Ilona, gadis jalanan yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Kehidupan jalanan memaksanya menjadi gadis kuat dan pemberani. Berbeda dengan Ayyara, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang culun dan dianggap jelek, dia sedikit gagap saat berbicara. Bahkan kakak dan sepupunya tidak suka padanya.
Hingga suatu hari, terjadi kecelakaan yang membawa perubahan dalam hidup keduanya. Ilona terbangun dalam raga Ayyara. Kecelakaan itu mengubah semua jalan hidup keduanya. Ilona yang tidak memiliki orang tua dan kehidupannya yang susah, berubah mendapatkan kasih sayang orang tua dan kehidupan layak. Dan Ayyara, dia berubah menjadi gadis yang tak mudah ditindas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Maaf Elen
Setelah cukup lama bersama Reka. Ayyara, Alden, Deon dan Gian berpamitan pulang. Meskipun baru pertama mereka bertemu, Reka bisa dengan cepat beradaptasi.
"Kita pamit dulu, ya? Lain kali kita ketemu lagi." Ujar Ayyara.
"Iya, Kak. Kalian hati-hati."
"Kamu tenang aja. Libur nanti, kita kesini lagi." Ujar Alden, mengusap kepalanya.
"Jangan kesini lagi! Kita pindah tempat. Kita ajak Reka jalan-jalan."
"Nah, gue suka usulan lo, De! Libur nanti, kita ke taman bermain aja. Atau engga, ke mall. Gimana?" Ujar Gian.
"Ya. Aku setuju. Libur nanti kita ke taman bermain. Deal?" Sambung Ayyara.
"Deal!" Ujar ketiga cowok itu, mengiyakan perkataan Ayyara.
"Makasih ya, kakak. Kalian semua udah baik sama Reka."
"Iya dong! Reka sekarangkan adeknya kita. Iya kan?"
"Iya. Kamu jangan sungkan, oke?" Timpal Alden.
"Siap kak. Kalau gitu, terima kasih, ya? Reka balik dulu."
"Oke. Daahh... Reka." Ujar mereka bersamaan.
Setelah anak itu memasuki rumahnya, Ayyara, Alden, Deon dan Gian segera kembali ke rumah.
"Pinter juga Ayya pilih temen." Ujar Deon setelah mobilnya melaju.
"Iya. Anak kecil, lucu gitu. Suka banget gue sama si Reka." Seru Gian.
Setelah setengah jam, mereka tiba di rumah Ayyara. Alden langsung berpamit pulang. Ayyara juga langsung menuju kamarnya setelah mobil Alden menjauh. Ia membaringkan tubuhnya. Tapi tiba-tiba, ia teringat jika belum selesai membaca buku diary milik Ayyara. Ada banyak hal yang perlu ia ketahui tentang pemilik tubuhnya ini.
Ayyara bergegas menuju meja belajar dan meraih diary itu. Ia membuka lembaran terakhir yang ia baca, lalu melanjutkan membaca.
Senyum sinis terukir di bibirnya. Ada hal menarik yang tertulis disana.
***
Ayyara duduk di lorong kelas dengan sebuah buku di tangannya. Jam istirahat kali ini, dia hanya duduk sambil menunggu seseorang yang memintanya untuk bertemu.
"Ayya!" Gadis itu tetap fokus membaca bukunya. Dia tahu siapa yang memanggilnya. Dia bukan orang yang memintanya ada disana.
"Jangan ganggu gue, Kenzo!" Ujarnya tanpa melihat orangnya.
"Ayya! Gue pengen ngomong sesuatu sama lo!"
"Kalo lo ngomong, cuman minta gue buat ninggalin Alden, mending ga usah ngomong. Sampe kapan pun, gue ga akan ngelakuin itu." Tegas Ayyara.
Kenzo menarik nafasnya. Ia kemudian duduk di sebelah Ayyara. Tangannya meraih sebelah tangan Ayyara. Namun, gadis itu segera menepisnya.
