Suami Pengganti (Menikah Dengan Calon Kakak Ipar)

"Paling juga si wanitanya yang ganjen...lagi pula mana mungkin dari sekian banyak Dr yang cantik di rumah sakit ini pilihan Tuan Hantara jatuh gadis biasa saja sepertinya." bisik bisik rekan kerja santer terdengar kala Gita dan Anis tengah makan siang di kantin rumah sakit.

Rupanya berita tentang Gita yang datang menemani Hantara menghadiri sebuah acara pesta pertunangan kini santer beredar di kalangan rumah sakit, mengingat saat itu tidak sedikit media yang hadir untuk meliput di hari bahagia adiknya Riko tersebut.

Gita memilih diam tidak berniat menanggapi berbeda dengan Anis yang nampak geram mendengar celotehan beberapa rekan sesama Dr yang kini tengah menggunjing sahabatnya tanpa peduli sedikit pun dengan perasaan Gita.

Gita Menggeleng ke arah Anis saat gadis itu hendak berdiri dari kursinya."Tidak perlu di tanggapi!!." ucap Gita lirih sembari menahan lengan Anis.

Anis nampak menghembus napas bebas di udara."Tapi jika dibiarkan mereka akan terus menjadi jadi." jawab Anis yang nampak menahan kesal.

"Tidak selalu diam itu emas, ada kalanya kita harus bicara untuk membungkam mulut serangga." Anis sengaja menaikkan beberapa oktaf volume suaranya.

Dr Siren yang tergabung dari beberapa rekan sejawat mereka yang tadi sengaja menggunjing Gita menatap sinis ke arah Anis. Dr Siren paham arah ucapan Anis sengaja menyindir mereka.

"Sepertinya ada pahlawan kesiangan nih." Dr Siren balik menyindir Anis dengan senyum remeh. dan hal itu mampu memancing kembali kekesalan Anis. sedangkan Gita sendiri tetap tenang sama sekali tidak berniat menanggapi celotehan Dr Siren.

"Aku sudah kenyang sebaiknya kita kembali sekarang!!." Gita segera mengalihkan perhatian Anis dari ke empat wanita yang duduk di meja gak jauh dari mereka.

Anis menatap Gita dengan kening berkerut seolah mengatakan kenapa membiarkan ke empat wanita itu berbicara seenaknya jidatnya.

Dengan wajah tenang Gita menatap Anis sebelum wanita itu menggeleng, seolah tidak usah mempedulikan omongan orang lain lagi pula aku baik baik saja.

Anis nampak menghembus napas kasar di udara sebelum mengikuti langkah Gita meninggalkan kantin, setelah sebelumnya membayar terlebih dahulu.

Anis dan Gita berjalan beriringan meninggalkan kantin, di tengah langkah Anis yang masih nampak kesal terdengar menggerutu tidak jelas.

"Kenapa kamu tidak mengakui saja pada mereka jika kamu itu sebenarnya istri dari tuan Hantara, biar mereka tidak lagi berani berkata yang tidak tidak tentang kamu!!". saran Anis.

Gita menghentikan langkahnya sejenak kemudian menoleh ke arah Anis. "Anis please....Kamu tahu sendiri kan apa alasan kami sampai menikah, aku tidak mau bertindak gegabah dengan melakukan semua itu. jika memang tuan Hantara adalah takdirku aku yakin Tuhan pasti akan merencanakan yang terbaik dalam hidupku. lagi pula kamu tahu sendiri jika sejak dulu Dr Siren menaruh hati pada Tuan Hantara, aku tidak mau dia semakin benci padaku jika tahu aku dan tuan Hantara ternyata sudah menikah." Gita mencoba memberi pengertian pada Anis.

"Maafkan aku." ucap Anis merasa bersalah karena tidak mengerti perasaan dan posisi sahabatnya saat ini.

"Sudahlah tidak perlu minta maaf, aku mengerti kamu melakukan semua itu semata-mata karena peduli padaku." jawab Gita kemudian menampilkan tersenyum dan Anis pun ikut tersenyum sebelum keduanya kembali melanjutkan langkahnya.

Gita yang kini berjalan menuju ruang IGD melihat suasana lumayan ramai di depan ruangan tersebut, Gita semakin mempercepat langkahnya begitu juga dengan Anis.

