NovelToon NovelToon
Suara Dari Bayangan

Suara Dari Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Romansa / Pembantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: MOM MESS

“Aku dibesarkan oleh seorang wanita yang tubuh dan jiwanya hancur oleh dunia yang tak memberinya tempat. Dan kini, aku berdiri, tak hanya untuk ibuku… tapi untuk setiap wanita yang suaranya dibungkam oleh bayangan kekuasaan.”

Mumbai, tengah malam. Di ruang pengadilan yang remang. Varsha memandangi tumpukan berkas-berkas perdagangan manusia yang melibatkan nama-nama besar. Ia tahu, ini bukan hanya soal hukum. Ini adalah medan perang.

Di sisi lain kota, Inspektur Viraj Thakur baru saja menghajar tiga penjahat yang menculik anak-anak perempuan dari desa. Di tangannya, peluru, darah, dan dendam bercampur menjadi satu.

Mereka tidak tahu… bahwa takdir mereka sedang ditulis oleh luka yang sama–dan cinta yang lahir dari pertempuran panjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bayangan Kegelapan.

Ranatungga yang sedang menyalakan rokok, terkejut. Ia menjatuhkan koreknya. Anak buahnya langsung panik, ada yang mencoba kabur, ada yang berdiri membeku seperti patung.

Namun sebelum satu pun bisa melangkah lebih jauh, tembakan peringatan dari Viraj memantul di dinding gudang.

“JANGAN BERGERAK! TURUN! SEKARANG!”

Ranatungga mengangkat tangan, matanya melirik ke kanan dan kiri, mencari peluang kabur. Namun tak ada ruang. Gudang sudah dikepung total.

Sementara itu, beberapa anggota polisi lainnya dengan cepat membebaskan para gadis yang dirantai. Suara tangis, jeritan pelan, dan tubuh-tubuh lemah itu satu per satu jatuh ke pelukan petugas.

Seorang gadis berambut pendek menatap Viraj dengan mata sembab. Viraj menatapnya, lalu berlutut. “Kalian semua akan pulang malam ini." Senyuman kembali hadir. Para gadis itu tersenyum seperti mendapatkan cahaya baru.

Viraj lalu berdiri, berjalan ke arah Ranatungga yang masih dengan tampang angkuhnya berdiri sambil mengunyah permen karet.

“Kau pikir kau kebal hukum?” tanya Viraj dingin.

Ranatungga hanya tertawa. “Kau mau ap—”

BUG!

Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Ranatungga, membuatnya tersungkur ke lantai.

“Sir, " lirih Jagad yang khawatir. Viraj tidak menggubris. Ia menarik kerah Ranatungga, memukulnya sekali lagi.

“Kau pikir para gadis itu barang, hah?!” raung Viraj, suaranya menggelegar memenuhi gudang.

Ranatungga hanya tertawa, darah mengucur dari bibirnya. “Kalau aku ditahan… orang-orang penting akan marah. Ayahku tidak akan tinggal diam…” ancam Ranatungga. Viraj tak peduli. Dia langsung melempar Ranatungga ke barisan para polisi. Viraj menghela napas panjang, lalu memberi aba-aba.

“Bawa dia ke markas. Pakaikan borgol ganda. Jangan kasih makan sampai aku izinkan.” Viraj dengan tegas berjalan keluar sambil merangkul para gadis itu. Mereka memberikan sebuah selimut kecil untuk menutupi tubuh para gadis yang kedinginan.

...----------------...

Di rumah sakit, Varsha terbaring lemah. Kepalanya masih diperban, tubuhnya belum pulih. Bose datang dengan tergesa.

"Ma'am. Tuan Viraj berhasil, " katanya.

Varsha menoleh pelan, matanya melebar. “Berhasil?”

“Ya. Dua puluh lima gadis… selamat semua. Dan Ranatungga, dia ditangkap hidup-hidup.”

Varsha bahagia. Senyumnya melebar. Air mata mengalir dari sudut mata Varsha.

...----------------...

