Hanaria bekerja sebagai seorang arsitek pada perusahaan Agatsa Properti Group yang memiliki kerajaan bisnis asal Indonesia.
Karena suatu hal, Hanaria terpaksa meninggalkan pekerjaan yang menjadi cita - citanya itu, dan bekerja sebagai seorang marketing di perusahaan otomotif dengan tantangan dalam enam bulan pertama ia harus berhasil memasarkan product dengan target yang telah ditentukan.
Tantangan berhasil dicapai, sehingga Hanaria menjadi kesayangan sang pemilik perusahaan otomotif raksasa tersebut.
Pengembangan diri Hanaria menghadapi banyak tantangan. Seorang pria muda, salah satu penerus bisnis Keluarga Agatsa Group, mantan bosnya, diam - diam menaruh hati padanya.
Kisah cinta akhirnya terjalin diantara mereka dengan segala kerumitannya, namun semuanya dapat berakhir bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Minta pertanggung Jawaban
Mobil Hanaria lolos. Ia terus mengikuti portuner hitam itu hingga berhenti tepat di hadapan mansion mewah nan megah.
Seorang pria paruh baya turun dari pintu sebelah kemudi. Ia tergopoh - gopoh menuju pintu dibelakangnya dan membukakannya.
Seorang wanita paruh baya, dengan rambut disanggul , berpakaian modis dengan gaya elegannya turun dari mobil itu.
Dengan wajah datarnya, wanita itu menatap kearah mobil Hanaria yang berhenti tepat dibelakang mobil portunernya.
Dari balik kaca mobilnya Hanaria bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas. Tentu saja, dialah wanita yang ingin ditemui oleh Hanaria. Ia mengenalinya dari beberapa e-mail yang telah dikirim oleh Shasie padanya.
Hanaria merapikan dirinya yang menggunakan Jaket hitam dan Jeans berwarna biru, ia menggunakan sepatu cat senada dengan celana jeansnya. Setelah dirasa cukup ia keluar dari mobilnya dengan menggendong ranselnya yang tidak pernah ketinggalan.
Wanita paruh baya itu masih berdiri ditempatnya didampingi supirnya, ia menatap kearah Hanaria yang baru turun dari mobilnya dan berjalan kearahnya.
Hanaria membungkuk hormat dihadapan wanita paruh baya itu sebelum berkata sesuatu apapun.
"Selamat malam nyonya MINGGUANA ALHANDRA LIEM." Ucap Hanaria lalu menegakkan kepalanya kembali dan menatap wajah wanita itu.
Wanita itu tidak terlihat kaget saat Hanaria menyebut namanya dengan lengkap. Ia memperhatikan Hanaria yang berpostur tubuh jangkung lebih tinggi dari dirinya sambil menyilangkan tangannya didepan dadanya.
"Pak Dedi.... tinggalkan kami berdua." Ucapnya pada supirnya, namun matanya tetap memperhatikan Hanaria yang berdiri dihadapannya.
"Baik nyonya......." Pak Dedi bergegas masuk kembali kedalam mobil portuner itu, lalu membawanya pergi menuju garasi.
"Siapa dirimu, dan apa keperluanmu menemuiku malam - malam begini?" Suaranya terdengar tenang dan datar.
"Nama saya Hanaria. Meminta pertanggung - jawaban putra nyonya yang bernama Mahendra Alhandra Liem yang sudah menghamili adik saya yang bernama Firlita." Ucap Hanaria tanpa basa - basi, ia menatap wajah wanita paruh baya itu yang masih tidak berubah dengan wajah datarnya. Sedikitpun, tidak ada rasa kaget terbersit dari wajah elegannya setelah mendengar tujuan kedatangan Hanaria.
Bahkan Hanaria masih bisa melihat dari sinar lampu taman yang remang - remang, wanita itu sedikit menarik ujung bibirnya hingga membentuk senyuman jahatnya setelah mendengar ucapan Hanaria yang to the poin itu.
"Siapa namamu tadi?" Suara nyonya Mingguana masih terdengar datar.
"Hanaria....." Sahut Hanaria singat tanpa melepaskan pandangannya dari wajah wanita dihadapannya itu.
"Nona Hanaria..... kau bukan orang pertama yang meminta pertanggung - jawaban putraku Mahendra."
"Apa maksud ucapan nyonya?" Ucap Hanaria menyelidik.
"Bahkan, para wanita - wanita itu datang sendiri membawa perut buncit mereka. Dan kau, kau hanya mewakili adikmu saja." Walau suaranya terdengar datar, namun senyumnya yang menyeringai itu sangat menyebalkan pada pemandangan Hanaria, apalagi ucapannya yang seolah - olah menganggap biasa apa yang telah dilakukan putranya yang brengsek itu.
"Sikap anda sungguh mengejutkan saya nyonya yang terhormat. Anda sepertinya sangat sengaja melakukan pembiaran pada putra anda untuk menanam benihnya dimana - mana." Ucapan Hanaria yang begitu pedas tidak membuat wanita paruh baya itu tersinggung apa lagi marah. Ia bahkan terkekeh memandang Hanaria yang mulai menyerangnya dengan ucapannya.
"Adikmu itu.... Dia tidak ubahnya dengan semua wanita - wanita itu, hanya ingin menjebak putraku, mengambil keuntungan lewat kehamilannya. Sudah tahu tidak ada ikatan pernikahan, kenapa masih mau ditiduri oleh putraku. Jadi jelas bukan? Apa itu namanya kalau bukan menjebak. Wanita baik - baik tidak akan pernah tidur dengan pria yang bukan suaminya." Sahut wanita paruh baya itu tajam, setelah menghentikan seringainya.