"Apaan sih lo? Ga usah pegang-pegang!"
"Ayya, gue mohon sama lo! Dengarin gue bentar aja!" Ucap Kenzo. Cowok itu lagi-lagi menarik tangan Ayyara.
"Lo bisa ga, ga usah narik tangan gue?" Ayyara berdiri dengan perasaan kesal. Ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kenzo. Tapi lelaki itu semakin mengeratkannya.
"Ayya! Lo harus dengerin gue!" Kenzo ikut berdiri. "Lo harus tinggalin Alden! Lo lebih cocoknya sama gue, bukan Alden!"
Ayyara yang sudah kelewat kesal, mendang kaki Kenzo hingga cowok itu tersungkur dengan posisi berlutut. Ia lalu melepaskan genggaman Kenzo kemudian memelintir tangannya ke belakang, dan menekan tengkuk Kenzo.
"Sekali lagi lo minta gue ninggalin Alden, gue ga segan matahin tangan lo!" Ujar Ayyara.
Elen, orang yang meminta bertemu Ayyara hanya bisa terdiam menyaksikan pemandangan di depannya.
Ayyara yang merasa ada yang sedang memperhatikan mereka pun menoleh. Ia tersenyum melihat Elen disana. Ia melepaskan tangannya dari tengkuk dan tangan Kenzo, lalu berjalan mendekati Elen.
"Ayo, kita cari tempat lain aja. Tempat ini udah kotor." Ujarnya berjalan melewati Elen.
Cewek itu melihat Kenzo sebentar, lalu beralik mengikuti Ayyara.
"Kenapa minta ketemu? Di kelas juga udah ketemu." Ujar Ayyara, saat mereka berdua tiba di taman sekolah yang cukup sepi.
"Kata Kak Gian, kalo mau minta maaf sama lo, harus cari waktu dan tempat yang tepat."
"Huh, jujur amat lo." Balas Ayyara. "Jadi, lo mau minta maaf sama gue?"
Elen mengangguk pelan. Dia gak tahu, apakah Ayyara akan memaafkannya atau tidak. Tapi, ia tetap akan minta maaf. Ia sudah banyak salah pada Ayyara selama ini.
"Minta maaf sama gue ga mudah. Lo harus tanggung jawab dulu atas perbuatan lo selama ini."
"Gue ga papa disuruh tanggung jawab semua perbuatan gue. Yang penting lo maafin gue. Gue ga mau hidup dalam rasa bersalah." Ujar Elen serius.
"Oke! Sekarang lo tampar wajah lo sendiri!"
"Tampar?" Ayyara mengangguk. "G-gue, akan lakuin itu." Elen mengangkat tangannya hendak menapar wajahnya sendiri. Ayyara yang melihatnya tersenyum. Saat tangan Elen hampir mengenai pipinya, Ayyara menahannya.
"Udah! Ga usah lo lanjutin! Gue udah maafin lo." Ujar Ayyara.
"L-lo... Udah maafin gue? Serius?"
"Iya."
"Makasih Ayya! Makasih udah maafin gue yang kelewat jahat sama lo." Elen memeluk Ayyara dari samping.
"Masih ga sebanding sama Vanya." Ujar Ayyara, balas memeluk Elen.
"Tapi, gue ga nyangka lo bisa maafin gue semudah ini." Elen melepas pelukannya.
"Gue udah cukup ngerjain lo. Tapi, kalo lo mau, gue ada syarat buat maafin lo."
"Hehehe... Aneh! Udah dimaafin, baru kasi syaratnya. Coba, apa syaratnya?"
"Jangan deketen lagi sama Vanya. Gue tau lo berdua udah ga temenan lagi. Tapi, gue juga tahu, lo belum sepenuhnya ngelepasin Vanya sebagai temen lo."
"Huufth... Lo benar! Gue masih ada rasa yang anggap Vanya sebagai teman gue."
