Dikhianati oleh adiknya, dibuang oleh suaminya, kehilangan anak dalam kandungannya, hidup Huang Miaoling tidak bisa lebih buruk daripada sekarang. Ketika dia berusaha menyelamatkan suami yang sangat dia cintai, yang dia dapatkan adalah dua bilah pedang yang menembus tubuhnya tanpa belas kasihan.
"Di kehidupan berikutnya, aku, Huang Miaoling, akan membalas semuanya!"
Sebuah sumpah yang terucap karena hati yang tak rela. Tidak ada yang menyangka kalau sumpah itu akan membawanya ke sepuluh tahun sebelumnya. Sepuluh tahun sebelum semua mimpi buruk itu terjadi.
"Dengan kesempatan ini, aku akan membalas semua orang yang telah menindasku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LuciferAter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Percakapan dengan Huang Qinghao
Suara jangkrik yang nyaring di luar ruangan bak harmoni merdu menyelimuti ruangan hening itu. Dua orang di dalam ruangan itu saling menatap untuk waktu yang lama, tak ada yang angkat bicara. Masing-masing dari mereka memiliki pikiran mereka sendiri.
Huang Qinghao akhirnya angkat suara. “Putriku, bagaimana menurutmu mengenai perjodohanmu?”
Dengan tenang, Miaoling menyesap tehnya. Kemudian, dia membiarkan cangkir teh itu terdiam di antara jari-jari tangannya, menghangatkan dirinya. “Tidak masalah,” jawab Miaoling singkat, enggan mengucapkan penolakan yang dia tahu akan berakhir dengan kejatuhan ayahnya.
“Aku tidak melihat kau bahagia,” lanjut Qinghao menekan sebuah jawaban yang jujur. “Miaoling, kalau kau tidak menyukai Pangeran Mahkota, aku akan mencari cara untuk membatalkannya.”
“Tidak!” teriak Miaoling. Ketika sadar kalau reaksinya berlebihan, Miaoling mengalihkan pandangannya. “Tidak perlu, Ayah. Kau tidak perlu melakukan hal itu.”
Qinghao sedikit bingung dengan reaksi putrinya. Penolakan Miaoling terhadap usulannya membuat Qinghao sempat berpikir kalau Miaoling memang bersedia melanjutkan pernikahan ini. Akan tetapi, ekspresi wajahnya ketika mengucapkan kalimat selanjutnya membuat Qinghao merasa kalau gadis ini memiliki caranya sendiri untuk membatalkan pernikahan ini.
“Apakah kau mencintai Pangeran Mahkota?”
“Tidak,” jawab Miaoling singkat membuat ayahnya terbelalak.
“Lalu—!”
“Cinta bisa tumbuh seiring waktu,” jelas Miaoling dengan sebuah senyuman. “Bukankah hal yang sama terjadi dengan Kakak Kedua dan Kakak Ipar Kedua?” Miaoling menatap ayahnya polos, menyembunyikan perasaan jijiknya terhadap ucapannya sendiri.
Qinghao ingin berkata, “Tidak semua orang memiliki keberuntungan seperti Kakak Kedua dan Kakak Ipar Keduamu.” Akan tetapi, dibandingkan mendorong putrinya untuk membatalkan pernikahan ini, Qinghao memutuskan untuk berkata, “Ya …. Kau tidak salah.” Lagi pula, Qinghao tahu kalau membatalkan pernikahan ini hanya akan menyulut amarah Permaisuri yang akan berujung pada kemarahan Kaisar juga.
“Hanya saja ….”
Jenderal Besar itu segera menatap Miaoling yang terlihat kesulitan. “Hanya saja?”
“Aku merasa bersalah telah memisahkan Adik Keempat dengan kekasihnya,” ujar Miaoling dengan wajah penuh rasa bersalah.
Mendengar ucapan Miaoling membuat Qinghao mengerutkan dahi. “Apa maksudmu?”
Mata Miaoling membesar, memperlihatkan dia telah mengatakan sebuah rahasia yang seharusnya disembunyikan. “Ah, bukan apa-apa.”
“Katakan kepadaku!” bentak Qinghao dengan tegas. Ada sesuatu yang ditutupi Miaoling … dan suatu hal itu menyangkut Huang Wushuang dan Pangeran Mahkota!