Ucapan nyonya Mingguana begitu menohok hingga kejantung Hanaria. Ia menelan salivanya dengan susah payah sambil menatap tajam kemata wanita itu. Apa yang diucapkannya, ada benarnya.
"Sekarang katakan...... berapa bayaran yang kau minta untuk kehamilan adikmu itu?" Suara datar itu kembali terdengar bagai pembunuh berdarah dingin.
"Nyonya tidak perlu membayar, bukan itu yang diinginkan kami. Putra nyonya, harus menikahi adikku dengan segera." Tuntut Hanaria.
"Menikahi??" Terdengar suara kekeh ejekan dari mulut myonya Mingguana. Ia memalingkan wajahnya kearah pintu rumahnya dengan tetap terkekeh mengejek.
"Bila solusi itu yang kau minta, maafkan aku nona HANARIA. Aku terpaksa tidak bisa mengabulkannya. Tidak satupun dari wanita - wanita yang mengaku hamil itu aku nikahkan dengan putraku." Nyonya Mingguana mengalihkan pandangannya kembali pada Hanaria yang berdiri didekatnya.
"Pulanglah kerumahmu, pikirkan apa yang aku katakan tadi. Bila kau telah sepakat dengan apa yang aku katakan, kau boleh kembali dan mengambil uangnya." Ucap nyonya Mingguana tenang dan datar menatap lurus kearah mata Hanaria.
"Saya ragu, apakah nyonya adalah seorang wanita? Kalau boleh jujur, baru kali ini saya bertemu jenis wanita seperti anda, berhati batu dan tidak berperasaan." Ucapan Hanaria kembali membuat wanita itu terkekeh dengan senyum jahatnya.
"Syukurlah, aku senang bila kau telah menyadari hal itu. Jadi kau tidak perlu memaksaku untuk menikahkan adik malangmu itu dengan putraku Mahendra. Kau pasti bisa bayangkan bila pernikahan itu sampai terjadi. Adikmu tidak akan tahan bertemu setiap hari dirumah ini denganku yang akan menjadi ibu mertuanya. Dan adikmu itu juga tidak akan tahan memiliki suami yang mencintai banyak wanita. Jadi pikirkanlah apa yang telah aku tawarkan tadi padamu. Bila kau sudah memutuskannya, temuilah aku, aku akan memberi bayaran seperti apa yang kau mau. Supaya adikmu itu bisa membiayai hidupnya dan juga bayinya."
"Anda sungguh - sunguh tidak punya hati nyonya. Pantas saja putra anda bertabiat buruk seperti itu. Ternyata menurun dari ibunya." Ucap Hanaria dengan nada sarkas.
"Maafkan saya, saya perlu istirahat. Tidak bisa melayani anda berlama - lama. Anda pasti tidak lupa kan, dengan pintu keluar dari mansion ini? Karena saya tidak punya waktu untuk mengantarkan anda sampai kepintu pagar. Selamat malam." Ucap wanita itu masih bersikap tenang dan sedikit menyunggingkan senyum diujung bibirnya sambil menatap mobil Hanaria yang berada beberapa meter saja dari tempat mereka berdiri.
Tanpa menunggu jawaban Hanaria, nyonya Mingguana melangkah menuju teras rumahnya. Hanaria pun tidak berniat menahan wanita itu, ia hanya menatap langkah pasti wanita itu memasuki pintu rumahnya. Seorang pelayan berseragam pink segera menutup pintu rumah itu dari dalam.
Hanaria masih setia berdiri ditempatnya, ia menatap kearah pintu yang telah tertutup rapat dengan angkuhnya, sama seperti sang pemiliknya.
Beberapa kali Hanaria mengambil napas dalam - dalam dan menghembuskannya kembali. Ia berharap apa yang ia lakukan dapat mengurangi beban yang tengah ia pikirkan sekarang ini.
Hanaria melangkah kemobilnya, lalu masuk dan duduk dibelakang kemudianya. Ia mengetuk - ngetuk setir kemudi dengan jarinya seolah - seolah sedang berpikir bagaimana ia keluar saat melewati pos jaga nanti.
Beberapa detik kemudian, Hanaria menghidupkan mesin mobilnya. Ia mulai menjalankan mobilmya dengan perlahan.
Saat tiba didepan pagar, Hanaria menghentikan mobilnya sambil menurunkan kaca jendela depannya. Hanaria menatap kedua security jaga itu dengan wajah datarnya dari belakang kemudinya, ia meniru gaya tenang dan datar dari nyonya Mingguana.
Kedua security itu saling berpandangan heran, karena mereka belum pernah melihat Hanaria sebelumnya. Namun mereka segera mengingat, bahwa mobil yang dikemudikan Hanaria itu masuk bersamaan dengan nyonya Mingguana, ditambah lagi gaya Hanaria yang meniru gaya majikan mereka itu. Keduanya lalu menunduk hormat. Salah satu dari antara security itu lalu membukakan pintu pagar dan mempersilahkan Hanaria pergi setelah membunyikan klakson mobilnya
...•••...
♡♡♡ Terima kasih buat kakak pembaca yang telah berkenan meninggalkan like dan comennya. Author berusaha lebih semangat lagi up nya...😁😁🙏♡♡♡
😂
lihat itu Oma.. Billy semakin ditindas sama tuan jenderal.. tangan Billy sampai luka tuh Oma.. ayo dong Oma turun tangan langsung
dan .. akhirnya rindu keduanya terobati ..
rencana licik apa lagi yang akan di lakukan kedua orang itu