Bagaimana rasanya mencintai seorang pembunuh?
Bermula dari cerita masa kecil (1-7 bab) kedatangan Ray dengan ibu nya menjadi keluarga tiri Yara di mana Yara sangat akrab dengan mereka
Kerna suatu masalah Ray kabur dari rumah meninggalkan Yara yang selalu menantinya
10 tahun kemudian Yara bertemu dengan seorang pembunuh yang ternyata senior di sekolah nya, Yara mengancam nya lalu berakhir di sekap di tengah hutan yang berbahaya di mana Yara tidak bisa lari dan hidup berdua dengan pembunuh yang ternyata adalah Ray sang kaka tiri yang selama ini Yara cari
#Kriminal
#Romantis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Ray sampai di sebuah taman yang ia janjikan untuk bertemu Maya.
Maya bukanlah cewek populer seperti Poppy ataupun tercantik seperti Yara di sekolah, bisa di bilang penampilannya biasa biasa saja, tidak kaya dan juga tidak miskin. Hal yang membuat Ray jatuh hati padanya adalah kesederhanaan Maya.
Beberapa kali Maya dibully dengan orang orang yang menganggap Maya tidak pantas bersanding dengan Ray, tapi kini tidak ada lagi yang mengganggu Maya kerna kemarahan Ray saat itu.
“Maya kau sudah menunggu lama?” Ray duduk di samping kekasih hatinya.
“Sayang rumahmu sebenarnya di mana sih? Kenapa selalu datang terlambat,” ucap Maya dengan nada mengambek.
“Maaf, sebagai gantinya kau ingin apa?”
“Tidak ada, aku hanya ingin duduk berdua bersamamu di sini”
Ray tersenyum bahagia, benar-benar senyuman yang penuh kasih sayang.
“Ray aku kasihan dengan Yara.” Maya tiba tiba mengungkit tentang Yara.
“Hah?”
“Kau tidak tau? dia ditangkap oleh pembunuh entah bagaimana nasib gadis cantik itu sekarang, tapi kabarnya jasad Yara masih belum di temukan masih ada kemungkinan kalau dia masih hidup,” ucap Maya.
“Hm mungkin saja,” balas Ray seolah tidak tau apa-apa.
“Sayang sekali iyakan? Padahal dia sangat cantik, ini semua salah Poppy, ngapain juga dia sembunyi di rumah Gilang. Aku baru tau ternyata Yara adiknya Poppy.”
“Apa berita itu sangat ramai sekarang?”
“Tentu saja, Yara adalah anak dari seorang direktur di perusahaan besar. Sekarang berita tentangnya memenuhi beranda media sosialku, dulu aku sempat iri dengan Yara, dia cantik dan kaya dari lahir, sempat aku berpikir untuk menjadi dirinya. Sekarang tidak lagi kerna aku tidak ingin bernasib mati terbunuh.”
“Maya berhenti ngomongin Yara, sekarang kita ngomongin tentang masa depan kita saja,” goda Ray mencolek dagu Maya.
Hari sudah gelap tapi Yara tidak mendapati keberadaan Ray, di tengah hutan sendiri gadis mana yang tidak takut? Apalagi hutan ini dipenuhi oleh bermacam predator.
Yara bolak balik untuk memastikan pintu dan jendela terkunci dengan benar, apalagi lolongan serigala terdengar bersahut-sahutan di luar sana membuat Yara bernapas dengan tidak tenang.
“Meong.”
Hanya moco yang menemani nya sekarang, kucing itu seakan mengerti kekhawatiran Yara.
Yara pergi ke kemarnya, ia mengintip dari jendela seberapa seramnya hutan ini. Dalam benaknya ia memaki sang kaka tiri yang tega meninggalkan seorang gadis sendiri di tengah hutan hanya bersama seekor kucing saja.
“Ini sudah sangat malam kapan dia akan pulang? Apa dia lupa kalau ada manusia yang ia sandera di sini. Seandainya hutan ini tidak ada binatang buas, sudah kupastikan kaki ini menapak bebas mencari jalan keluar untuk pulang,” omel Yara.
Lelah dengan ketakutannya sendiri, Yara akhirnya tertidur di kasur dengan memeluk Moco erat seakan Moco adalah pelindung yang bisa melawan mahluk kejam di luar sana.
“Papa Yara takut di sini” gumamnya dalam lelap meneteskan air mata tanpa sadar.
Seorang pria mendengar gumaman Yara, ia baru saja pulang dengan menenteng box berisi coklat kesukaan Yara.
“Maaf membuatmu takut, Yara” ucap Ray menatapi wajah pulas Yara, tangannya terulur untuk menghapus tetesan air mata Yara.
Setelahnya, Ray ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu setelahnya ikut berbaring di samping Yara yang memeluk Moco yang terlihat nyaman.
Tbc.