NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fatma Dan Kedua Anaknya

*****

Fatma adalah seorang ibu berusia 60 tahun yang memiliki dua anak, seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Kedua anaknya bekerja di perusahaan yang berbeda dan sangat sibuk dengan karir mereka. Hal ini membuat mereka sering mengabaikan Fatma.

Meskipun merasa kesepian dan sedih karena kurangnya perhatian dari anak-anaknya, Fatma tetap bersabar dan berusaha memahami kesibukan mereka.

Dia selalu berharap bahwa suatu hari nanti, anak-anaknya akan menyadari pentingnya menghabiskan waktu bersama dan memberikan perhatian lebih kepadanya.

Fatma terus berdoa dan menanti hari dimana keluarganya bisa berkumpul bersama lagi, mengisi hari-harinya dengan melakukan kegiatan rumah tangga, mengharapkan kehangatan yang telah lama hilang.

" Ibuk mau kemana?" Tanya Aris pada ibu nya kala dia melihat Fatma keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi dan rambut yang di ikat di bawah.

" Kan tadi kamu bilang kita mau makan malam di luar." Jawab Fatma dengan polos nya.

Aris menggeleng.

" Astaga ibuk. Siapa yang mau mengajak ibuk makan di luar?"

" Tadi sewaktu ibuk mengantar kan kopi, kamu mengatakan seperti itu Nak."

" Tadi?" Gumam Aris.

Aris pun tampak berpikir sejenak mengingat mungkin memang dia sudah mengatakan seperti yang di katakan ibu nya barusan.

Sampai tiba dia mengingat nya.

" Oh itu... aku memang mengatakan akan makan malam di luar. Tapi bukan dengan ibuk. Tadi aku bicara di telepon buk pakai earphone, maka nya ibuk pikir aku bicara dengan ibuk." Ujar Aris ketika dia mengingat kejadian tadi.

Fatma terdiam. Dia tertunduk menahan air mata nya yang akan keluar. Sekuat tenaga dia menahan rasa malu nya yang mengira Aris mengajak nya makan malam di luar.

" Lalu kami mau pergi dengan siapa?" Tanya Fatma berusaha tegar.

" Dengan teman kantor, buk." Jawab Aris singkat.

" Teman kantor? Apa ibuk boleh ikut?" Tanya Fatma penuh harap.

Aris yang tadi nya sedang menulis di atas meja, sejenak menghentikan aktifitas nya. Mendengar pertanyaan sang ibu, memaksa dia mendongak dan menatap Fatma.

" Ibuk ikut dengan aku gitu?" Tanya Aris memastikan dia tak salah dengar.

Fatma mengangguk.

" Iya, Nak. Ibuk pengen makan malam di luar dengan kamu." Jawab Fatma lirih.

Aris menatap Fatma dari atas ke bawah. Turut memperhatikan pakaian yang di pakai ibu nya malam ini.

" Jangan bercanda, buk. Lihat lah penampilan ibuk ini. Ibuk itu sudah tua, sebaik nya itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari pada di luar. Ibuk hanya akan bikin repot saja kalau ikut. Dan ibuk juga nggak akan terbiasa dengan makanan di luar sana. Jadi ibuk di rumah saja." Tolak Aris.

Deg

Fatma merasa seolah dadanya tertusuk oleh setiap kata penghinaan yang dilemparkan oleh putranya. Napasnya tercekat, matanya berkaca-kaca, hatinya terasa dirobek-rubuh oleh luka yang tak terperi.

Dia tidak pernah membayangkan bahwa anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta bisa melukai perasaannya dengan begitu dalam.

" Apa kamu malu jika membawa ibuk keluar? Apa kamu malu jika jalan dengan ibuk?" Tanya Fatma.

" Nggak usah terlalu baper, buk. Ibuk itu sudah tua. Jalan saja sudah tidak kuat. Membawa ibuk hanya akan bikin malu aku saja." Jawab Aris.

" Kalau ibuk mau makan di luar, ibuk ajak Ariel saja." Kata Aris bangkit dari duduk nya.

" Sudah ya, buk. Aku mau keluar. Sudah di tungguin." Ujar Aris meninggalkan Fatma.

Fatma hanya bisa menelan pahit ucapan demi ucapan yang di lontar kan Aris. Tanpa bisa marah dan membalas ucapan pedas dari Aris.

" Aris... tunggu Aris..." Panggil Fatma mengejar Aris.