Mata Miaoling bergerak-gerak seakan kebingungan. Kemudian, dia menarik napas dalam. “Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan hal ini. Akan tetapi, Pangeran Mahkota adalah kekasih Adik Keempat.”
Qinghao menepuk mejanya dengan keras, membuat Miaoling sedikit kaget. “Huang Miaoling! Kau tidak boleh berbicara sembarangan! Kalau kau memang tidak menyukai perjodohanmu, Ayah bisa membantumu membatalkan pernikahan ini. Akan tetapi, kau tidak bisa mencoreng nama baik adikmu!” teriak Qinghao dengan tangan bergetar. Kentara kalau Jenderal Besar itu benar-benar marah.
Di dalam benak Qinghao, berputar segala kemungkinan. Akan tetapi, yang paling jelas adalah Miaoling yang sedari awal memang tidak menginginkan pernikahan ini. Gadis itu tidak menunjukkan penolakan secara terus-terang, tapi dia juga menyatakan kalau dia tidak mencintai Pangeran Mahkota. Ekspresi Miaoling juga membuat Qinghao curiga kalau gadis ini memiliki sebuah rencana.
Tapi, apakah Miaoling … gadis yang seperti ini?
Hati kecil Qinghao ingin mengesampingkan kemungkinan ini. Akan tetapi, instingnya mengatakan kalau ada yang salah. Bertahun-tahun dia berjuang di medan perang, ratusan strategi dia hadapi, jangan heran kalau hatinya selalu dipenuhi kesiagaan dan kewaspadaan. Sejak dia kembali, Qinghao merasa kalau instingnya sedikit memperingatkannya mengenai Miaoling. Ada yang berbeda dengan gadis itu dibandingkan terakhir kali dia melihatnya.
“Ayah … kau membuatku takut,” ujar Miaoling dengan tubuh gemetar.
Sadar kalau dirinya menakuti putrinya, Qinghao menghela napas dan memaksakan dirinya untuk tenang. ‘Huang Qinghao! Miaoling adalah putrimu sendiri. Bagaimana mungkin kau mencurigai dirinya?!’ Kemudian, pria itu berlutut di hadapan Miaoling dan mengusap wajah putrinya itu dengan lembut. “Miaoling, Miaoling sayang, maafkan Ayah. Ayah tidak bermaksud membentakmu.” Qinghao menatap Miaoling bagaikan gelas kaca yang begitu mudah pecah. “Akan tetapi, kau harus menjaga ucapanmu. Kau bisa merusak reputasi adikmu dan juga menyinggung keluarga kerajaan!”
Tangan Ayahnya yang begitu kasar akibat terlalu lama berjuang di medan perang terasa begitu hangat di wajah Miaoling. Mata Miaoling tertutup, menikmati kehangatan ayah yang sudah lama tidak dia rasakan. Kemudian, Miaoling menyentuh tangan ayahnya.
“Ayah, aku tidak berbicara sembarangan. Tadi, di istana, ketika aku sempat tersesat di pavilion dekat kolam bunga teratai, aku melihat Wushuang dan Pangeran Mahkota sedang berkencan. Mereka hanya berdua, saling berbicara dan saling ….” Miaoling menghentikan ucapannya dan berpura-pura malu.
Melihat ekspresi wajah putrinya, kerutan di kening Qinghao menjadi semakin dalam. “Apakah mereka melakukan—?!” Satu kemungkinan yang sangat mengerikan muncul di benak Qinghao.
“Oh, ya ampun! Tidak!” Miaoling berbisik dengan nada tinggi. “Mereka hanya saling … memeluk,” Miaoling berkata dengan samar.
Mendengar hal ini membuat wajah Miaoling memerah. Di sisi lain, Qinghao terlihat sangat marah. Bagaimana mungkin Wushuang bersikap seperti itu?! Saling memeluk?! Di mana harga diri gadis itu?!
Melihat tangan Qinghao mengepal, Miaoling menggenggam tangan Qinghao. “Ayah, jangan marah. Aku yakin itu hanyalah emosi sesaat saja. Pangeran Mahkota adalah pria yang begitu gagah dan tampan. Tak hanya itu, dia adalah calon kaisar di masa depan! Tak heran kalau Adik Keempat terpikat pada pria itu,” ucap Miaoling. “Di sisi lain, Wushuang … dia adalah gadis yang cantik dan baik hati. Lembut dan begitu rapuh. Tentu saja Pangeran Mahkota tertarik padanya. Akan tetapi, sekarang … karena aku ….”
