Milea arabella, biasa akrab di sapa dengan nama Lea adalah gadis yatim piatu setelah kematian kedua orang tua nya akibat kecelakaan tunggal beberapa tahun yg lalu sepulang dari luar kota, saat itu milea yg baru lulus SMA begitu syok mendengar kenyataan itu, apalagi dirinya harus menghidupi ketiga adik-adiknya.
Akan kah kebahagiaan menghampiri Milea dan ketiga adik-adiknya.?
ikuti terus kisah milea di cerita ini.
Happy reading 😘.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon astiana Cantika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 Barra patah hati
Setelah sambungan telepon putus, barra pun menangis menumpahkan air matanya, hati nya sungguh sakit mendengar wanita yg selama 4 tahun menjalin kasih dengan nya meninggal kan dirinya hanya karena sekarang dirinya jatuh miskin.
"Sehina itukah orang miskin di mata mu Sinta,? bahkan kau pernah berjanji akan menemani ku kala susah maupun senang, tapi semua nya hanya bualan saja, apakah aku tidak pantas bahagia,? kenapa semua orang membenci ku, paman ku membuang ku dan sekarang kau pun sama, apa salah ku, apa dosa ku ketika aku dalam keadaan terpuruk, orang tua tiada, harta di rampas, keluarga pun tidak ada yg peduli setelah semua itu sirna." Teriak barra dengan perasaan hancur dan berlinang air mata.
Barra meremas dada nya yg terasa sesak, sakit hati teramat dalam yg ia rasakan tak bisa di redam, dirinya yg tadi nya berniat ingin menghubungi kekasih nya ingin mengabari bahwa ia masih hidup setelah sebulan lebih tidak berkomunikasi dengan kekasihnya itu.
Kini ia harus menelan pahit nya perasaan di khianati.
Lea yg juga menitikkan air mata nya pun keluar dari tempat persembunyian nya dan langsung memeluk barra dengan erat.
"Jangan bersedih bang, kami di sini ada untuk Abang, mungkin dia bukan jodoh yg di ciptakan untuk Abang, percayalah akan ada hari bahagia untuk Abang kelak." Ucap Lea menghibur barra.
Barra pun membalas pelukan adik angkat nya itu dengan masih dalam keadaan sedih.
"Terimakasih dek, Abang tidak tau lagi kalau tidak ada kalian, jikalau Abang tidak bertemu dengan mu, mungkin Abang akan bunuh diri, mungkin sekarang Abang hanya tinggal mayat saja." Ucap barra dengan suara serak nya.
"Sssttt jangan bilang begitu bang, kita juga berhak bahagia entah bagaimana caranya nanti, sekarang buka lembaran baru bang, kita harus bangkit, buat orang-orang yg mensia-siakan kita menyesal, balas mereka dengan kesuksesan kita, semangat bang." Ucap Lea menyemangati barra.
Barra yg mendengar ucapan Lea pun tersenyum tipis sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Kau benar adik, Abang harus melupakan masa lalu dan berjalan ke depan." Ucap barra mengusap air mata nya.
"Sekarang ayo kita turun bang, mungkin sekarang adik-adik dan teman-temannya pada ngumpul di taman belakang." Ucap Lea sambil menarik tangan barra.
Barra pun terkekeh melihat Lea sangat antusias.
Kedua nya pun turun menggunakan lift, sesampainya di taman belakang, benar saja, adik-adik dan para sahabat nya pun berkumpul dan bahkan sudah memanggang, karena bahan-bahan dan segala keperluan sudah di siapkan oleh maid, Lea pun tak lupa mengajak seluruh maid dan para pengawal serta bodyguard bergabung bersama mereka semua, jadi lah di taman belakang itu di sulap pesta kecil-kecilan.
"Seru ya rame begini, bikin betah deh, kapan-kapan boleh ya nginap di sini bos,? Ujar Reksa.
"Noh izin sama donatur bukan aku." Ucap Felix yg tengah menyantap steak dan sosis.
"Hehe oh iya ya, kak Lea kan nyonya nya." Ucap reksa.
"Kak Lea, kapan-kapan kami nginap di sini boleh gak kak.?" Ucap Reksa.
"Boleh dong, kalian kan sahabat nya Felix, tapi ingat, harus dengan sepengetahuan orang tua, biar orang tua kalian gak khawatir." Ucap Lea tersenyum.
Para sahabat Felix pun sumringah Mendengar penuturan Lea yg memboleh kan mereka menginap.