" Aris... Aris tunggu." Panggil Fatma lagi.

Aris yang hampir saja masuk ke dalam mobil, berbalik sejenak kala mendengar ibu nya memanggil.

" Ada apa, Buk?" Tanya Aris kesal.

" Kamu pulang jam berapa nanti, Nak?" Tanya Fatma.

" Mungkin lewat tengah malam, buk. Ibuk masuk kamar saja. Jangan tunggu aku." Jawab Aris.

Fatma mengangguk pelan.

" Jangan terlalu malam ya, Aris. Besok kan kamu harus kerja. Kamu harus jaga kesehatan." Pesan Fatma.

" Iya, buk." Jawab Aris dengan cepat.

Tanpa membuang waktu lagi, Aris masuk ke dalam mobil dan keluar dari halaman rumah minimalis yang di beli Aris dari hasil keringat nya sejak dia kerja di sebuah perusahaan besar.

Tanpa disadari, air mata Fatma jatuh berderai saat bayang mobil Aris terus menjauh, memudar hingga tak terlihat lagi.

Hatinya terasa remuk, karena setiap detik yang berlalu semakin membawanya jauh dari putra sulungnya yang sangat dicintainya.

Rindu yang begitu dalam menyiksa jiwa Fatma, inginnya ia selalu memiliki Aris disampingnya, namun kini semua hanya tinggal kenangan yang tersisa dalam benaknya.

*

*

*

" Ibuk sudah makan malam?" Tanya Ariel melihat Fatma yang melewati meja makan.

" Kamu mau makan, Nak?" Tanya Fatma.

" Iya. Ambilin minum dong, buk." Jawab Ariel.

" Sebentar ya, Nak."

Fatma berjalan ke dapur lalu kembali dengan segelas air putih di tangan nya.

" Ini, Nak." Ujar Fatma meletakkan gelas sir putih di sebelah Ariel.

" Ibuk sudah makan?" Tanya Ariel mengulang pertanyaan nya yang tadi.

" Ibu belum lapar. Pengen nya ibuk makan di luar dengan Aris. Tapi Aris malah pergi makan malam dengan teman kantor nya."

" Kamu mau nggak temank ibuk makan di luar. Kita makan malam di luar." Ajak Fatma.

" Ariel capek, buk. Habis ini Ariel masih banyak pekerjaan yang harus di kerjakan. Ibuk makan di rumah saja sama Ariel. Nggal usah makan di luar." Tolak Ariel.

" Lagian kan, buk. Yang biasa nya makan di luar itu anak - anak muda. Kalau yang tua - tua makan di rumah saja. Susah kalau ngajak nya keluar." Ujar Ariel.

Fatma dengan lesu duduk di depan Ariel. Menemani putri bungsu nya menikmati makan malam nya sambil memainkan ponsel.

" Tapi ibuk pengen, Riel. Ibuk mau sekali - sekali, ibuk, kamu dan Aris. Kita makan di luar. Nggak perlu ke tempat yang mewah. Ke rumah makan yang biasa saja ibuk mau kok."

" Ya nggak bisa lah, buk. Keinginan ibuk itu terlalu berlebihan. Kami mana ada waktu untuk hal yang nggak penting gitu buk."

" Apa waktu bersama keluarga itu tidak penting buat kamu?" Tanya Fatma.

Ariel menatap mata Fatma.

" Untuk sekarang ini, pekerjaan kami jauh lebih penting, buk. Kita kerja untuk siapa kalau bukan untuk ibuk? Memang bisa uang itu datang sendiri nggak di cari?"

" Tapi, Ariel..."

" Kita hidup itu perlu biaya yang banyak, buk. Butih uang untuk bayar listrik, bayar air, beli beras, beli makan, belum lagi beli obat kalau ibuk sakit. Kalau nggak kerja dari mana kami bisa dapat uang untuk bayar itu semua, buk?" Potong Ariel cepat.

Fatma mendesah panjang. Tak lagi mempermasalah kan nya dengan sang putri. Dia takut jika di terus kan, maka Ariel akan kesal dengan nya.

Mungkin sebagai ibu dia harus banyak bersabar menghadapi anak - anak nya yang sedang berjuang untuk nya sekarang.

Tapi di dalam hati dia terus berdoa semoga suatu saat nanti dia punya waktu bersama dengan putra dan putri nya walau pun cuma satu hari saja. Satu hari yang akan dia kenang selama hidup nya.

1
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!