Miaoling tidak ingin Qinghao pergi dan menegur Wushuang mengenai sikapnya. Kalau Qinghao pergi menegur gadis itu, Wushuang akan menggunakan seribu satu cara untuk mengelak pernah melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, Qinghao cukup tahu dan tidak melakukan apa-apa. Miaoling hanya perlu tingkat kewaspadaan Qinghao terhadap Wushuang untuk bertambah.
Semakin Qinghao waspada terhadap Wushuang, pria itu akan memperhatikan setiap hal yang Wushuang lakukan. Dengan begitu, Wushuang tidak akan bisa melakukan semua hal dengan leluasa. Di bawah mata elang ayahnya, Wushuang akan terpojok.
‘Ketika tikus terpojok, maka dia akan berusaha menggigit balik,’ ujar Miaoling dalam hati. Miaoling menghela napas lega. “Akan tetapi, tidak masalah, Ayah. Aku sudah berbicara dengan Wushuang tadi di kereta. Dia sudah meyakinkanku untuk tidak khawatir. Sejak perjodohan itu diumumkan, Wushuang telah memutuskan untuk menjaga jarak dengan Pangeran Mahkota. Bagaimanapun juga, Wushuang tahu kalau Pangeran Mahkota akan menjadi suamiku.”
“Begitukah?” Qinghao masih tidak bisa sepenuhnya yakin. Di usia muda, perasaan suka tidak akan dengan begitu mudah sirna. Sebaliknya, semakin dilarang, maka cinta itu akan semakin membara. Akan tetapi, Wushuang adalah putrinya. Gadis itu paling penurut dan memiliki etika terbaik di keluarga Huang. “Baguslah kalau adikmu bisa mengerti. Akan tetapi, sikap tidak senonoh itu ….”
“Ayah, jangan menyalahkan Wushuang. Aku juga sudah membicarakan hal itu kepadanya. Sebagai saksi, aku tahu dengan jelas kalau Pangeran Mahkotalah yang menghampirinya duluan. Sebagai seorang wanita lemah, apa yang bisa Wushuang lakukan? Untung saja, gadis itu masih bisa menghindar ketika Pangeran Mahkota mencoba menciumnya,” ucap Miaoling. Dalam sekejap, Miaoling berpura-pura kaget, “Oh!”
Ucapan Miaoling membuat kening Qinghao kembali berkerut. “Apa?! Menciumnya?! ******** itu!”
“Ayah! Kecilkan suaramu!” tegur Miaoling. “Bagaimanapun juga, pria itu adalah Pangeran Mahkota, putra Kaisar.”
“Miaoling! Bagaimana mungkin kau bersikap begitu tenang? Walaupun aku lebih sering menghabiskan waktuku di medan perang, tapi aku masih bisa mendengar rumor yang tersebar mengenai beberapa orang, termasuk Wang Zhengyi! ******** itu …. Aku tidak rela menikahkanmu dengan ******** itu!” geram Qinghao.
Putri satu-satunya dengan Wei Ningxin, permata mereka. Kalau Wei Ningxin mengetahui hal ini, Qinghao bisa membayangkan betapa marahnya wanita itu. Kalau saja dirinya bukan seorang Jenderal dan keluarganya bukan keluarga yang begitu berpengaruh terhadap Kerajaan Shi, mungkin saja Permaisuri dan Kaisar tidak akan menargetkan Miaoling.
Miaoling menarik tangan Ayahnya ke wajahnya, menenangkannya. “Ayah, walaupun kita adalah keluarga militer. Akan tetapi, kekuasaan sebenarnya ada di tangan Kaisar dan keluarga kerajaan. Kita tetap harus menghormati mereka. Pernikahan ini … tidak bisa dibatalkan.”
Huang Qinghao menatap putri kesayangannya itu. Wajahnya tidak berubah jauh, masih begitu mirip dengan ibunya. Akan tetapi, setiap ekspresi terlihat begitu … dipaksakan dan direncanakan. Apa yang terjadi dengan putrinya yang selalu ceria dan sembrono? Kalau Miaoling masih sama dengan Miaoling yang dulu, dia pasti sudah merengek meminta pernikahan ini untuk dibatalkan.