Malam itu, di markas polisi kota, Ranatungga terikat di kursi besi. Viraj duduk di hadapannya, sebatang tongkat besi di tangannya. Ruangan gelap, hanya satu lampu sorot dari atas yang menyinari wajah Ranatungga.

"Kepada siapa kau bekerja?” tanya Viraj tajam.

Ranatungga hanya tertawa. “Kau akan menyesal…”

Viraj menghantamkan tongkat ke meja besi di sebelahnya.

“Siapa yang menyuruhmu? Siapa bosmu?!”

Ranatungga mendengus. “Kalau kau tidak membebaskan aku, aku akan hubungi ayahku. Kau tahu siapa dia? Pejabat kota Mumbai, debkolektor utama! Aku akan bebas dalam 24 jam.”

Viraj tersenyum sinis. “Kau belum dengar berita, ya?”

Ia mendekat. “Ayahmu? Sudah pensiun. Dicopot karena kasus penyalahgunaan wewenang. Dan kau tahu kenapa? Karena berusaha menutup-nutupi kejahatan anaknya yang bangsat!”

Ranatungga terdiam. Wajahnya berubah. “Apa?”

Viraj menatapnya tajam. “Sekarang, kau hanya tikus kecil yang terjebak. Dan aku akan buatmu menyebut nama bosmu.” Viraj lalu berdiri dan berjalan keluar. "SIR TOLONG LEPASKAN AKU, SIR. AKAN KU BERIKAN SEMUA YANG KAU MAU, SIR." Ranatungga yang malang. Dia lupa kalau Viraj adalah polisi jujur yang tidak mudah di suap.

Di luar, puluhan gadis yang diselamatkan berkerumun. Salah satu dari mereka melangkah maju dan menggenggam tangan Viraj.

“Terima kasih, Pak.”

Yang lain menyusul. Beberapa menangis. Beberapa hanya tersenyum lemah. Viraj menatap mereka, dan suaranya gemetar.

"Sekarang kalian semua aman. Kalian tidak usah takut, kami akan mengantarkan kalian pulang." Viraj lalu memanggil Jagad.

"Ya, Sir?"

"Antarkan semua anak ini ke rumah mereka masing-masing. Pakai mobil dinas, dan jaga mereka baik-baik."

Jagad mengerti, dan langsung memanggil beberapa polisi untuk ikut mengantarkan anak-anak tersebut.

...----------------...

Di tempat lain, Varsha menatap layar ponselnya, matanya merah. Ia sedang berbicara dengan staf kementerian pendidikan.

"Hallo. Saya pengacara Varsha Mehra. Anak-anak perempuan di desa Bihar dan Rajasthan banyak yang kalah oleh tradisi patriarki desa. Karena itu aku meminta agar program beasiswa di aktifkan untuk anak-anak desa. Mereka harus sekolah. Dengan begini, yang perempuan bisa paham akan suara dirinya sendiri. Dan untuk anak laki-laki, mereka akan teredukasi untuk respect, "

Staf itu mengangguk. “Kami akan bantu. Kami akan kirim tim ke Bihar, Rajasthan, dan desa-desa kecil lainnya.”

Sementara itu, Viraj menulis laporan dan mengajukan permintaan surat penangkapan.

“Kami minta surat resmi untuk menahan semua orang tua yang menjual anak gadisnya. Kecuali mereka yang dipaksa.”

Ia meletakkan berkas itu dengan suara keras. “Tak boleh ada yang kebal. Hukum harus hidup.”

...----------------...

Hujan turun rintik-rintik di atas kota Mumbai, membasahi jendela kaca tebal di kantor tertinggi milik pria yang disebut sebagai bayangan gelap kekuasaan— Devraj Malhotra. Langit malam tampak sendu, tapi di dalam ruangan seluas aula itu, hawa dingin bukan berasal dari udara malam, melainkan dari sosok berdiri kaku di tengah ruangan, dengan segelas anggur merah di tangan dan tatapan dingin menembus cahaya kota.

