NovelToon NovelToon
Dear, Mantan Gebetan

Dear, Mantan Gebetan

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Duda / Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.5
Nama Author: Naira_w

Raina Wulandari, seorang wanita cantik yang harus menerima kenyataan pahit ketika diceraikan oleh suaminya setelah hampir tujuh tahun membina rumah tangga. Dan alasannya sangat klasik, Raina dianggap mandul dan tak bisa memberikan keturunan.

Raina pulang ke kampung halamannya dan memulai hidup baru di sana. Niatnya ingin mencari ketenangan batin karena selama ini dia hidup menderita di bawah tekanan mantan suami dan mantan mertuanya.

Namun, hal itu sepertinya tak bisa berjalan lancar. Karena seorang pria dari masa lalu Raina muncul dan membawa semuanya kerumitan hidupnya. Raina akhirnya ikut terseret dan tak bisa lepas dari seorang duda tampan bernama Rahardian Pratama. Apalagi anak pria itu selalu menempel pada Raina, padahal Rahardian selalu menunjukkan permusuhan setiap bertemu Raina.

Bagaimanakah jalan kisah Raina? Apakah Raina mau menerima tawaran pernikahan dari ibu kandung Rahardian? Ataukah kembali pada Bayu, mantan suami yang dicintainya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Raina Sudah Ada Yang Memiliki

Raina berjalan dengan semangat menuju ruangan kelas yang ditunjukkan oleh mahasiswa yang ditanyai nya tadi.

Raina sebenarnya sangat gugup, seperti apakah nanti teman-teman sekelasnya. Raina sudah cukup lama tertinggal dan tak bersosialisasi dengan orang ramai.

Dia hanya berinteraksi melalui medsos nya yang menjadi pelanggan online shop nya. Jika bertukar cerita, Raina hanya akan menemui Utari tetangganya yang baik hati itu.

Raina masih sering berkirim pesan dengan Utari tapi hanya sebatas menanyakan kabar.

Utari sepertinya tahu dan menjaga hatinya. Tari tak pernah membahas masalah Bayu dan istri barunya.

Raina memasuki sebuah kelas yang di dalamnya sudah ada beberapa orang yang duduk di kursi. Raina sempat melihat mereka dan tersenyum pada sekelompok mahasiswa yang terlihat masih muda dan mereka duduk di belakang.

Raina pun segera duduk dan memilih kursi paling depan karena dia tak mau ketinggalan materi pelajaran.

Tiba-tiba seorang pria yang Raina perkirakan berusia sepantaran dengannya menghampiri Raina

"Assalamualaikum." pria itu mengucapkan salam.

Raina menoleh dan menatap pada laki-laki berkulit sawo matang itu.

"Waalaikumsalam." Raina menjawab ucapan salamnya sambil tersenyum.

"Kenalkan namaku Fajar, siapa nama kamu?"tanya laki-laki yang bernama Fajar itu.

"Raina." jawab Raina pendek dan dia merasa canggung.

"Kamu sudah mengajar dimana?" tanya Fajar yang kini duduk di sebelah Rania

"Belum, saya baru pindah ke kota ini dan melanjutkan untuk kuliah." Raina tak mau menceritakan mengenai dirinya terlalu detil. Karena dia belum mengenal karakter orang-orang di sini

"Ooo, kalau saya mengajar di SMP Harapan Bangsa. Dulunya saya sempat kuliah D3 tapi rupanya nggak sesuai dengan jurusan pekerjaan yang saya jalani. Akhirnya saya kuliah lagi mengambil S1." kata pria itu menjelaskan pada Raina.

Raina hanya mengangguk sebagai respon dari ucapan Fajar.

"Rata-rata mahasiswa yang masuk, kalau nggak orang yang udah mengajar ya anak-anak yang kemarin gak lolos seleksi di kelas reguler." katanya menyambung lagi.

Raina pun paham ketika melihat beberapa mahasiswa di kelasnya yang usianya masih terlihat masih muda.

"Kamu kenapa baru mulai kuliah?" tanyanya lagi.

