Suamiku Ternyata Seorang Presdir
Pukul sebelas malam...
Segerombolan air yang berasal dari langit, mengepung kawasan padat penduduk tersebut.
Desiran angin serta menggelegarnya sambaran petir, membuat seorang gadis bernama Kinara Larasati itu tertahan.
Ia berdiri di depan kedai kopi yang sudah hampir tertutup seluruhnya. Hanya tersisa pintu masuk saja.
Menghela nafas, setiap kali matanya menilik kearah jam tangan. Lalu kembali memandangi hujan yang terus jatuh dengan derasnya, tanpa tahu kapan akan mereda.
Hujan seperti ini mungkin akan awet –pikirnya.
Membuatnya ragu untuk pulang sembari membawa payung, menerjang hujan. Walaupun tempat tinggalnya hanya masuk sedikit ke dalam gang, tidak jauh. Tapi kilatan petir terus menyambar-nyambar, membuatnya takut.
Namun, menunggu hujan reda mau sampai kapan? Sudah lewat satu jam, intensitasnya malah semakin besar, awet pula. Tidak mungkin, 'kan? Jika harus menginap di warungnya.
Warung itu sangat sempit, juga tidak ada alas tidur. Lebih-lebih soal keamanan. Siapa yang menjamin, Dia akan tidur dengan tenang? Sementara pintu warung hanya bisa di gembok dari luar. Jika ada pria jahat yang memaksa masuk, akan celaka hidupnya.
Lebih-lebih di sekeliling, yang hanya di isi warung-warung berjajar, sudah sepi. Mereka sudah pulang dari jam sembilan tadi.
Ketika awan masih pekat-pekatnya menahan air didalamnya. Sementara pada saat itu, pelanggannya sedang banyak-banyaknya. Membuat Kinara menunda sejenak kepulangannya.
Memang, Kinar biasa pulang malam. Sebab warung kopi buka setiap jam sebelas siang hingga pukul sepuluh malam.
Warung yang tidak hanya menjual kopi saja. Namun menjual mie instan yang sudah matang juga.
Membuat warung itu sangat di gemari penikmatnya dan dijadikan tempat tongkrongan asik, bagi para pekerja proyek yang tidak jauh dari sana.
Meskipun begitu, Kinara bukanlah termasuk wanita genit yang bersedia untuk di lecehkan. Ia tetap memegang teguh wejangan sang ayah, tentang pentingnya menjaga kehormatan.
Seperti jika ada pria-pria nakal yang menggoda, ia tetap akan melawan mereka. Karena Kinara bukan termaksud gadis yang lemah yang mudah di goda.
Duaaaarr...
Suara ban meletus membuat Kinara terkejut bukan kepalang. Nampak sebuah mobil yang sedikit Oleng mengarah ke arahnya ckiiiiiiiiiiiiiiiiittttt. Dan berhenti dengan sempurna di depan, tepat di sebrang warungnya.
Kinara mengelus dada, jantungnya masih berdebar akibat terkejut.
Yang di dalam mobil itu, baik-baik saja, 'kan?
Kinara masih fokus mengamati sebuah mobil berjenis Avanza.
Braaaaakkk...
Seorang pria keluar dengan membanting pintu lalu berjalan mendekati ban belakang mobil yang ia gunakan. Mengintip sejenak lalu berkacak pinggang.
Pria bertubuh tinggi, dengan kemeja berwarna hitam itu terlihat kesal.
"Sial... dasar Ivan. Bisa-bisanya Dia mengganti mobil ku dengan mobil bobrok seperti ini," mengumpat kesal, sembari menendang ban mobilnya sekali.
Tapi bukan salahnya juga sih, aku yang memaksa pergi sendiri tanpa tahu kalau mobil itu rupanya ada masalah. Masih untung ada mobil pengganti. tapi aku malah menemukan masalah selanjutnya.
Seketika Pria itu menoleh kebelakang, setelah merasakan ada seseorang yang tengah memayunginya.
"Maaf, Anda baik-baik saja, 'kan? perlu bantuan?" tanya Kinara ramah. Pria itu tertegun sejenak mengamati wanita yang terlihat sederhana namun sangat cantik.
