My First Love

"Eh tapi gapapa kali, gue ngebayangin Yasmin. Dia kan istri gue, jadi gak dosa kan?."Evan berdialog sendiri.

Istri?.Apa bener gue nganggep dia sebagai istri ?. Yasmin... Semakin hari kamu semakin membuatku gemas, dan selama kita tinggal berjauhan, aku selalu merindukanmu. Apa kamu tidak merindukanku?.

Kenapa sekarang kamu seolah menjauh dan menghindar dariku? Bukankah kamu bilang kalau kamu mencintaiku?. Apa mungkin sekarang kamu sudah tidak mencintaiku lagi?. Gumam Evan dalam hati, lalu dia tertidur.

🌄🌄🌄🌄

Esoknya, Evan menunggu Yasmin di meja makan untuk sarapan, tapi Yasmin tidak juga keluar dari kamarnya. Karena kesal menunggu terlalu lama, Evan menyusul Yasmin ke kamarnya. Dia mengetuk pintu kamar Yasmin dengan tidak sabar seraya memanggilnya.

Pintu terbuka, bersamaan dengan munculnya sosok cantik yang sepertinya baru selesai mandi. "Ada apa sih, teriak-teriak?." Tanya Yasmin yang hanya memperlihatkan wajah dan kepalanya, sedangkan tubuhnya dia sembunyikan balik pintu.

Evan tertegun sejenak, sebelum akhirnya teriakan Yasmin menyadarkanya. "Kak Evan!!

"Eh, iya. Aku mau ngajak kamu sarapan!! Sahut Evan.

"Sarapan duluan aja. Aku baru selesai mandi." Balas Yasmin.

"Enggak!! Aku mau sarapan bareng. Cepat ganti baju, aku tunggu dibawah." Titah Evan.

"Sarapan duluan aja. Aku belum laper." Sahut Yasmin.

Evan menatap Yasmin, Yasmin balik menatapnya, seolah sedang menantangnya.

"Ganti baju sekarang juga, atau...."

"Atau apa?. Kak Evan jangan coba-coba mengancamku, aku nggak takut.!! Ujar Yasmin.

"Bener kamu nggak takut?." Tanya Evan.

"Enggak!! Ngapain aku mesti takut?. Inget ya kak!! Kalau kakak berani macem-macem sama aku, aku akan aduin apa yang selama ini kakak lakuin dengan pacar kakak, sama om Heru dan kakek Imam." Ancam Yasmin.

"Memangnya apa yang udah aku lakukan heh?." Tanya Evan, seraya mendorong pintu kamar, tapi Yasmin menahannya.

"Aku bilang jangan macem-macem!! Ujar Yasmin seraya mendorong pintu kamar, berusaha menutupnya. Adegan dorong mendorong pun terjadi, dan Evan lah yang memenangkannya. Dia berhasil masuk ke kamar Yasmin, menatapnya dengan tatapan sedikit nakal, karena saat ini hanya handuk putih yang melilit ditubuh Yasmin.

Yasmin sangat tidak suka melihat tatapan dan senyum Evan yang nakal, karena dia merasa Evan sedang melecehkanya. "Kenapa senyam-senyum kayak gitu?. Emang ada yang lucu apa?." Tanya Yasmin ketus.

"Kamu seksi sekali Yas." Jawab Evan dengan senyum yang semakin mengembang dibibirnya, lalu menatap Yasmin dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Yasmin mendelik tajam kearahnya, kemudian memalingkan muka saat Evan menatap ke arahnya. "Emang iya!! Semua juga bilang gitu. Kenapa? Kak Evan baru tau ya kalau aku seksi?." Sahut Yasmin dengan wajah kesal.

"Benarkah?. Hemm....seberapa seksi sih kamu?. Coba aku lihat!! Ujar Evan seraya mendekat ke arah Yasmin.

"E.e...eehh mau ngapain?." Tanya Yasmin seraya memundurkan langkahnya.

"Aku mau buka handuk ini. Aku mau lihat seberapa seksi tubuh kamu itu." Jawab Evan seraya berusaha menarik handuk yang dipakai Yasmin.

Sontak saja Yasmin berteriak memaki Evan, seraya mempertahankan handuknya. Dia mengusir Evan keluar dari kamar, tapi Evan tidak menghiraukanya. Dia semakin bersemangat menggoda Yasmin yang wajahnya sudah memerah karena kesal kepadanya.

"Aku gak akan pergi sebelum melihatnya." Goda Evan.