Raina tersenyum, dia memang sudah menyiapkan diri jika ada temannya yang bertanya mengenai keterlambatannya menempuh bangku kuliah.

"Ada hal yang membuatku tak bisa langsung melanjutkan kuliah." kata Raina lagi sambil mengeluarkan alat tulisnya.

Fajar sepertinya tak puas dengan jawaban Raina dan ingin bertanya tapi tak sempat karena seorang wanita yang diperkirakan berusia lima puluh tahun masuk dan rupanya dia adalah dosen mata kuliah pertama di kelas Raina.

Dan selama kuliah berlangsung, Raina sangat fokus mengikuti semua pembelajaran.

Sampai waktu mendekati magrib mata kuliah itu selesai, Raina pun segera meninggalkan ruangan setelah dosennya keluar dari kelas. Raina segera menuju masjid besar yang masih terletak di area kampusnya untuk segera menunaikan ibadah sholat magrib.

Selesai melaksanakan kewajibannya, Raina menuju kelasnya. Masih ada satu mata kuliah lagi yang harus dia ikuti hari ini.

Saat berjalan menyusuri Selasar menunju kelasnya, suara ponsel Raina berbunyi. Tertera nama papanya Rayyan di sana. Dengan perasaan tak enak hati, Raina mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum." Raina mengucapkan salam pada Rahardian.

"Waalaikumsalam, kamu dimana?" tanya Rahardian yang bertanya seolah-olah Raina wajib melaporkan keberadaannya saat ini.

"Masih di kampus, mas. Ada apa mas?" tanya Raina pada Rahardian.

"Kamu masih kuliah kan? Nanti aku jemput kamu sebelum jam tujuh tiga puluh. Kalau aku belum datang kamu tunggu saja di kantin atau tempat ramai di sekitar kampus."

"Iya, mas." kata Raina yang sebenarnya tak mau memperpanjang percakapan di antara mereka, namun sepertinya Rahardian masih belum mau menutup percakapan itu.

"Kamu gak usah makan berat dulu, kalau lapar ganjal perut pakai roti aja dulu. Pulang nanti kita cari makan." kata Rahardian

"Tapi, mas.."

"Aku udah ijin sama ibu kamu tadi, sama Zaki juga barusan sudah aku telpon. Katanya asalkan kamu pulang dengan selamat aku boleh mengajakmu makan." kata Rahardian dengan cepat memotong Raina yang ingin menolak ajakan makan malam dengannya.

Bukan makan malam, memaksa Raina untuk ikut makan bersamanya itu lebih tepatnya. Rahardian sekarang akan membuat Raina selalu bersamanya bahkan jika dia harus menggunakan paksaan sekalipun.

Rahardian tak mau kecolongan kedua kalinya.

"Raina, kuliah mau mulai. Dosen kita sebentar lagi masuk." kata Fajar yang tiba-tiba sudah berada di depannya.

"Mas, udah dulu ya. Dosenku udah mau masuk. Assalamualaikum." kata Raina cepat-cepat mematikan teleponnya karena panik saat melihat seorang pria berkacamata dan membawa tas laptop yang disampirkan di bahunya berjalan menuju arah kelasnya.

Raina segera berlari menuju kelasnya sebelum dosen itu masuk ke kelasnya.

Pak Herdi, dosen yang usianya masih terbilang cukup muda sekitar tiga puluh tahunan. Dosen mata kuliah ilmu pendidikan dasar yang sekarang ini sedang berlangsung.

Cara mengajar Pak Herdi berbeda dengan dosen sebelumnya Bu Endang, mungkin karena Pak Herdi merasa mengajar mahasiswa yang usianya hampir sepantaran dengannya atau hanya lebih muda beberapa tahun.

Jadi dia tak sekaku Bu Endang, bahkan beberapa kali dia melemparkan candaan-candaan yang membuat perkuliahan ini menjadi asik dan melewati jam pulang seharusnya.

Hal ini dikarenakan mahasiswa yang terus melemparkan pertanyaan-pertanyaan dan Pak Herdi selalu menjawabnya jika itu berkaitan dengan materi kuliah mereka.