"Baik kak." Ucap para sahabat Felix bersamaan lalu mereka pun tertawa terbahak-bahak.
.
.
Di kursi kebesaran sebuah perusahaan raksasa, seorang pemuda sedang duduk dengan menatap bawahan nya.
"Apa kalian sudah memastikan bahwa buket yg ku kirim di terima oleh nya.?" Ucap Nalendra.
"Sudah King, kami melihat dengan sendiri buket itu telah sampai di kediaman Queen." Ucap bawahan Nalendra.
"Bagus, bonus kalian saya naikan bulan ini." Ucap Nalendra.
Para bawahan Nalendra pun tersenyum sumringah.
"Terimakasih King." Ucap nya serempak.
"Kalian harus pastikan, tidak ada dari musuh-musuh kita yg mengincar nya, tetap lah berjaga di area tersebut." Ucap Nalendra.
"Baik king." Ucap mereka serempak.
Dan para bawahan Nalendra itu pun pergi dari ruangan Nalendra.
.
.
Disisi nenek juminten saat ini tengah demam, di karena kan dirinya kelelahan mencari cucu yg selalu di benci nya itu.
Nenek juminten saat ini masih berada di kost milik kedua cucu nya, beruntung kostan tersebut lumayan luas bagi keluarga mereka jadi tidak perlu bersusah payah berhimpitan seperti kost pada umum nya.
"Kenapa harus sakit sih nek, mencari mereka kan jadi tertunda." Ucap Ani dengan muka sebal nya.
"Heh kau ini, nenek sedang sakit juga, mencari mereka urusan gampang, ntar kita coba lewat internet, pasti berhasil." Ucap Mila memberi solusi.
"Iya ya, kenapa kita gak kepikiran dari kemaren." Ucap Ani Berbinar-binar menatap Mila.
Mereka pun mencoba mencari milea dan adik-adiknya lewat internet.
Satu jam
dua jam
tiga jam
Empat jam
Bahkan sudah hampir sore mereka tidak dapat menemukan media sosial milea bersaudara itu.
"Aarrghhh susah banget sih cuma nyari sosial media mereka juga." Teriak mila frustasi.
"Kalian ini apa apaan sih, nenek kalian sedang sakit kalian malah berteriak." Ucap bibi sari.
"Ya sori ma, habis nya mereka itu loh susah banget di cari." Ucap Mila dengan muka masam nya.
"Udah biarin aja dulu, entar juga ketemu sendiri, liat aja, biasanya nih ya, kalau suatu benda hilang kita cari dia gak bakal ketemu, kalau gak kita cari biasa nya nongol sendiri, begitu juga kalau nyari manusia." Ucap bibi sari.
" Bener juga apa kata mama." Ucap Mila tersenyum.
"Baiklah untuk sekarang pencarian mereka kita tunda sampai nenek sembuh." Ucap Ani.
.
.
Di mansion milik keluarga Mahendra sekarang, acara BBQ-an ala ala itu sudah selesai, para sahabat Felix pun sudah pulang begitu juga dengan Arly dan Amel.
Sedangkan barra, dirinya saat ini sedang mengemasi pakaian nya dan di masukkan ke dalam koper, karena esok hari nya dia akan terbang ke negara A, barra terus saja berdoa agar dirinya di beri kemudahan untuk menjalani kehidupan yg sudah tuhan takdir kan untuk nya.
TOK
TOK
TOK
Terdengar ketukan di luar kamar barra.
"Bang ini aku Lea." Ucap Lea dari luar kamarnya.
"Masuk lah dek, kamar Abang gak di kunci kok." Ucap barra dari dalam kamar nya.
Lea pun masuk ke kamar milik barra dan dapat Lea lihat, bahwa barra sedang mengemasi pakaian yg akan ia bawa.
"Cepat banget udah berkemas bang,?" Ucap Lea yg langsung duduk di ujung kasur barra.
"Biar besok gak keteteran dek." Ucap barra.
"Bang, ini buat Abang." Ucap Lea memberikan black card pada barra.
Barra yg melihat itu terkejut, dirinya tau betul kartu apa yg Lea pegang itu.
"Jangan dek, Abang gak mau menerima kartu itu." Ucap barra menolak.
"Gak ada penolakan." Ucap Lea tegas dengan tatapan intimidasi.
DEG
Barra sedikit bergetar melihat tatapan intimidasi adik perempuan nya itu.
Mau tak mau barra pun menerima pemberian Lea meski dengan tangan yg gemetaran.
Bersambung.