"Dasar mesum!! Kak Evan fikir aku cewek apaan?. Apa kak Evan gak puas ngelihat tubuh indah kekasih kakak tercinta itu?."Tanya Yasmin

"Enggak!! Karena aku memang nggak pernah melihatnya."Sahut Evan

"Bohong!! Sergah Yasmin.

"Serius!! Balas Evan.

"Aku gak percaya. Waktu di Lebong aja kakak udah ngelihatnya kan." Balas Yasmin.

"Jangan bahas hal itu. Aku tidak suka?." Ujar Evan

"Kenapa tidak suka?. Oh, aku tahu. Pasti aku udah mengingatkan kakak padanya kan?. Ya udah sana. Cepet temuin dia!! Tukas Yasmin.

Evan tidak suka mendengar apa yang diucapkan Yasmin barusan. Dia semakin mendekatkan dirinya pada Yasmin. Pandangannya terkunci menatap manik mata Yasmin yang juga menatapnya. "Aku tidak suka kamu membicarakan dia, saat kita sedang bersama. Dan aku minta sama kamu Yas, kamu jangan bertingkah dan berpenampilan seperti dia. Kamu ngerti kan?." Tanya Evan.

"Kenapa kak Evan melarangku?. Kakak takut aku menyainginya?." Tanya Yasmin.

"Pokoknya aku tidak suka kalau kamu berpenampilan seperti dia." Jawab Evan, seraya berbalik hendak meninggalkan kamar, namun kemudian dia menghentikan langkahnya dan berbalik kembali mendekati Yasmin. "Sekarang cepat ganti baju kamu, kita sarapan bareng, sebelum aku sendiri yang melepaskan handuk ini, dan memakaikan baju kamu." Ujar Evan. Mata Yasmin membelalak. "Nggak usah, Makasih!! Sahutnya dengan wajah kesal. Evan tersenyum lalu benar-benar keluar, setelah sebelumnya dia mengatakan akan menunggu Yasmin diluar kamar.

Yasmin menggerutu sambil mengganti baju. Dia sangat menyesal sudah membuka pintu kamar tadi. Yasmin semakin kesal saat mendengar Evan melarangnya berpenampilan seperti Helen, karena dia memang tidak pernah merasa meniru gaya berpakaian Helen.

Yasmin berfikir mungkin Evan melarangnya, karena takut Helen kalah saing darinya, padahal maksud Evan sebenarnya dia tidak mau Yasmin berpakaian terlalu terbuka seperti Helen saat di Leboong. Yasmin telah salah faham.

Yasmin dan Evan lalu sarapan bersama. Setelah sarapan Evan mengajak Yasmin pergi, dia setuju. Hari itu mereka menghabiskan waktu bersama dipantai kawasan Ancol. Evan meminta maaf pada Yasmin, karena sudah berani menciumnya tadi malam. Evan ingin menjelaskan kenapa dia melakukanya, tapi Yasmin menjawab dia tidak mau membahasnya, percuma karena semua itu sudah terjadi.

Mood Yasmin menjadi baik, saat dia berada dipantai seperti ini. Dia memaafkan Evan dan melupakan semua hal menyebalkan yang dilakukan Evan padanya. Evan memang sangat pintar membolak-balikkan perasaan Yasmin, walau jauh dilubuk hati, perasaan cinta yang dimiliki Yasmin untuk Evan tetap dia rasakan.

...

Sejak hari itu, hubungan mereka kembali membaik. Yasmin tidak lagi mengacuhkan panggilan telepon dari Evan, yang saat ini sudah kembali ke Palembang. Kendati demikian, Yasmin tetap menganggap hubungan mereka tidak lebih dari hubungan antara kakak dan adik. Yasmin tidak tahu, kalau sebenarnya benih-benih cinta dihati Evan sudah mulai tumbuh, apalagi setelah malam itu, malam dimana Evan menciumnya untuk pertama kali.

Hangatnya bibir Yasmin saat dia mengecupnya masih bisa Evan rasakan bahkan sampai saat ini. Jujur saja semua itu membuat Evan semakin merindukan dan menginginkannya kembali. Rasanya dia tidak rela, jika ada lelaki lain yang melakukan itu pada Yasmin, apalagi laki-laki bernama Geri yang menurut kabar dari Hans, saat ini sedang dekat dengan istrinya.

Yasmin adalah istriku. Dia milikku. Tidak ada yang boleh mendekati apalagi memilikinya, kecuali aku. Aku nggak peduli walau dia selalu menyebutku egois, karena itu benar. Aku memang egois. Kata Evan dalam hatinya.

Bersambung....🍀🍀🍀