HANARIA Wanita Sejuta Rasaku
"Firlita......! Kau harus jujur.....! Katakan padaku, siapa laki - laki itu !" Teriak Hanaria memaksa sahabatnya. Sambil memegang test kehamilan yang bergaris dua ditangannya.
Firlita hanya bisa menangis sesenggukkan, tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Hanaria mondar - mandir laksana seterika berjalan diruang tamu. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu nampak berpikir keras bagaimana cara membantu sahabatnya itu.
Sedangkan Firlita masih menangis sesenggukan disofa tamu tanpa tahu harus berbuat apa.
Hanaria lalu menghampiri Firlita, dan duduk disisi gadis itu dengan perasaan yang masih marah. Ia berusaha menenangkan dirinya.
Kenangan tiga tahun silam kembali terlintas dibenak Hanaria. Pertemuan pertamanya dengan Firlita, gadis belia yang bekerja sebagai SPG diusia enam belas tahun disalah satu pusat perbelanjaan, mencari kost dengan biaya murah. Karena merasa kasihan, Hanaria mengajaknya untuk tinggal bersamanya dengan gratis dikostnya.
Berjalan satu tahun kebersamaan mereka, Hanaria membeli rumah di komplek perumahan sangat sederhana dari bonus pekerjaannya sebagai seorang arsitek di perusahaan properti tempat ia berkerja.
Saat itu ia mengajak Firlita untuk pindah bersamanya, namun sahabat belianya itu menolak dengan alasan jauh dari tempat ia berkerja.
Dua tahun mereka tinggal terpisah, dan jarang bertemu karena kesibukan pekerjaan masing - masing.
Hingga akhirnya, hari ini Firlita datang kerumahnya sambil menangis karena telah hamil diluar nikah.
Hanaria mengusap punggung Firlita yang berguncang - guncang disebabkan sesenggukannya. Perasaan gadis yatim piatu itu pasti sangat hancur saat ini pikir Hanaria yang berusaha membuang rasa marahnya.
"Firlita......" Panggil Hanaria lembut.
Firlita yang menangis dengan menundukkan kepalanya, perlahan menegakkan kepalanya dan melihat kearah Hanaria yang memanggilnya sambil mengembangkan kedua belah tangannya untuk dirinya.
Tanpa aba - aba gadis belia yang baru berusia sembilan belas tahun itu langsung masuk kedalam pelukan Hanaria.
Dengan penuh kasih sayang Hanaria mendekap dan membelai Firlita yang sudah dianggapnya seperti adiknya sendiri itu.
"Maafkan aku Firlita.... karena telah berteriak padamu tadi.... aku begitu shock mendengarnya....." Ucap Hanaria sambil membelai punggung Firlita untuk menenangkan gadis itu.
"Aku akan mengantarkanmu pulang, besok pagi kita masing - masing masih harus berkerja. Bila kau sudah siap, kau bisa mengatakan siapa nama laki - laki yang sudah membuatmu seperti ini." Ucap Hanaria melonggarkan pelukannya.
Diusapnya air mata Firlita. Mata gadis itu terlihat begitu sembab.
Hanaria mengambil kunci kontak mobilnya lalu mengajak Firlita keluar dari rumahnya yang berukuran kecil itu.
Mobil yang dikemudikan Hanaria merayap perlahan, beberapa blok dalam perumahan itu ia lewati dengan kecepatan lambat. Hingga akhirnya mereka keluar melewati pos security perumahan itu.
Hanaria melajukan mobilnya dijalan raya dengan kecepatan sedang. Firlita yang duduk disebelahnya masih berdiam diri. Sesekali punggungnya masih terlihat berguncang akibat sisa - sisa tangisnya yang belum tuntas.
"Firlita......Kau sudah makan siang?" Tanya Hanaria saat melihat arloji ditangannya yang sudah menunjukan jam tiga sore.
Firlita menggelengkan kepalanya.
"Kita cari makan dulu yuk sebelum pulang kekostmu..." Ajak Hanaria menoleh sepintas pada Firlita yang duduk disebelahnya.
"Aku tidak lapar kak......" Kata Firlita tak bersemangat.
"Tapi aku yang lapar Fir....." Kata Hanaria sambil pokus pada jalan didepannya.
"Terserah kakak saja, aku ikut saja....." Kata Firlita masih tak bersemangat.
"Nah gitu dong....." Ucap Hanaria senang. Ia melambatkan mobilnya sambil melihat warung - warung pinggir jalan yang mereka lintasi.
Setelah melihat warung yang khusus menyajikan beragam kuliner berbahan ikan, Hanaria menepikan mobilnya dengan perlahan.
"Ayoo....." Hanaria mengajak Firlita turun dari mobilnya. Firlita hanya menurut dengan wajah lesu.
Pramusaji datang menhampiri Hanaria dan Firlita yang baru saja menempati salah satu meja kosong dan memberikan daftar menu.
"Kau mau makan apa Fir....." Tanya Hanaria sambil memilih daftar menu.
"Terserah kakak saja....." Ucap Firlita masih tak bersemangat.
Hanaria lalu menulis dikertas pesanan, setelah selesai ia menyerahkan pada petugas pramusaji.
"Firlita..... Kau tidak boleh mengabaikan kehamilanmu itu. Bayi yang telah tumbuh dirahimmu juga punya hak untuk hidup. Suka atau tidak suka kau harus menjaga kandunganmu itu dengan baik. Jadi, walaupun kau tidak merasa lapar, kau harus makan, jangan sampai tidak. Kau mengerti Fir.....?" Ujar Hanaria menasehati sahabat belianya itu yang lebih muda enam tahun darinya.