“Miaoling, apa yang terjadi padamu?” tanya Qinghao.
Hati Miaoling merasa diremas ketika mendengar nada sedih yang mengiringi ucapan ayahnya. Kenapa? Kenapa ayahnya sedih? Bukankah ini yang selama ini semua orang harapkan darinya? Menjadi seorang wanita yang tegas dan cerdas? Wanita yang piawai dalam mengatur emosinya?
Miaoling menurunkan tangan ayahnya. “Ayah, aku sudah dewasa. Ibu sudah meninggal untuk waktu yang lama. Sudah saatnya … aku membagi tugas denganmu untuk menjaga ketenteraman keluarga kita.” Tiba-tiba, Miaoling ingat akan sesuatu. “Ayah, aku ingin meminta plakat rumah tangga dan hak asuh Hanrong dan Junyi.”
“Apa?” Qinghao tidak bisa menahan rasa kagetnya. “Apa yang ingin kau lakukan? Kau jelas tahu kalau Jingxiang mengurus kedua hal itu.”
“Aku yakin kau dengar kejadian pagi ini dari Wushuang.” Huang Miaoling menatap ayahnya dalam-dalam.
Sesuai dugaan Miaoling, mata ayahnya tidak terlihat kaget. Huang Qinghao memang sudah tahu mengenai apa yang telah Miaoling lakukan kepada Jingxiang dan Huang Wushuang tadi pagi. Akan tetapi, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat karena kaget Miaoling bisa mengetahui hal ini.
Di sisi lain, Miaoling tersenyum, teringat ekspresi mengerikan ayahnya ketika keluar dari kereta kuda bersama Wushuang membuat Miaoling tahu kalau Wushuang telah memberitahunya … setengah kebenaran dan setengah kepalsuan. Karena gadis itu telah membentangkan karpet untuknya, maka Miaoling akan dengan senang hati berjalan di atas karpet tersebut sembari menyambut semua masalah yang Wushuang siapkan.
“Aku tidak tahu apa yang telah Wushuang katakan pada ayah. Akan tetapi, bisa aku pastikan aku tidak merasa bersalah sedikit pun telah melakukan apa yang telah kulakukan tadi pagi,” ucap Miaoling sembari menuangkah teh di gelasnya. Pandangannya jatuh kepada pot Anggrek di meja ayahnya. Itu adalah pot Anggrek yang dulu dirawat oleh ibunya. “Anggrek masih hidup, tapi ibu sudah tidak ada. Waktu terus berjalan, aku pun beranjak dewasa. Aku bisa membedakan yang mana salah dan benar.”
Huang Qinghao menatap pot Anggrek yang masih terlihat segar, sama seperti beberapa tahun yang lalu. Mata Qinghao menjadi sendu dan tenggorokannya tercekat. “Apa yang kau lakukan adalah menekan adikmu. Wushuang pasti merasa kalau kau sedang merendahkan ibunya.”
Qinghao tidak berada di tempat kejadian. Akan tetapi, cerita Wushuang dan ekspresi sedih gadis itu ketika menceritakan semua hal ini kepadanya di kereta membuat Qinghao percaya kalau kejadian itu memang terjadi. Selain itu, Miaoling juga tidak mengelaknya. Hal ini membuat Qinghao sedikit kebingungan.
Sejak kecil, Miaoling diurus oleh Jingxiang. Bahkan ketika gadis itu ingin belajar pedang, Jingxiang tidak melarang dan hanya memanjakannya. Semakin dewasa, Miaoling semakin melunjak dan setiap kali Jingxiang mau menegur gadis itu, dia tidak tega dan hanya bisa menyerah. Akan tetapi, karena Jingxiang memanjakannya, Miaoling juga sangat menyayanginya.
Lalu, apa yang terjadi dalam sepuluh bulan ini sampai-sampai Miaoling tega menghukum Jingxiang?! Ditambah lagi kejadian tadi!
Tiba-tiba, Qinghao menyadari sesuatu. Jingxiang memanggil Miaoling dengan panggilan ‘nona’ dan bukan lagi namanya. Begitu asing, begitu dingin ….