Raina melihat jam tangannya, sudah jam delapan kurang sepuluh menit. Raina yakin Rahardian pasti sedang menunggunya di parkiran.

Dia melihat ponselnya yang disetel mode silent dan melihat beberapa pesan yang berasal dari ayah satu anak itu yang sekarang sudah menunggunya di parkiran.

"Kamu pulang sendiri atau dijemput?" tanya Fajar, mereka saat ini sedang berjalan menuju area parkiran bersama beberapa mahasiswa lainnya.

"Di jemput, sudah ditunggu di parkiran." kata Raina sambil melirik ke arah parkiran.

Benar saja mobil hitam yang harganya melebihi harga mobil mantan suaminya itu sudah terparkir cantik di area parkiran yang di sediakan untuk mahasiswa.

"Aku duluan ya, Jar. Udah di jemput. Assalamualaikum." kata Raina pamit meninggalkan Fajar saat mereka berada di parkiran dan Fajar menjawab salamnya dengan suara lirih.

"Ck, kalah sebelum perang ini. For**ner versus B*at, yo nggak mampu aku." kata Fajar pada dirinya sendiri. Menghibur dirinya yang sempat kecewa melihat Raina di jemput oleh seorang laki-laki tampan dan gagah dengan kendaraan roda empat yang mewah.

Apalagi Fajar sempat bergidik ngeri saat melihat tatapan tajam pria yang keluar dari mobil menyambut Raina dan membukakan pintu mobil untuk wanita itu.

Fajar yakin jika pria itu adalah kekasih atau bisa jadi suami Raina, tak mungkin wanita seperti Raina belum ada yang memiliki. Raina wanita yang cantik dan lemah lembut. Apalagi saat melihat Raina yang sholat magrib di masjid tadi, membuat Fajar semakin kagum dan terpesona pada wanita itu. Untung saja baru sebatas itu dan belum ada perasaan berlebihan.

"Kenapa sih, yang wanita seperti Raina udah punya orang. Ya Allah kapan aku dapat jodoh wanita yang soleha dan cantik." kata Fajar sambil memasang helm dan menghidupkan kendaraan satu-satunya yang dia miliki. Motor yang merupakan hasil kerja kerasnya selama beberapa tahun mencicil dan baru lunas satu tahun yang lalu.

1
Wiwit Wilowati
lanjut Thor
♡Ñùřhãšãñ♡
suka🥰
Meiriyana
Luar biasa
Meiriyana
Lumayan
Bahrul Ulum
bilang sama zaki thor. " wani piro....." 😝
emak diwi
bagi dong Tan jamunya saya juga mau la🫣🫣
emak diwi
modus bnget lu bang😁
Sennja
wjwkwkwk si iyan yg nyium rain aku yg nyengir🤣🤣🤣
Sennja
hebat ibu vivi❤semoga qt para emak2 bs skuat ibu vivi demi anak dan kluarga😇
Bahrul Ulum
rahardian udah bucin setengah mati dr jaman masih sklh kayaknya... 😁
Sinta Dewi
terimakasih kak,😊 untuk ceritanya. ku kasih kopi pagi ini. supaya lebih semangat 💪💪🥰
Eva
Luar biasa
Ranya Queenza
Rannya aja kak
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Yayuk Bunda Idza
aq dah mampir Thor...dah ngebut tadi
Yayuk Bunda Idza
noh mas Rama buktikan kalo kamu Sudah move on dari mantan
Hj. Raihanah
hebat zaki bisa melindungi dan menjaga adik ipar nya meskipun di rayu Rama dengan harta zaki tetap berrtahan menjaga anya
Hj. Raihanah
alhamdulillah..... selamat ya amat kamu udah jadi bapak 👍 tapi niat nya itu cari enak mulu 😁😁😁
Tri Handayani
Rasanya blm ikhlas klu udah tamat,tp mau gimana lagi,,,sukses terus thorrr'semangat berkarya
Tri Handayani
ong kuy emang the best jdi suami,jdi ayah dan jdi paman idaman pokoknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!