Firlita hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Tidak lama berselang, pesanan mereka akhirnya tiba. Pramusaji menyajikan makanan diatas meja. Hanaria yang belum makan siang terlihat begitu bersemangat untuk segera menyantap makanannya.
Sementara Firlita masih dengan wajah lesunya terlihat acuh pada makanan yang telah tersaji didepannya.
"Firlita..... Ayoo dimakan.... kok dianggurin aja.... ini sup ikan salmon....sangat baik untuk ibu hamil sepertimu dan bayi dalam kandunganmu. Ini sayuran brokoli dan kacanga - kacangan juga."
"Aku tidak selera makan kak, rasanya aku ingin muntah bila ada makanan yang masuk kemulutku." Ucapnya dengan wajah meringis.
"Tenang saja, tadi aku sudah meminta pramusajinya menghilangkan bau amisnya, kau pasti tidak memuntahkannya. Ayo dicoba, bagaimana kau tau rasanya kalau tidak mencobanya dulu." Hanaria memasukan sup ikan salmon kemangkuk lalu memberikannya pada Firlita.
Firlita menerimanya lalu menyendok sedikit kuahnya dan memasukannya kedalam mulutnya, lidahnya mengecap rasanya.
"Bagaimana.....?? Enak.....??" Tanya Hanaria penasaran sambil menatap lekat wajah Firlita.
"Iya..... enak... rasanya juga segar kak......" Kata Firlita mulai bersemangat.
"Kalau enak..... makanlah yang banyak...... buatmu, juga bayi diperutnu itu." Ucap Hanaria menunjuk perut Firlita dengan memonyongkan mulutnya.
Firlita hanya tersenyum melihat Hanaria yang bersikap seperti itu padanya, ia segera menyuap sup ikan salmon dari mangkuk yang ada ditangannya. Rasa sup ikan itu tidak membuatnya mual sama sekali. Hingga ia menambahnya berkali - kali.
Hanaria yang melihatnya merasa lega, diperhatikannya wajah polos itu, ada rasa sakit didadanya yang ia rasakan saat mengingat apa yang dialami gadis malang didepannya itu.
Hanaria menyantap makanan dihadapannya dengan lahap, rasa laparnya membuat ia menghabiskan makanannya dalam sekejap.
"Apakah kau sudah selesai Fir.....? Atau kau mau pesan untuk dibawa pulang." Tanya Hanaria.
"Sudah kak..... Cukup saja kak.....tidak usah memesan lagi, rasanya aku sangat lelah ingin segera istirahat dirumah." Kata Firlita dengan wajah yang memang terlihat lelah.
Hanaria segera menuju kasir untuk membayar tagihan. Setelahnya keduanya langsung meninggalkan tempat itu dengan mobil yang mereka kendarai.
Tak menunggu lama, mobil Hanaria sudah tiba didepan pagar kost Firlita tempat dirinya dahulu pernah kost pada dua tahun yang lalu.
"Disini saja kak..... Terima kasih banyak untuk semuanya hari ini ya kak....." Ucap Firlita menatap wajah Hanaria yang masih memegang kemudinya.
"Iya sama - sama Fir..... Ingat, apapun yang terjadi, kau harus tetap semangat. Jangan pernah menyerah. Beri kabar padaku bila terjadi sesuatu padamu. Jangan pernah malu, anggap aku ini kakakmu Fir...." Ucap Hanaria dengan pesan beruntunnya.
"Iya kak.... aku mengerti..... Sekali lagi terima kasih banyak untuk semuanya yang telah kakak lakukan untukku. Aku turun dulu ya kak....." Pamitnya. Lalu membuka pintu mobil dan segera turun.
Hanaria hanya menjawab dengan senyumannya sambil menganggukan kepalanya.
Firlita melambaikan tangannya pada Hanaria lalu masuk kedalam pagar. Hanaria pun membalas lambaian sahabat belianya itu lalu menjalankan kembali mobilnya.
Lalu lintas tidak terlalu ramai disore itu. Kota tempat Hanaria bekerja memang biasa sepi bila di hari minggu sore, para pegawai dan pekerja swasta lainnya biasanya menghabiskan waktu mereka bersama kelurga diluar kota.
Hanaria mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil menikmati suasana kota yang nampak lengang.
Krrrrriiiiiiikkkkkk....... Krrriiiiiiikkkkkk.....
Sebuah mobil sport merah menyala melaju begitu kencang dan sempat menyerempet mobil Hanaria saat melintas untuk mendahului.
Hanaria yang sempat terkejut segera menguasai dirinya. Dengan kecepatan penuh, dikejarnya mobil sport yang sudah menjauh didepannya itu.
Selang beberapa detik.... Hanaria sudah berada dibelakang mobil sport yang ia kejar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Delita bae
hadir, mangat ya, bintang nya belum muncul😇😁👍🙏
2024-11-06
1
𝕱𝖗𝖔𝖒 𝖙𝖍𝖊 𝖗𝖎𝖛𝖊𝖗 𝖙𝖔 𝖙𝖍𝖊 𝖘𝖊𝖆
belum ketahuan ya siapa yang menghamili temannya...
2024-08-27
2
Fitray Uni
mampir kaka, langsung subscribe, enak di baca, di tunggu kunjungan baliknya, MELODI ASMARA DI KOTA SAKURA 🥰
2024-03-02
1