"Mas?" Panggilnya lagi, karena menyadari pria itu melamun.
"Ahhhh... iya. Ini ban mobil saya, meletus," jawabnya.
Kinara tersenyum, dan dari senyumannya seolah membuat Pria itu kembali tersihir.
"Apa anda bawa ban, lain?" tanya Kinara.
"I... iya. Sepertinya ada di bagasi belakang," jawabnya tergagap.
"Ada alat-alatnya juga kan seperti dongkrak dan kuncinya?"
Pria itu mengangguk masih terus melihat kearah gadis di hadapannya.
"Emmm... sebelum itu, apa anda keberatan jika saya bantu?"
"Memangnya, Anda bisa?"
"Saya pernah kerja di salah satu PT. Otomotif, jadi lumayan bisa sih kalo cuma ganti ban saja," jawabnya sembari terkekeh.
Pria itu tersenyum. "Tunggu sebentar, ya?"
Setelah sang gadis mengangguk, Ia lantas berjalan guna membuka pintu bagian belakang mobilnya. Namun seketika tertegun.
Tidak ada ban, bagaimana ini? Asal jawab saja aku.
Pria itu kelimpungan, Kinar pun mendekati.
"Bagaimana?"
"Sepertinya tidak ada Ban pengganti. Ku pikir ada?" Menggaruk kepala bagian belakang, merasa malu.
Kinar pun membungkuk mengintip kolong mobilnya.
"Itu– ada," menunjuk.
Loh... Di bawa rupanya? Astaga!
Pria itu tersenyum lebih malu lagi karena tidak tahu, di bawah ada ban yang tergantung.
"Biar ku bantu keluarkan."
"Tidak usah. Biar saya saja."
"Okay..." Kinar menjauh. Membiarkan pria asing itu mengeluarkan ban tersebut, sedikit nampak kesulitan namun tetap berhasil.
Lalu mengeluarkan beberapa alat dari dalam perkakas yang di perlukan, setelah meletakkan ban di sisi yang perlu di ganti. Kinar tersenyum, ia menyodorkan payung itu kemudian.
"Boleh minta tolong pegangi payungnya?" Pintanya. Pria itu mengangguk dan payung itu pun sudah berpindah tangan.
Kinara berjongkok ia lebih dulu menaruh dongkrak dan mengatur ketinggiannya. Setelah itu baru lah ia melepaskan ban yang pecah, dan menggantinya dengan yang baru.
Terlihat cekatan sekali, hingga ban tersebut sudah terpasang sempurna. Pria itu pun memandang penuh kekaguman.
Tidak di sangka gadis sehalus itu bisa mengganti ban mobil. Bahkan dia saja tidak bisa.
Kinar beranjak, ia menepuk-nepuk telapak tangannya. "Sudah selesai mas."
"Wah... terimakasih banyak ya," jawab pria itu membalas senyumnya.
"Sama-sama. Emmm... mau mampir ngopi sebentar? Saya gratisin deh. Bukan apa-apa loh ini, sebab baju mas basah takutnya masuk angin, kalau mau bungkus juga tidak apa, kok." Kinara menawarkan karena sepertinya pria itu sedikit menggigil.
"Boleh, saya minum di sini saja."
–––
Setelah membereskan ban yang tidak dipakai dan perkakasnya mereka pun berjalan masuk menuju warung Kinara.
Kinara sempat menanyakan kopi apa yang ia mau? Namun pria itu menjawabnya dengan apa saja. Maka jadilah secangkir kopi sederhana ala racikannya yang menjadi paling favorit diwarungnya. Lalu menyuguhkannya pada Pria tersebut.
"Silahkan mas."
"Terimakasih."
"Sama-sama."
Pria tersebut menyeruput kopinya, matanya sedikit melebar. Sepertinya, dia menikmati kopi buatan Kinar. Terlihat pria itu kembali menyeruput lalu meletakkan lagi gelas cangkir tersebut di atas meja.
"Terimakasih mbak?"
