Cinta akan menemukan pemiliknya. Sebuah ketidaksengajaan, keterpaksaan, dan perjodohan, bisa menjadi jalan untuk menyatukan dua hati yang berbeda.
Seorang gadis SMA bernama Aira, terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang duda bernama Affan yang merupakan ayah sahabatnya, Faya.
Mengapa pernikahan itu bisa terjadi?
Akankah pasangan beda usia itu bisa saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ria aisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Tamu Pria
Aira menjalani home schooling di rumah setiap hari karena mendekati ujian nasional. Affan membiarkannya memilih waktu dan mata pelajaran apa yang ingin diberikan banyak waktu.
Setelah sakit tempo hari, Affan juga memanggilkan guru les privat untuk Faya. Dia tidak ingin putrinya itu kelelahan karena harus bolak-balik keluar rumah untuk melakukan aktifitas dan sedikit beristirahat.
Affan merasa tenang meninggalkan Aira di rumah karena ada tiga orang asisten rumah tangga yang menemaninya. Dia juga tidak perlu khawatir lagi ada seseorang pria yang menggodanya.
Akhir-akhir ini Affan sudah mulai khawatir jika Aira di dekati oleh teman prianya. Ada rasa takut kehilangan meskipun belum sampai ke tahap cemburu.
"Aira, hari ini ada temanku yang akan datang. Mungkin sekitar jam makan siang. Em, aku pergi dulu ke kantor, ya." Affan berpamitan pada Aira.
"Baik, Mas. Nanti aku suruh dia menunggu sebelum, Mas Affan pulang." Aira meraih tangan Affan lalu mengecup punggung tangannya.
Faya telah berangkat pagi-pagi sekali bersama Pak Toni karena hari ini dia sedang piket.
Aira mengantarkan Affan hingga ke depan pintu dan melambaikan tangannya untuk melepaskan kepergiannya. Keduanya terlihat seperti layaknya pasangan yang bahagia.
Setelah mobil Affan yang dikendarai oleh sopir barunya meninggalkan halaman rumah, Aira kembali masuk. Hari ini jadwal home schooling akan dilakukan pukul tiga sore.
Bi Sumi sedang membersihkan taman di samping rumah. Hari ini terlihat cerah meskipun semalam hujan dengan derasnya. Aira berjalan mendekatinya dan membatunya untuk merawat bunga-bunga yang ada di sana.
"Ada yang bisa kubantu, Bi? Bunga-bunga ini cantik sekali apakah bibi yang memilihnya?" Aira memegang beberapa bunga lalu mendekatkan wajahnya untuk mencium aromanya.
"Iya, Nyonya. Tuan Affan terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia hanya memberi saya uang untuk memperindah taman ini," jelas Bi Sumi.
Aira mengangguk.
Di kampungnya sebagian bunga-bunga yang ada di taman itu dibiarkan liar. Di rumah lamanya sebelum di jual, Aira juga memiliki beberapa pot tanaman hias. Hatinya tiba-tiba merasa rindu pada kampung halamannya.
Setelah kedua orang tuanya meninggal satu tahun lalu, om dan tantenya menjual semua harta peninggalan almarhum ayah dan ibunya. Hanya Om Agung satu-satunya keluarga yang dimilikinya saat ini.
"Nyonya terlihat sedih, apakah ada hal yang tidak berkenan dengan taman ini? Nyonya bisa membantu saya mengaturnya biar lebih tertata," ucap Bi Sumi.
Sebenarnya wanita itu tahu jika Aira bersedih pasti bukan karena taman ini, tetapi dia sengaja mengatakan hal ini agar dia melupakan kesedihannya.
"Ah, tidak, Bi. Taman ini sudah bagus. Biar seperti ini saja." Aira mencoba untuk tersenyum meskipun terkesan dipaksakan.
Mereka kembali membersihkan taman dan memangkas beberapa tanaman hias. Tanpa mereka sadari waktu hampir mendekati pukul sepuluh pagi. Aira segera berpamitan pada Bi Sumi dan bersiap untuk menyambut tamu Affan.
Sebagai istri seorang pengusaha, dia harus berusaha untuk berpenampilan yang elegan.
"Sepertinya dandanan seperti ini membuatku terlihat lebih tua dari usiaku. Ah, tapi sudahlah. Mungkin setelah ini aku harus belajar lagi tutorial di youtube." Aira mengamati wajahnya di depan cermin.
Dia mengenakan gamis yang sedikit bagus dari biasanya. Jilbab yang digunakannya senada dengan gamisnya dengan make up tipis yang memoles wajah cantiknya.
Bel rumah telah berbunyi. Aira cepat-cepat meninggalkan kamarnya menuju ke ruang tamu.
Jika bukan Affan yang datang, pasti orang itu adalah tamu penting yang mereka tunggu.
Bi Sumi terlihat sedang mempersilakan duduk seorang pria berwajah bule ketika Aira tiba di sana. Aira melihat ke luar dan tidak mendapati siapapun di sana. Sepertinya pria itu hanya datang seorang diri.
'Rupanya tamu ini hanya datang sendiri. Bagaimana ini? Aku merasa tidak nyaman jika hanya duduk berduaan dengan seorang pria yang bukan mahrom. Mana dia dari tadi melihatku terus. Ah, aku minta Bi Sumi untuk menemaniku saja. Tamu itu pasti bisa memaklumi hal ini,' gumam Aira dalam hati.
"Bi, tolong tetap di sini sampai Mas Affan datang, ya," pinta Aira.
"Baik, Nyonya." Bi Sumi mengangguk. Dia tahu betul bagaimana sifat kedua para majikannya.
Setelah Bi Sumi duduk disebelahnya, Aira menatap sekilas tamunya. Sejak kedatangannya mereka belum bertegur sapa.
"Selamat pagi menjelang siang, Pak. Saya Aira, istrinya Mas Affan. Beliau berpesan untuk menyambut bapak selama dia masih dalam perjalanan," ucap Aira memperkenalkan dirinya.
'Jadi ini istrinya Affan. Cantik dan sangat muda. Wajahnya terlihat polos dan penampilannya sederhana. Pantas dia tidak melirik Amanda.' Pria itu berdiri dan mengulurkan tangannya pada Aira.
****
Bersambung ...
Kak numpang promo novel karya temanku, ya. Terimakasih.