Devraj Malhotra tidak mengenal rasa takut, apalagi rasa bersalah. Ia pria dengan dua sisi. Di siang hari, dikenal sebagai filantropis dan pebisnis sukses yang mempekerjakan ribuan orang. Di malam hari, ia menjadi dalang perdagangan manusia, korupsi, dan kekerasan yang tak tersentuh hukum.

Namun malam ini, sesuatu mengusik ketenangannya.

Langkah cepat terdengar, dan pintu ruangan terbuka. Seorang pria berpakaian hitam masuk tergesa, pelipisnya basah oleh keringat meski ruangan ber-AC.

“Tuan... saya minta izin bicara. Ini mendesak,” ucapnya, nyaris berbisik.

Devraj tidak menoleh. Ia menyesap anggurnya pelan, menunggu.

“Gudang perbatasan Rajasthan-Orissa... digerebek. Dua puluh lima gadis yang hendak dikirim... semuanya diselamatkan.”

Bibir Devraj perlahan mengerucut. Ia letakkan gelasnya di atas meja kaca. Hening. Dunia seperti berhenti selama beberapa detik.

“Dan?” tanyanya, dengan suara serupa belati yang ditarik pelan dari sarungnya.

“Ragunath dan Ranatungga... ditangkap. Hidup-hidup.”

Suasana ruangan seperti ditelan kegelapan. Devraj berjalan perlahan ke depan cermin besar, memandangi bayangannya sendiri. Di wajah itu tak ada ekspresi. Tapi di matanya—ada sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari amarah.

Devraj Malhotra bukan sekadar kejam. Ia seorang perfeksionis psikopat. Ia menganggap manusia seperti bidak-bidak catur. Perempuan bukan manusia baginya, melainkan "komoditas", dan kesetiaan adalah kontrak yang bisa dibunuh kapan saja. Ia tidak memukul meja saat marah—ia menghitung, menganalisis, dan memilih bagian mana yang harus dipotong terlebih dahulu untuk membuat lawannya tersiksa sebelum benar-benar mati.

“Dua anjing itu... bicara?” tanyanya dingin.

“Belum, Tuan. Tapi mereka ada dalam tahanan ketat. Disorot media. Bisa saja jaksa atau polisi memancing mereka...”

“Siapa mereka yang sudah berani mendekati kawasan ku?"

Pria itu ragu, lalu berkata, “Inspektur Viraj Thakur. Dan seorang pengacara bernama Varsha Mehra."

Devraj berjalan ke meja, menekan tombol di layar sentuh, lalu memunculkan foto-foto. Wajah Viraj, tatapan tajam dan bekas luka di pelipisnya. Varsha, perempuan dengan mata penuh amarah yang membara.

1
sknrts
heh??? daddy??😭🙏🏻
angradarma
Dek. lu masih ingat gua gak?
angradarma
KEJUTAN ANJAY
Yeonjun’s wife
HERNANDES IS BACK
Yeonjun’s wife
WHAT— ini serius atau borongan?!??
Yeonjun’s wife
Langsung ingat karakter Arjun Sarkar😭🙏
Yeonjun’s wife
Ceritanya seru, aku suka banget terutama untuk karakter Varsha😍👍keren abizzzzz, btw semangat buat author udh buat karya sekeren ini. Tetap jaga kesehatan tor, wi lop yu 😘🔥
angradarma
Sejauh ini ceritanya seru banget. Penulisan rapi, dan mudah di mengerti. Tinggal typonya aja yang di perbaiki lagi ya tor😁btw suka juga sama alur ceritanya yang menceritakan tentang wanita2 hebat♥️semangat terus tor.
angradarma
makin seru aja nih. lanjut dong tor🙏
angradarma
LANJUT PLEASE. MANA BOLEH LAGI SALTING GINI DI POTONG!🙄
satya
Good job👍🔥
Doni Nanang
keren lanjutkan..
jangan lupa mampir ya kak...
Yeonjun’s wife
LANJUT PLEASE
Yeonjun’s wife
KETEN BANGET🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!