Di Antara Berjuta Insan,Kupilih Dirimu

Malam semakin larut,kesunyian semakin terasa,di tengah keheningan suasana kamar,detak jarum jam terasa bergema nyaring,tik...tik...tik...jarum petunjuk detik itu terus bergerak tanpa lelah membentuk lingkaran.

seorang wanita perlahan naik ke atas ranjang,membaringkan tubuhnya,bersiap untuk menyambut alam mimpi,sekaligus mengistirahatkan tubuh,di susul seorang pria yang juga naik ke atas ranjang yang sama dan melakukan hal yang sama.

tanpa di komando,posisi mereka saling berhadapan satu sama lain.

"mas..."

"iya sayang,ada apa?"tanya pria itu,melihat raut wajah sendu istrinya,dia khawatir sekaligus bingung,takut merasa sesuatu,sakit perut misalnya atau ada hal yang mengganggu pikirannya.

"gimana keadaan putri kita di sana ya mas?"tuturnya,sebagai seorang ibu wajar bukan mama Amelia merasakan kekhawatiran tentang bagaimana anaknya yang baru saja menikah.

"tenang sayang,aku yakin dia baik -baik saja,aku percaya Azzam adalah pasangan terbaik di tentukan oleh Allah"

mama Amelia mengangguk,dia juga berpikir seperti itu,di lihat dari bagaimana akhlak kedua orang tua ustadz Azzam di masyarakat,dia percaya kalau putranya pasti akan memperlakukan putri mereka dengan baik.

ketika akan mengirim lamaran,mereka tidak asal,mereka sudah mencari informasi dari beberapa orang tentang pria yang akan mereka jadikan calon menantu,setelah yakin barulah...

tapi tetap saja,rasa khawatir itu ada di hatinya,anak yang dia kandung,asuh dan besarkan,akhirnya menjadi milik orang lain dan tinggal bersamanya.

"aku juga percaya dengan Azzam mas"

"meski sebenarnya aku belum puas tinggal kembali bersama Jana setelah 5 tahun hidup terpisah"seperti yang di katakan di awal,bagaimana keadaan mereka"tapi di sisi lain,senang,karena akhirnya Jana menetap di Indo,meski mulai sekarang tinggal terpisah,setidaknya kalau mau bertemu langsung setiap hari,bisa"ungkap mama Amelia.

"mas juga seperti itu,Jana itu putri semata wayang kita,tapi pada akhirnya seorang putri pasti akan di bawa oleh pasangannya"

"iya ya mas,aku rasanya tidak menyangka bayi kecil kita sudah dewasa sekarang dan menikah"papa Brian mengangguk setuju,meski begitu,bagi setiap orang tua,sebesar apapun seorang anak,tetap akan di anggap bayi kecil.

"lebih baik kita tidur sekarang"usul papa Brian,di setujui oleh mama Amelia karena malam pun sudah semakin larut.

...****************...

di sisi lain,pasangan baru suami istri semakin di liputi kecanggungan,awalnya kabut kecanggungan itu tipis,mendadak menjadi tebal,tadi mereka masih bisa terliat biasa,karena masih bisa menjaga jarak,tapi sekarang,malah hampir tidak ada jarak.

selesai sholat sunah 2 rakaat,mereka menuju pembaringan,tapi bukan pembaringan terakhir ya,namun kasur empuk yang mulai malam ini akan di tiduri oleh dua orang,kasur yang luas akan terasa menyempit.

"kamu sudah siap istriku?"

"hah..."tiba -tiba otak Senja nge -blank,di tanya seperti itu membuat otaknya traveling kemana -mana,"ma...mak...sud ka...ka...mu..."suaranya terasa sangat sulit keluar di tenggorokan,hasilnya hanya suara terbata yang keluar.

ustadz Azzam yang mendapati respon Senja seperti itu,jadi bingung sendiri,berpikir apa pertanyaannya salah?atau sangat menakutkan?atau malah dirinya yang menakutkan?

kalau saja Senja mengetahui isi kepala suaminya sekarang,dia pasti akan menggerutu kesal,apa pria itu tidak sadar dengan pertanyaannya yang ambigu?,katanya.

padahal pertanyaan yang di lontarkan ustadz Azzam tidak salah,andai di waktu lain,kalau dalam situasi sekarang,kurang tepat,malah terdengar ambigu.

"ya...maksud aku,kamu siap tidur satu kasur denganku?,kalau belum,aku bisa tidur di sofa"jelasnya,kebetulan di kamar mereka ada sofa berukuran sedang,tidak cukup untuk menampung tubuhnya yang panjang,dan bisa di pastikan besok tubuhnya akan terasa pegal,tapi hal itu tidak masalah,kenyamanan istrinya jauh lebih penting.

mendengar penjelasan ustadz Azzam,Senja akhirnya bisa bernafas lega,nafasnya yang sempat tercekat,kembali lancar jaya,dia sempat su'uzon tadi,"iya mau,siap nggak siap,kita kan sekarang sudah suami istri,masa baru nikah aku udah jadi istri durhaka"masa dia enak -enakan tidur di kasur,suaminya tidur di sofa.

"kamu nggak termasuk durhaka Senja,soalnya aku yang mau dan aku tidak merasa terpaksa"Senja manggut -manggut paham,sekedar yang di katakan ustadz Azzam,untuk lebih luas,waallahua'lam bisshawab...

"kalau begitu ayo kita tidur sekarang,besok pagi mau ke rumah mama kan?"

"iya mas,ayo..."

perlahan Senja naik ke atas tempat tidur,kemudian dia menggeser tubuhnya hingga sampai ke ranjang bagian kanan,dekat dinding,memberikan bagian luar untuk sang suami.

"silahkan mas..."

kemudian ustadz Azzam naik ke atas ranjang,perlahan dia membaringkan tubuhnya dengan posisi miring,setelah pria itu berbaring,baru Senja berani membaringkan tubuhnya,dengan posisi yang sama dengan ustadz Azzam,posisi keduanya saling membelakangi satu sama lain.

tidak ada lagi yang buka suara,masing -masing mereka diam,bergelut dengan pikiran masing -masing,dan lama -lama rasa kantuk menyerang,tanpa di sadari lelap pun tiba,dua insan yang awalnya sama -sama di landa ketidaknyamanan,baru pertama kali tidur di satu ruangan yang sama dengan lawan jenis,dan satu ranjang pula.

kemarin dan hari ini lagi nggak sakit,jadi hari ini up bisanya cuma sedikit...

like,comment dan subscribe...