Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.
Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.
Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.
Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Pengkhianatan
Kaisar tidak dapat mengubah apapun di realitas masa lalu. Semua yang ia lihat tidak dapat disentuh, seolah-olah itu semua adalah angin berlalu, hantu dalam void. Ia terjebak sebagai penonton pasif dalam tragedi orang lain, tertahan oleh kekuatan energi kehidupan(Yin)dan energi Yang(Kematian)yang memaksanya menyaksikan.
Kaisar berjalan-jalan di tempat yang seperti waktu telah berhenti. Mo Lian yang berada di masa lalu mengintimidasi para pengkhianat yang telah ditangkap, aura apinya membakar dan menjilat-jilat di sekitar mereka, memancarkan panas qi yang kejam. Tapi mereka lebih memilih mati dari pada memberitahu keberadaan tuan baru mereka, kesetiaan mereka beralih pada janji kekuasaan yang lebih besar dan janji bebas dari kendali Mo Lian.
Pada akhirnya, Mo Lian harus mencarinya sendiri. Dia melesat ke sana ke mari seperti kilatan bayangan keputusasaan yang tidak terarah, tubuhnya meninggalkan jejak ilusi visual yang cepat pudar, sebuah kecepatan yang dipaksakan. Dia sudah melakukan itu selama berjam-jam, setiap menit terasa seperti siksaan batin yang menggerogoti.
Tapi, ia tidak dapat menemukan Sang Lentera. Dadanya terasa sangat sesak, seolah-olah dicekik oleh sesuatu yang tak terlihat oleh mata dan jiwa, sebuah serangan batin yang nyata. Hatinya seperti tercabik-cabik oleh perasaan khawatir yang membakar, rasa takut kehilangan yang asing dan menghancurkan jiwa.
"Di mana kau, Zhu Xin?" Suaranya gemetar, penuh kerentanan yang belum pernah ia tunjukkan, dia sangat ketakutan Sang Lentera akan padam. Setelah mencari-cari Sang Lentera di semua kerajaan dan istana megah yang ia miliki, tidak ada satu pun orang yang tahu keberadaan sang pengkhianat atau Sang Lentera.
Mo Lian berhenti di sebuah tempat yang sangat-sangat besar, skalanya melampaui logika fana, bahkan lebih besar dari sebuah planet terkecil. Tempat itu dipenuhi oleh emas, permata, dan kemewahan duniawi yang memuakkan, kilauan yang bertentangan dengan kekejaman yang tersembunyi, sebuah kontradiksi tragis dengan perasaannya.
Mata Mo Lian menampilkan siluet singgasana yang luar biasa, terbuat dari tulang dan emas murni yang menjulang angkuh. Ini adalah tempat terakhir dari harapan yang tersisa, pusat kekuasaannya. "Tidak mungkin dia ada di sana?" Mo Lian menggigit bibirnya sampai berdarah, qi yang keluar terasa panas dan asin, bercampur dengan ketakutan.
Dia tidak ingin tempat yang ia ciptakan sendiri, lambang kekuasaannya, ternyata adalah tempat eksekusi pemadaman Sang Lentera. Mo Lian menghilang seperti berteleportasi dari satu tempat ke tempat lain, mempercepat kecepatannya melampaui batas kecepatan spiritual, menciptakan distorsi spasial kecil.
Ia masuk ke dalam sana dengan langkah super cepat, aura apinya memadamkan lampu-lampu qi di lorong, meninggalkan jalur gelap. Perasaan tercampur aduk seperti Nasi yang teraduk sampai menjadi bubur, antara amarah, ketakutan, dan harapan palsu yang mematikan.
Entah kenapa, tiba-tiba penjaga yang seharusnya menurut dan patuh kepadanya menghalangi langkahnya, pedang mereka terhunus, formasi mereka sempurna dan dingin. "Apa yang sedang kalian lakukan? Cepat minggir dari hadapanku!" Perintah Mo Lian terasa seperti hembusan angin lalu lalang yang tidak bermakna bagi mereka, otoritasnya tiba-tiba sirna.
Mo Lian seketika menyadari, bahwa orang yang ia percaya bukan hanya mengkhianatinya, tetapi juga telah menyebarkan sebuah rumor buruk—atau mereka telah dijanjikan oleh hadiah yang lebih besar yang menggiurkan, kekuasaan penuh.
"Maafkan kami, Tuan! Anda harus ditangkap karena telah mengkhianati kami." Para penjaga itu mulai mengacungkan senjatanya kepada sang tuan, mata mereka dipenuhi keserakahan yang tersembunyi dan ambisi buta.
Anjing-anjing yang seharusnya setia sekarang justru mengigit tuannya karena alasan yang sangat tidak logis. Mereka bukan mengkhianati karena rumor, tetapi karena ingin semua kekuasaan Mo Lian, haus akan tahta.
Mo Lian menciptakan pedang dari api abadi yang sangat panas, sebilah qi murni yang membakar spiritual. Pedang api tersebut meluap-luap seperti air panas dan bergerak seperti kobaran angin yang mematikan, menghanguskan udara.
"Jika kalian tidak segera minggir, maka kalian harus siap menanggung konsekuensinya!" Mereka tidak bergeming dan takut akan kekuatan tuannya yang sudah mencapai puncak tertinggi dari kultivasi, otak mereka telah dicuci oleh janji palsu.
Mereka berteriak penuh tekad membunuh Mo Lian. Tidak ada kesetiaan yang abadi, yang tersisa hanya pengkhianatan menyakitkan dan kepalsuan yang busuk.
Mo Lian menjadi sangat marah, qi-nya meledak dengan ledakan api yang memekakkan telinga, dia dengan mudahnya membunuh penjaga tersebut sampai terbakar hangus dan menjadi abu spiritual, tidak menyisakan tulang.
Setelah membunuh mereka, dia pergi ke sebuah tempat yang menjadi titik tertinggi dari kekuasaannya, yaitu Mahkamah Singgasana. Di sana, terdapat Harta Api Abadi! Sebuah artefak harta yang ia ciptakan agar Sang Lentera tetap hidup, walaupun mengorbankan setengah kekuatannya, sebuah sumpah cinta yang suci.
Di singgasana tertinggi itu, Beberapa orang yang ia percayai duduk dengan sangat arogan, mata mereka dipenuhi kemenangan brutal, menatap Mo Lian dengan jijik layaknya serangga yang tak layak untuk hidup.
"Lihatlah! Pemeran utama telah datang!" Salah satu dari tiga orang tersebut menyeringai lebar, menyambut Mo Lian dengan tawa puas yang memuakkan.
"Tapi sayang seribu sayang! Wanita ini telah mati!" Di depan mereka, tergeletak seorang wanita cantik yang Mo Lian kenali; Zhu Xin. Tubuhnya sekarang berlumuran darah yang mengering, wajahnya hancur tak berbentuk, pakaiannya penuh akan robekan dan darah, sebuah pemandangan yang merusak jiwa.
"Tenang saja, Mo Lian, kami tidak mencicipi tubuhnya. Untuk apa kami mencicipi wanita rendahan seperti dia!" Mereka menghina Sang Lentera yang sekarang sudah padam, mereka tertawa bersama-sama, tawa yang menusuk jiwa: "HAHAHA!" Seolah-olah mengejek seluruh kehidupan dan cinta Mo Lian, mengubah cintanya menjadi debu.