(follow Instagram ku: @Picisan_Imut94)
rasanya seperti mimpi, melakoni suatu pernikahan dadakan hanya karena salah paham warga yang mengira keduanya telah melakukan mesum di sebuah kedai kopi sederhana.
Kinara gadis penjual kopi ini entah ketiban sial atau sebuah keberuntungan, Tiba-tiba harus merubah statusnya menjadi seorang istri pria asing.
selama ini Kinara hanya mengenal Tara sebagai seorang supir taxi online, dan di luar dugaan Tara ternyata adalah Leonard Dewantara.
seorang pemimpin perusahaan Dewantara Grup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
izin tidak pulang.
Suara dua ketukan dari luar membuat Leon berseru memerintahkan orang itu untuk masuk. Sementara dirinya masih sibuk berkutat pada beberapa berkas di hadapannya.
Ada beberapa laporan yang belum ia ACC, lumayan banyak bahkan sebagian ada yang terbengkalai. Belum lagi dengan masalah salah satu mega proyeknya, sepertinya Pria itu mulai kehilangan peformanya sebagai pemimpin terbaik.
Sementara sekretaris Ivan sudah masuk ke dalam ruangan itu. Berjalan pelan mendekati meja Leon dan berdiri di hadapannya.
"Ivan, tolong jelaskan, ini kenapa proyek Grand Camelia mangkrak?" Tanya Leon, sembari melemparkan berkas itu ke arahnya, yang dengan sigap di tangkap oleh Ivan, ia pun membukanya.
Membaca sebentar, lalu menghela nafas.
"Mohon maaf Tuan, Sebenarnya bukan mangkrak, hanya saja, ada penundaan sebentar, terkait dengan adanya aksi dari beberapa warga yang menolak relokasi, mereka melakukan demo besar-besaran. Bahkan para pekerja konstruksi sampai di lempari batu." Jawab Ivan.
Leon pun meremas kepalanya sejenak. "Bukannya sudah deal ya? Kita kan sudah mengadakan pertemuan baik-baik?"
"Entah ada hasutan dari mana, sehingga membuat para sebagian warga jadi melakukan aksi penolakan itu, dan meminta kita untuk berhenti melakukan pelebaran lahan untuk kawasan Grand Camelia Tuan."
Leon menggigit kepalan tangannya, ia tidak bisa menjawab itu, dan lebih memilih untuk memperbaiki kekacauan ini. "Cari tahu apa yang terjadi, dan rampungkan proyek itu. Jika kita tidak sesuai target, bisa-bisa para klien akan membatalkan kerjasama mereka kepada kita."
"Akan saya kerjakan Tuan."
"Dan satu lagi, adakan rapat dengan beberapa CEO*, dari cabang kita." *(Chief Executive Officer. Dimana tugas mereka adalah sebagai kepala kantor yang mengurusi administrasi dan kepersonaliaan)
"Baik Tuan." Ivan membungkuk, dan berjalan keluar, ruangan tersebut.
"Haaaaahhh, sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini atau bahkan dua hari, itu sudah otomatis jika pernikahan ku dengan Kinar Harus ku tunda. Demi bisa merampungkan urusan Grand Camelia di Kota X, belum lagi yang lain-lain."
"Aaarrgghhh aku harus bilang apa pada Kinar? Ijin apa ya?" Terus berfikir sejenak.
Ia pun meraih ponselnya. Mencari nama 'my destiny' di sana, dan menekan tombol call.
Satu kali deru sambungan tidak di terimanya, kedua, dan ke tiga kalinya lah. Suara yang ia rindukan dari sebrang terdengar.
"Cinta—" sapa nya dengan semangat, Leon pun tersenyum.
"Iya sayang sedang apa?"
"Baru saja selesai merebus mie instan," menjawab dengan polosnya. Leon terkekeh.
'aku kasian pada mu sayang, kenapa kau masih berjualan, sedangkan aku bisa membelikan mu apapun dengan uang ku.' memijat keningnya.
"Cinta, kau masih di sana kan?" Tanya Kinar.
"Iya sayang, emmm, anu, aku ingin meminta izin pada mu sayang."
"Minta izin apa?"
"Nanti malam, aku tidak pulang." Ucap Leon Sangat berat mengatakannya.
"Memang mas mau kemana? Kenapa bisa tidak pulang?" Nadanya terdengar sedikit tidak rela.
'aaaarrrrrggghhh jawab apa ya? Ayo lah Leon berfikir...' batin Leonard.
"Carteran," jawabnya seketika, karena itu yang terlintas di kepalanya.
"Carteran?"
"Iya sayang, carteran ke? Ke? Keluar kota."
"Keluar kota? Jauh tidak mas?"
"Lumayan sayang, di?" Leon berfikir lagi, "aaahh Cirebon."
"Ohhh," menjawab dengan lirih Kinara dari sebrang.
"Maaf ya sayang, tidak apa kan? Bayarannya tinggi soalnya, aku kan sudah janji ingin membelikan mu ponsel, jadi aku akan bekerja keras." Menjadikan itu alasan.
Sementara yang di sebrang mulai berkaca-kaca, merasa terharu dengan perjuangan suaminya itu. "Cintaaaa—" menutup mulutnya ia benar-benar ingin menangis. "Aku sudah bilang tidak usah kan?" Sambungnya.
"Aku akan tetap membelikannya sayang, aku sudah berjanji pada diriku sendiri."
"Hiks, aku jadi ingin memeluk mu mas."
Leon tersenyum dari sebrang. "Aku juga sayang, sudah dulu ya. Aku harus jalan lagi."
"Huuwaaaa, hati-hati cinta, janji jangan sampai ada angin masuk ke tubuh mu, apa lagi lecet sedikit pun ya."
"Hahaha, iya sayang."
"Huhuhu kecup online dari sini cinta. Muachhhhh."
Leon semakin gemas dengan istrinya itu. "Muaaaacchh juga sayang. Daaahhh Aku mencintai mu."
"Cintaaaa, pokoknya cepat pulang ya paman Gober ku."
"Hahahaha iya candu ku." Balas Leon sebelum ponsel itu di matikan, ia pun menghela nafas. "Rindunya..." Mengusap layar ponselnya yang terdapat Foto Selfi Kinar saat di puncak Monas waktu itu.
Tok tok tok. Leon menoleh, Ivan membungkuk. "Saat nya jalan, Tuan muda."
"Ya." Memasukan kembali ponsel ke saku nya lalu berjalan keluar, melewati Ivan, yang lantas berjalan mengikuti di belakang Leon, tujuan utama adalah rapat dengan para CEO nya, lalu ke kota X guna mengurus Grand Camelia.
Bersambung...
sekarang ingin baca lagi cerita nya bagus
insyaallah akan manis di akhir nya