"Dok ada pasien kecelakaan." ucap salah seorang perawat ketika Gita baru saja tiba.

"Dr Irwan sedang memberikan tindakan pada pasien." lanjut terang perawat meski yakin Gita tak lagi dapat mendengarnya sebab wanita itu telah berjalan dengan langkah cepat menemui pasien.

Di depan ruang tindakan langkah Gita tercegat saat seorang wanita paru baya mencegah langkahnya."Dokter saya mohon selamatkan anak saya berapa pun biayanya saya akan bayar." Gita hanya bisa mengelus punggung tangan wanita yang nampak begitu Khawatir akan keadaan putranya.

"Sebaiknya ibu tenang dulu, kami akan berusaha melakukan yang terbaik untuk keselamatan putra ibu." jawab Gita sebelum kembali melangkah memasuki ruang tindakan.

Sebagai seorang wanita Gita merasa tidak tega melihat kondisi korban yang ternyata sedang mengandung.

"Sebaiknya kita segera menghubungi dokter Spog??." usul Gita melihat kondisi pasien yang nampak menahan sakit yang luar biasa sembari terus memegangi perutnya. dokter Dr mengangguk seolah mengiyakan usulan Gita. Gita kemudian menghubungi Dr Atala selaku Dr SpOG. tidak berapa lama kemudian Dr Atala tiba dan kemudian memeriksa kondisi pasien sebelum memutuskan jika harus segera di lakukan operasi caesar pada pasien.

Beberapa jam kemudian, sesuai dengan harapan ibu dan anak dapat di selamatkan. meski lahir dalam kondisi prematur namun bayi dalam kondisi sehat.

"Terima kasih banyak dokter." wanita paru baya yang merupakan ibu dari pasien nampak berterima kasih pada Dr Atala selaku ketua dari Tim dokter yang melakukan operasi pada anaknya. Gita termasuk salah satu di antaranya yang menemani Dr Atala mengingat operasi tersebut merupakan operasi yang di lakukan secara dadakan.

"Tidak perlu berterima kasih nyonya itu sudah menjadi tugas kami sebagai dokter." Jawab dr Atala dengan senyuman di wajahnya sebelum pamit lebih dulu meninggalkan Gita yang masih berdiri di depan pintu kamar operasi.

Deg.

Seorang pria yang baru saja tiba di tengah tengah keluarga dari wanita yang baru saja di lakukan tindakan operasi tersebut menatap Gita intens.

"Selamat tuan anak anda laki laki Alhamdulillah anak anda telah lahir dengan selamat tanpa kurang satu apapun, meski harus lahir dalam kondisi prematur namun bayi anda nampaknya sangat sehat??." ucap Gita mengira jika pria itu merupakan suami dari pasien.

"Eeeehhhh...." pria itu nampak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Saya kakaknya, kebetulan adik ipar saya masih di perjalanan menuju ke sini." jawaban pria itu membuat Gita salah tingkah karena sudah salah mengira.

"Maaf tuan saya pikir anda suami dari pasien, sekali lagi saya minta maaf tuan." ucap Gita sedikit menundukkan kepalanya karena merasa tidak enak. sedangkan pria itu bukannya marah malah menanggapi permintaan maaf Gita dengan sebuah senyuman khas di wajah tampannya.

"Tidak perlu minta maaf Dokter.".jawab pria itu sembari menatap intens wajah Gita. sedangkan Gita kini kembali menampilkan wajah tenang seolah tidak terjadi apa apa sebelumnya.

"Baiklah tuan kalau begitu kami pamit dulu." ucap Gita sebelum ia dan Anis hendak berjalan meninggalkan tempat itu menuju ruangan kerja masing masing.

"Dimas Satria Prayoga... panggil saja Dimas biar lebih enak!!." ucap Pria seolah memperkenalkan diri sebelum Gita dan Anis benar benar melangkah. Anis menanggapi pria itu dengan senyuman termanis miliknya sedangkan Gita hanya nampak mengangguk sebelum benar-benar berlalu.

Terima kasih sayang sayangku sudah sudi meluangkan waktu menikmati karya recehku 🙏🙏🙏 btw jangan lupa like, komen and Vote ya,,,,biar aku makin semangat nulisnya 🥰🥰❤️❤️