“Miaoling, tidakkah kau ingat betapa Jingxiang begitu menyayangi dan memanjakanmu sejak kecil?” tambah Qinghao lagi, mencoba mengungkit kasih lama yang mungkin terpendam karena sebuah dendam yang tidak Qinghao ketahui.
Kepala Miaoling berputar cepat menatap Qinghao. ‘Ini, sifat inilah yang membawamu kepada kematianmu sendiri!’ Miaoling menutup matanya. ‘Begitu polos, begitu naif. Tidak heran di kehidupan yang lalu aku begitu ditindas. Sifatku begitu mirip denganmu, Ayah!’
Memang ucapan Qinghao tidak salah. Jingxiang memang memanjakan Miaoling, bahkan lebih dari anaknya sendiri. Akan tetapi, tindakan wanita itu bak buah manis di luar dengan ulat di dalam. Wanita itu sengaja memanjakan Miaoling, membuat gadis itu berpikir kalau dia bisa melakukan segalanya, sekaan dunia berputar di dalam telapak tangan mungilnya. Semakin usia Miaoling bertambah, sifat egois Miaoling pun sudah tak bisa ditahan. Menjadi putri tak beretika yang hanya bisa bermain pedang dan memiliki reputasi yang buruk.
Kalau dipikir-pikir, orang pertama yang menggali liang kubur untuk Miaoling … tidak lain adalah Jingxiang.
Miaoling menggertakkan giginya. Benaknya berputar ke kehidupan sebelumnya ketika dirinya menerima kabar kalau ayahnya telah tiada. Selagi ayahnya sakit-sakitan, Miaoling sedang sibuk mengurusi urusan pemerintahan. Tidak ada yang memberitahunya mengenai kondisi ayahnya. Setelah semuanya terlambat, Miaoling baru mengetahui kalau ayahnya diracuni … dengan racun yang sama seperti yang digunakan Jingxiang untuk membunuh ibunya.
Tangan Miaoling mengepal, kuku-kukunya terbenam di daging telapak tangannya. Hatinya terasa tertusuk ribuan belati ketika mengetahui hal ini. Siapa yang memberitahunya? Siapa lagi kalau bukan Huang Wushuang yang dengan bangga membeberkan kenyataan itu dan membuat Miaoling menggila sampai akhirnya dia disambut kematian?
Huang Wushuang dan Jingxiang … Miaoling sendirilah yang akan memastikan kedua ****** itu masuk ke dalam neraka!
“Aku tidak menekan Wushuang dan aku tidak merendahkan ibunya. Aku mengembalikan wanita itu ke posisi yang seharusnya!” balas Miaoling.
Ucapan Miaoling yang kasar membuat Huang Qinghao membentaknya, “Huang Miaoling! Jaga ucapanmu! Jing Yiniang telah merawatmu selama ini dengan penuh kasih sayang.”
“Ayah, kau tahu apa?”
Huang Qinghao tertegun melihat pancaran mata Miaoling yang begitu pedih dan kecewa. Hati Qinghao terasa diremas. Ucapan putrinya tidak salah. Apa yang Qinghao ketahui? Selagi putra-putrinya beranjak dewasa, Qinghao sibuk berjuang di medan perang. Bahkan ketika Huang Yade dan Situ Yangle menikah, dia tidak bisa datang karena ekspedisi ke kerajaan tetangga. Yang menggantikan dirinya sebagai kepala keluarga untuk merestui pernikahan Yade dan Yangle adalah ayahnya, Huang Liqiang.
“Aku tidak akan berbicara banyak karena aku mengerti jelas mengenai sifat Ayah. Yang jelas, aku meminta plakat rumah tangga dan hak asuh kedua adik kecilku.”
Qinghao berdiri dan menggelengkan kepalanya. “Tidak.”
___
Hey, guys, new chapter. Gimana menurut kalian? Hahaha, kenapa ya si Qinghao nggak mau kasih hak asuh dan plakat rumah tangga ke Miaoling? Apa karena di mata Qinghao, Miaoling belum mapan? Atau jangan-jangan ada alsan lain? Tunggu di episode berikutnya ya. OHOHOOHO
BTW, ini di bawah silsilah keluarga Huang yang Author buat. Cuman untuk keluarga inti Huang Qinghao doang ya. Author males bikin sampe kakek buyut wkwkwk.
😭😭😭😭😭😭
hiks....m