk! Kita nonton drakor bareng."
"Eh eh... apaan kamu bilang? Nggak bisa ya, istri abang harus tidur sama abang." Sahut Farid.
Faiza menutup mulut. Ia lupa kalau Siena adalah istri abangnya, dan tentu saja akan tidur sekamar dengan abangnya. Siena hanya bisa mengulum senyum.
"Hehe... maaf lupa bang."
Setelah selesai makan malam, mereka masih ngobrol di ruang tengah. Sedangkan Farid kembali ke kamar untuk melanjutkan pekerjaannya. Ummi bercerita tentang Farid kepada Siena. Mulai saat Farid kecil hingga Farid dewasa. Jika dari cerita yang ummi sampaikan, Siena menangkap bahwa suaminya itu adalah tipe pria yang penyayang meski tidak romantis.
"Siena, jangan dengarkan rumor di luar sana! Dari kecil kami mendidik anak-anak kami dengan bekal ilmu agama. InsyaAllah mereka tidak akan melenceng. Apa lagi Farid! Dia itu tidak pernah yang namanya pacaran bukan karena tidak suka dengan perempuan. Tapi karena dia itu takut menyalahi syari'at agama. Dulu dia pernah suka sama seseorang, namun sayangnya orang itu sudah menemukan jodohnya duluan. Jadi Farid tidak melanjutkan keinginannya. Dari sejak itu sampai sekarang, baru Farid mau menikah denganmu. Padahal beberapa kali kami sudah mengenalkannya bahkan menjodohkannya dengan seorang gadis yang menurut kami baik. Tapi dia kekeh menolak. Ternyata dia lebih memilihmu. Ummi sangat senang mengetahui dia mau menikah denganmu. Semoga kalian berdua cepat dikaruniai momongan. Agar kehidupan rumah tangga kalian menjadi lebih kuat. Tapi Ummi juga tidak memaksamu untuk segera hamil kok. Hehe...."
Tanpa sadar Siena mengamini do'a mertuanya. Setelah mendengar perkataan mertuanya, Siena jadi berpikir semakin dalam tentang suaminya. Mungkin selama ini ia memang telah salah paham. Karena sudah jam 9, Farid pun keluar dari kamarnya hendak menjemput istrinya. Namun di tangga, mereka berpapasan.
"Sudah selesai ngobrolnya?"
"Hem, sudah."
Farid pun balik lagi. Mereka masuk ke dalam kamar.
"Apa pantatmu masih sakit?"
"Eh tidak, sudah tidak."
"Benarkah? Biarkan aku periksa."
"Eh tidak-tidak! Tidak perlu!"
"Aku hanya khawatir. Jika terjadi sesuatu, maka akulah yang bertanggung jawab atasmu."
Siena memikirkan perkataan suaminya. Akhirnya ia pun memastikannya sendiri. Saat masuk je walk in closed Siena berkaca dari belakang. Dan benar saja, pantat bagian atasnya nampak lebam.
"Duh, gimana coba aku bilangnya."
Siena mengganti bajunya dengan baju piala yang dibelikan mertuanya. Setelah itu, ia keluar dari ruangan tersebut. Farid menunggunya di ambang pintu. Hal tersebut membuatnya sedikit terkejut.
"Huh... bikin kaget saja!"
"Gimana, hem?"
"Apanya?"
"Itu! " Tunjuk Farid pada bagian pantat istrinya.
"Sedikit lebam."
"Apa... jangan dibiarkan! Ayo aku kompres pakai air dingin."
"Ti-tidak usah!"
"Sesekali menurut!"
"B-baiklah!"
Farid keluar dari kamarnya untuk mengambil air dingin dan washlap. Tidak lama kemudian ja kembali dengan membawa wadah berisi air dingin.
"Berbaring lah!"
Siena pun menurut.
"Tengkurap!"
"E... aku bisa sendiri."
"Diam! Ini sulit. Jangan keras kepala! "
"Huh... iya, iya."
Siena pun tengkurap sambil menggigit bibir bawahnya. Farid menyingkap sedikit piala Siena. Ia juga menurunkan sedikit celana Siena. Antara takut dan gemas Farid mulai mengompres pantat istrinya.
"Ssshh... " Siena mendesis.
"Tahan sedikit. Kalau dibiarkan akan semakin parah."
Pelan-pelan Farid mengompresnya sambil memijatnya tipis-tipis.
"Tenang Farid, anggap saja ini bonus. Kamu halal kok melihatnya." Batin Farid.
"Apa sudah selesai?"
"Sedikit lagi."
"Hem... "
Siena menikmati pijatan kecil suaminya. Entah kenapa timbul pikiran yang tidak-tidak dalam otak Farid. Namun ia menyangkalnya sendiri. Dalam benak Siena pun, ia memikirkan tentang perkataan Ummi.
"Pak suami.... "
"Iya...ada apa?"
Siena membalikkan badannya. Kini posisinya berbaring terlentang.
"Aku.... "
Farid mengerutkan keningnya. Ia sedang menebak apa yang ingin dikatakan istrinya.
"Aku...ingin nonton film drakor. Apa boleh pinjam laptop?"
"Oh... aku kira ada apa. Iya pakai saja! Pekerjaanku sudah selesai. "
"Terima kasih."
"Hem... "
Farid memberikan laptop nya kepada Siena. Lalu ia menonton drakor sambil bersandar di sisi ranjang. Farid yang penasaran pun ikut nimbrung. Ia mendekati istrinya. Bersamaan dengan itu, di layar laptop terpampang adegan ciuman. Farid ikut menontonnya. Keduanya fokus pada layar laptop. Siena teringat ciumannya dengan Farid tadi sore.
Tiba-tiba Farid mematikan laptopnya.
"Lah, kok dimatiin sih?"
"Astaghfirullah.. jangan dilanjutkan, dosa!"
"Huh... tanggung juga."
"Kamu.... "
"Ssttt... " Siena menutup bibir Farid dengan telunjuknya.
Entah kenapa Siena ingin sekali mencium suaminya. Ia pun berinisiatif mengecup bibir Farid.
Cup
Setelah itu, ia langsung kabur ke kamar mandi. Farid mengulum senyum melihat tingkah istrinya. Rupanya Siena sudah mulai luruh.
"Kamu yang mulai. Jadi jangan menyesal nanti." Lirihnya sambil menyeringai.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...