"Pergi dari Kediaman ini. Kau sudah bukan lagi bagian dari Keluarga Viscount Avena!"
"Tuan Viscount, Hubungan Ayah dan Anak di antara Kita benar-benar sudah terputus seperti rambut ini." —Celestia
"Aku membantumu untuk menghilangkan hubungan yang ingin Kau putuskan itu. Sama seperti rambutmu yang sudah terbakar habis, menjadi abu dan diterbangkan oleh angin, begitulah hubungan kita. Benar-benar menghilang." —Viscount Avena
"...Selamat tinggal. Di masa depan, berhati-hatilah dengan bencana yang datang dari dendam yang kau tanam dan Kau pupuk subur di dalam diriku ini, Tuan Viscount." —Celestia
Apa yang terjadi sehingga menciptakan sosok yang menjalani kehidupan dengan kaki yang berpijak pada dendam ? Apakah balas dendam wanita itu berjalan lancar ? Atau terkendala dengan kekuatan yang ada pada dirinya? Saksikan selengkapnya, hanya di Noveltoon dengan judul "Balas Dendam Celestia. Cahaya di Kegelapan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Memandang wajah yang tengah di torehkan sebuah senyuman itu meruntuhkan pertahanan Celestia di malam ini.
Tidak seperti beberapa waktu silam dimana Dia tetap pada pendiriannya untuk menjauhkan Charles dari potongan Puzzle yang disusun untuk aksi balas dendam di masa mendatang.
Apa mungkin karena udara malam yang menyapa kulit tubuh Celestia dengan sangat lembut ? Atau karena suasana malam yang sangat hening lantaran para pengacau dalam rupa monster-monster sudah di musnahkan? Atau karena sinar rembulan yang lebih memberikan banyak cahaya ke arah Charles ?
Aneh... Celestia merasa ini cukup aneh. Jelas-jelas Lucas juga mendapat sorot cahaya yang sama. Namun kenapa perasaan yang merambat pelan-pelan ke seluruh tubuh nya mulai menghilangkan akal sehat Celestia dan membuat nya bagai anak kecil yang berhasil di hipnotis oleh orang jahat?
Tidak ingin memberikan Celestia waktu yang banyak untuk keluar dari tsunami pikiran, Charles kembali bersuara sambil melebarkan tangan yang sejak tadi memegang dagu, menjadi sebuah telapak yang bertengger di pipi Celestia.
“Kau mungkin kebingungan, tetapi alam bawah sadar Mu merespon setiap aksi yang Ku berikan selama ini...”
“!”
“...Tidak perlu melebarkan bola mata Mu, Tia...” tutur Charles tat kala Celestia merespon perkataan nya barusan. “...jawaban itu sudah terukir di benak Mu bukan ? Bisa Kau suarakan ?”
“...” Dalam keheningan Celestia menyangkal jawaban yang memang sempat mampir sebentar sebelum Dia mengusir nya pergi. Namun sebuah keheningan tidak menghentikan Charles malam ini.
“Tia... Aku menyukai Mu.”
“TIDAK!” Teriak Celestia di dalam benak. Kemungkinan terburuk sudah terjadi. Hal yang tidak ingin Dia hadapi kini sudah berdiri dengan gagah berani di hadapannya, menantang Celestia bahwa sematang apapun rencananya... Dia bukanlah penguasa tertinggi yang bisa menggerakkan segala hal sesuai keinginan hati.
Dengan bibir yang beberapa kali enggan untuk bersuara, setelah memakan beberapa detik... akhirnya menemui timing untuk bersuara. “Ada kesalahpahaman di sini, Yang Mulia.”
“Kesalahan apa yang Kau maksud, Tia ?”
“Anda hanya keliru! Yaa... Benar... Itu bukan perasaan suka. Anda hanya takut Saya di rebut oleh Kerajaan Fern. Tenang saja, Yang Mulia Putra Mahkota. Saya masih ada satu hal penting yang akan di lakukan di Kerajaan Eames, Saya tidak mungkin beranjak pergi dari sini—”
“Hanya kekeliruan menurut Mu ? Kalau begitu coba dengar perkataan Ku. Tia, apa Aku pernah memperlakukan para pemilik kekuatan suci di rombongan Kita seperti Aku memperlakukan Mu ?”
“Tentu tidak pernah, namun itu semua karena kapasitas kekuatan Mereka tidak setara dengan milik Saya, bukan ?”
“Tentu tidak! Rombongan Kami bahkan sudah terjun memberantas monster tanpa satu pun pemilik Kekuatan suci sejak awal. Kami selalu meraih kemenangan walau pun banyak rekan seperjuangan yang gugur. Kau pikir dengan pengalaman yang seperti itu, Aku takut kehilangan pemilik Kekuatan suci ? Aku bahkan tidak takut jika semua pemilik kekuatan suci di kelompok Kita berpindah ke Kerajaan lain detik ini juga.”
“Tidak... Tidak mungkin, Yang Mulia. Pikirkan lagi—”
“Hei... Tia, dengarkan Aku... Kalau Kau menginginkan jawaban nya, maka Aku tidak keberatan untuk menjelaskan. Aku memang tidak mau kehilangan secercah harapan dengan kemunculan kapasitas kekuatan suci Mu ditengah situasi saat ini. Aku terus menanam keyakinan bahwa semua yang Ku lakukan untuk Mu karena Kau di limpahi dengan Kekuatan suci yang melimpah. Tetapi jawaban nya dengan jelas datang mencekik Ku malam ini.”