"Ga papa lo masih anggap dia temen lo. Tapi, lo jangan sampe terpengaruh sama perbuatan jahat dia."
"Gue ga akan terpengaruh lagi. Lo liat sendirikan? Gue udah jaga jarak dari dia sekarang."
"Iya. Gue percaya."
"Jadi, sekarang kita temenan?"
"Menurut lo?"
"Kita temenan."
"Ya udah! Kita temenan."
"Makasih, Ayya!" Elen kembali memeluk Ayyara.
"Udah. Maksih mulu lo dari tadi. Ayo, ke kelas! Bentar lagi bel masuk."
"Ayo!"
Kedua cewek itu bergegas kembali ke kelas. Keduanya berjalan beriringan memasuki kelas. Disana sudah ada Vanya dan beberapa siswa lainnya.
"Temenan lo berdua?" Tanya Vanya saat melihat Elen yang berbicara dengan Ayyara sambil terkekeh.
"Ayya! Gue ke tempat gue dulu, ya?" Ujar Elen.
"Iya."
Elen segera berjalan menuju kursi mejanya. Tapi, sebelum ia melewati Vanya, cewek itu sudah menahannya.
"Mau kemana lo? Ngehindar dari gue?" Vanya menarik tangan Elen dengan kasar. Ayyara tidak tinggal diam. Dia juga menarik kasar tangan Vanya yang menggenggam tangan Elen.
"Oh, sekarang lo berlindung dibelakang ni cewek?" Vanya menunjuk wajah Ayyara dengan telunjuknya. "Asal lo semua tau! Cewek ini, dia temanan sama gue cuman buat lindungi dirinya yang lemah. Dia sok kuat dan sok nindas orang! Tapi sebenarnya, dia cewek lemah." Teriak Vanya, berpindah menunjuk Elen.
Ayyara yang mendengarnya tersenyum miring. Ia memang tidak tahu secara detail mengenai Elen. Tapi, ia bisa melihat Elen yang sebenarnya dari setiap reaksi ketakutannya saat berhadapan dengannya.
Ayyara maju selangkah lebih dekat dengan Vanya. Ia kembali menyunggingkan senyumnya. "Dan lo! Lo dengan senang hati terima Elen sebagai teman lo karena kekayaan keluarga Elen melebihi apa yang keluarga lo punya. Benarkan?" Sinis Ayyara yang mampu membungkam Vanya.
"Lo dengan senang hati terima dia karena lo mau manfaatin dia, Iyakan? Dan satu lagi. Mobil yang lo pake selama ini, itu mobil milik Elen kan? Entah bagaimana caranya, lo buat Elen mengakui jika itu mobil lo. Gue benar lagi kan?"
"Bohong! Jangan dengerin dia! Dia cuman omong kosong!"
"Oh ya? Ga usah nyangkal deh lo. Gue tau semuanya." Ujar Ayyara, membuat Vanya sedikit pucat.
Untung gue baca semuanya mengenai Elen sama Vanya dari buku diary Ayyara. Batin Ilona.
Siswa-siswi yang mendengarnya mulai berbisik-bisik tentangnya.
"Ga nyangka Vanya bisa gitu juga."
"Iya, ga nyangka. Gue pikir dia cuman bisa ngebully orang. Eh, ternyata bisa morotin orang juga." Bisik-bisik beberapa siswa yang membuat Vanya kesal.
"Diaaamm!" Teriaknya.
"Udah deh, ga usah teriak-teriak! Sana, balik ke tempat lo! Udah bel masuk." Ujar Ayyara. Gadis itu menarik tangan Elen, lalu berjalan menuju tempat mereka, dan dengan sengaja menabrak bahu Vanya.
"Sorry, gue sengaja!" Ujarnya dengan gaya angkuh. Membuat Vanya menatap kesal ke arahnya sambil mengepalkan tangannya.
/Rose//Rose//Rose/