"Kinara," jawab Kinar, cepat.
"Kinara ya, nama yang cantik."
Kinara tersipu. Karena pria yang ada di hadapannya juga sangat tampan, terlebih-lebih dia memuji namanya.
"Emm... aku ingin ke toilet. Ada kan di sini?"
"Ada sih mas, tapi sepertinya tidak sebersih toilet Anda."
"Ehhh... kok berfikiran seperti itu?"
"soalnya anda seperti tidak berasal dari kalangan seperti saya. Anda pasti orang kaya," jawabnya asal.
Pria itu terkekeh. "Saya itu buka orang kaya kok. Pekerjaan saya saja cuma supir taksi online," jawaban yang terdengar asal. Namun tetap di percayai gadis itu.
Mereka beranjak.
Kinara menunjukkan bilik toiletnya, lalu pria itu pun langsung masuk ke dalamnya.
"Haaaaahhh... masa iya dia cuma supir taksi online. Sepertinya tidak mungkin sih," gumamnya.
Ia menata beberapa barangnya, karena hujan di luar sudah mulai reda. Tinggal menunggu pria itu keluar dan pulang, maka dia juga akan pulang.
Paaaaattssss... lampunya padam. Kinar menoleh ke segala arah.
"Gawat mati lampu," merasa panik.
Cklaaaaaaakkk... terdengar suara pintu toilet yang terbuka, secara tiba-tiba.
"Mbak—" panggil pria tersebut.
"Saya di sini Mas," jawab Kinar.
Pria tersebut melangkahkan kakinya sembari meraba-raba jalan karena gelap. Ia pun menabrak beberapa kursi plastik membuat Kinara terkesiap.
"Pelan-pelan mas," ucap Kinar.
"Gelap sekali mbak. Saya punya masalah rabun senja soalnya. Jadi saya benar-benar tidak bisa melihat apapun saat ini." Pria itu terus melangkah hingga menabrak tubuh Kinara.
Bruuuuukkkk...
"Kyaaaaaaaa..." Kinara yang tidak bisa menahan tubuh berat sang pria pun terjatuh. Hingga posisi pria itu sedikit menimpah tubuhnya.
"Ma... maaf mbak. Sungguh maafkan saya," tuturnya. Baru saja dia hendak berdiri. Beberapa orang datang sembari membawa senter di tangannya menyoroti mereka.
"Woy!!! Kalian sedang apa?! Mesum ya?" Seru seorang bapak-bapak.
Kinara mendorong dada bidang pria di atasnya untuk menjauh dari tubuhnya.
Dia lantas berdiri dan menggeleng cepat.
🍂
🍂
🍂
## hai... aku picisan Imut. ini novel ku yang ke sekian, yang masih buruk juga sih penulisannya. maaf ya kalau bikin kalian kurang enjoy bacanya.
aku hapus visualnya... karena kalian pasti banyak yang nggak cocok hehehe.
aku senang, akhir2 ini novel (Suamiku ternyata seorang Presdir) ramai pembaca 🥺🥺🙏🙏🤲🤲
makanya aku lagi usahakan revisi satu persatu babnya... jadi kalau masih keliatan ancur maaf ya, soalnya aku memperbaikinya pelan2 ketika luang, karena aku juga sedang on going novel barunya di sini juga. terimakasih sekali lagi untuk kalian para pembaca, baik yang baru ataupun yang membaca ulang. dan mungkin akan sedikit berbeda dengan Audiobooknya, soalnya aku merubah banyak di setiap part-nya, agar lebih enak di baca.
(perbaikan di mulai pada tanggal 12 Februari 2022... dan seterusnya, jadi yang di episode bawah masih kurang nyaman di baca, mohon di mengerti ya.)
selamat membaca teman-teman... ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Bayu Widodo
Bagus sekali
2024-10-06
0
Hafidz Fajrin
nyari-nyari judul sama nama Outhornya lupa akhirnya ketemu. baca kesekian kalinya
2024-10-01
1
Dhika Ahmad
novel ini sudah 3 kali khatam tapi gak ngebosenin
2024-09-22
0