Celestia tercengang dengan arah percakapan Mereka yang semakin intens. Dia tidak bisa kabur dari alur percakapan yang sudah mengalir dengan deras, ekspresi wajah nya kini tidak di sembunyikan sebaik biasanya.
“Jawaban apa yang mendorong Anda berbicara seperti ini, Yang Mulia Putra Mahkota ?”
“Apa masih perlu di pertanyakan ? Kau sudah bertahta di lubuk hati Ku, Tia. Kau sudah menjadi bagian dari semangat hidup Ku. Tadi, saat si Bajingan itu mengecoh penglihatan Kami dan membuat keberadaan Mu seolah di telan bumi...Haahh... Aku bak orang gila yang terus mengeluarkan sihir angin untuk melacak keberadaan Mu yang tidak menyisakan tanda apapun. Aku sungguh sadar, bahwa Aku memiliki perasaan lain pada diri Mu. Sekalipun saat ini Kau kehilangan kekuatan suci Mu, Aku akan dengan senang hati membuka dua tangan ini untuk menyambut kedatangan Mu dan menyembunyikan diri Mu di sisi Ku untuk selamanya. Apa jawaban seperti ini sudah menyingkirkan keraguan Mu itu, Tia ? Hm ?”
“Saya... Umm... Mengenai... Oh, tentang... Yang Mulia, Saya...”
Linglung...
^^^...Kata itu sangat cocok mendeskripsikan keadaan Celestia saat ini. Bagaimana mungkin Dia bisa baik-baik saja usai menerima semua jawaban sambil memandang iris mata satu sama lain ? Memandang pupil mata milik Charles yang membesar saat bertatapan dengan nya, merasakan tangan Charles yang mengalirkan hawa dingin karena pernyataan penuh percaya diri barusan tidak bisa menutupi bahwa Putra Mahkota juga gugup dengan pernyataan nya.^^^
“Maafkan Aku... pernyataan barusan memberatkan situasi Mu kan ?!” Lontar Charles sambil mengelus pelan pipi Celestia.
Yang di belai pun berdehem pelan sambil mengangguk satu kali. Dia bak kucing liar yang berhasil di jinakkan dengan sebuah belaian. Dia menghilangkan semua kewaspadaan juga tembok kokoh yang memisahkan diri nya dengan hubungan asmara. Hubungan yang bahkan tidak pernah Dia impikan lantaran tumbuh di kediaman yang memberikan sejuta kenangan buruk.
“Aku tidak menuntut Mu untuk memberikan lampu hijau. Kau boleh menolak Ku di masa mendatang.” Pungkas Charles membuat iris mata Celestia yang sejak tadi sibuk menatap pepohonan, kembali tersedot ke arah Nya.
“Lalu untuk apa pernyataan barusan ?”
“Agar Kau tau seperti apa perasaan Ku. Agar Kau tau bahwa di sini, ada seorang Pria yang menginginkan diri Mu dengan ataupun tanpa kekuatan suci. Aku ingin Kau tau bahwa Aku ada untuk Mu, sorot mata ini akan selalu tersedot kearah mu kapanpun dan di manapun. Jika di masa mendatang kehadiran Ku membuat Mu tidak leluasa, terhimpit, tertekan, dan bahkan membuat Mu menjadi versi yang bahkan membuat Mu muak pada diri sendiri, katakan saja secara terbuka. Aku akan membiarkan Mu berkelana di daratan yang luas ini. Tak masalah jika Kau menemukan cinta pada orang lain, selagi Kau bahagia, itu sudah cukup.”
Celestia kembali mengangguk, ekspresi wajah nya kembali hidup. Kembali menorehkan tanda bahwa Dia tidak tersudut lagi. Charles dialiri perasaan bahagia lantaran pemilik surai putih itu memberi ijin agar Dia bisa masuk dalam hidup Celestia. Tanpa mengetahui sama sekali, bawa gadis yang saat ini tengah Dia gandeng dengan erat tengah tenggelam dalam benak nya.
“Tidak masalah... Semuanya belum terlambat. Anda akan meninggalkan Ku di masa mendatang saat Aku tidak ingin lagi memakai kekuatan suci untuk membantu orang-orang, dan memilih terjun dalam sebuah pertarungan saraf dengan semua orang di Kediaman Viscount Avena. Celestia, ayo bertahan sampai saat itu tiba. Mari sekali lagi percaya pada aliran waktu.”
Di saat Celestia tengah berenang dalam rencana balas dendam, di sisi lain, Charles juga tenggelam dalam lautan pikirannya. Hanya saja kontras pikirannya saat ini berbanding terbalik dengan Celestia.
Wanita pemilik surai putih itu sungguh tidak menyambut kehadiran orang dengan sebuah ‘perasaan cinta’. Entah keyakinan dari mana, Celestia merasa bisa lepas dari Charles di masa mendatang... di saat dua orang Pria lain muncul dan memanggilnya dengan sebutan ‘Mempelai Wanita’...
...Tentang mempelai wanita, entah apa yang sudah direncakan oleh Dewi Astraea. Yang pasti, kehendaknya telah di sabotase.
Celestia, jika diri Mu sungguhan Mempelai wanita, Pria manakah yang akan menjadi mempelai yang berdiri di sisi Mu ?
...***...
...Jangan lupa like dan komen Guys, thank you so much🌺♥️...
novelmu bagus loh, qw suka 👏👏👏