(DALAM TAHAP REVISI!)
Di pertemuan pertamanya dengan Ustadz pembimbingnya yang bernama Bilal, putra kiai Khalil pemilik pondok pesantren Al Hikmah di Jakarta. Asma Azzahra hanyalah gadis remaja yg manja, ceria dan ke kenak kanakan sekalipun ia adalah putri dari seorang kiai pemilik yayasan Ar Rahman di desa nya. Asma menjadi dekat dengan Ustadz yg membantunya menyelesaikan ujian kelulusannya itu.
Dan beberapa hari setelahnya, Sang Ustadz memperkenalkan istri nya yang bernama Khadijah, wanita dewasa yg anggun. Asma menyambut perkenalan itu dengan senang hati.
Namun di hari berikutnya, sebuah kenyataan yg tak pernah ia bayangkan menghantam nya, saat sang Ayah mengatakan Bilal adalah suaminya dan Khadijah adalah madunya.
Ig @Skysal
Fb SkySal Alfaarr
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Bak wabah yg tertiup angin, berita tentang Asma Azzahra yg duduk di kelas tiga adalah istri kedua Bilal menyebar tak terbendung, bahkan entah bagaimana cara nya, berita itu juga menjadi perbincangan hangat di kalangan santri putra. Membuat semua orang menjadi begitu penasaran dengan sosok remaja yg kata sebagian dari mereka 'beruntung ' itu. namun sebagian lagi terlihat tak suka dengan berita itu.
Asma Azzahra, gadis remaja dari desa kecil, bagaimana bisa menjadi istri seorang Bilal dan menantu dari Kh Khalil.
Banyak yg bertanya tanya bagaimana kisah itu bermula, bagaimana dan dimana pertemuan kedua nya. Kenapa Asma mau di nikahi oleh Bilal yg usia nya jauh lebih tua dari nya, dan bagaimana kedua orang tua Asma mengizinkan putri nya menikah dengan seorang pria yg telah berkeluarga.
Kenapa Asma yg Bilal pilih?
Padahal banyak santri senior yg menaruh hati pada Bilal, tak hanya dari kalangan santri, beberapa Ustadzah yg belum menikah juga menaruh hati pada Bilal yg memiliki sosok sangat berkharisma.
Berita itu, tentu sangat berpengaruh pada Asma, ada yg sebagian menghormati nya karena ia adalah anggota keluarga pemilik pesantren, namun tak sedikit pula yg memandang nya sinis dan iri.
Asma harus melewati hari hari nya dengan terus berusaha mengabaikan teman teman nya yg membicarakan dirinya di belakang nya.
Namun terkadang ia menjadi begitu marah saat mereka mengatakan betapa kasihan nya Khadijah yg harus tinggal satu atap dengan madu nya.
Betapa hebatnya Khadijah yg rela berbagi suami dan rumah nya dengan wanita lain.
Betapa luar biasa nya Khadijah yg tetap bisa tersenyum meski hati nya terluka karena wanita lain, dan betapa Khadijah khadijah dan Khadijah...
Seolah Asma adalah duri dalam kehidupan Khadijah yg mereka kasihi, seolah Khadijah adalah wanita yg berkorban karena Asma.
Tak jarang Asma harus pulang dengan emosi gg menggebu, amarah yg ingin ia luapkan, ingin rasanya ia memberi tahu mereka bahwa disini dia lah yg berkorban, mengorbankan kebebasannya, masa remaja nya dan perasaan nya.
Namun dia lebih memilih diam, karena ia merasa tak perlu menjelaskan apapun pada mereka, karena yg menjalani kehidupan itu adalah Asma. Dan memang nya apakah mereka peduli dengan alasannya?
Tidak akan, karena yg mereka pedulikan hanyalah gosip yg hangat.
"Jangan ambil hati yg yg kamu dengar, mereka juga sering ber andai andai menjadi istri Ustadz Bilal. Kamu sendiri pernah dengar mereka mengatakan itu kan?" ucap Nora mencoba menguatkan sahabat nya itu. Terkadang Nora tak tega pada Asma, apa lagi sering sekali ia melihat Asma yg menangis karena kesal dengan gosip gosip teman teman nya itu.
"Aku engga ngerti kenapa mereka harus mengomentari hidup ku habis habisan seperti seorang juri yang mengomentari kontestan"
"Ya itulah manusia, Asma. Mereka akan terus berbicara dan berbicara, jika itu baik, mereka akan berkata kita sok baik, ketika itu buruk, mereka akan menghakimi se enak jidat" Asma menyusun kitab nya dan memasukan nya ke dalam tas, Hari sudah mulai sore dan pelajaran sebenarnya sudah usai sejak tadi.
Sekarang Asma dan Nora bersiap mengikuti kajian umum yang selalu di adakan setiap kamis sore, biasanya kajian itu di isi oleh anggota keluarga Kiai Khalil atau Ustadz dan Ustadzah senior. kajian itu tidak di wajibkan, namun hampir semua santri putri mengikuti nya apa lagi jika yg mengisi kajian itu Bilal.
"Jadwal siapa sore ini?" tanya Asma sambil berjalan keluar kelas menuju aula bersama Nora.
"Emm mungkin antara Ustadz Mukhlis atau suami mu" Asma memutar bola mata jengah setiap kali Nora menggoda diri nya dengan kata 'suami mu'.
Sesampai nya di aula, rupanya kajian sudah di mulai, Asma dan Nora duduk di baris belakang karena tempat yg sudah penuh.
"Nah kan, suami mu yg mengisi kajian" Bisik Nora. Beberapa santri yg menyadari kehadiran Asma, mereka melirik Asma sekilas kemudian berbisik bisik dengan santri yg lain, Asma yg sudah menduga apa yg mereka bicarakan hanya bisa menghela nafas lesu. Asma mencoba fokus pada apa yg Bilal terangkan, harus ia akui, ia suka cara Bilal menyampaikan materi, singkat, jelas dan menyenangkan, berbeda dengan kakak sulung Bilal yg mengisi kajian minggu lalu, dia terkesan terlalu serius, dan itu mengingatkan Asma pada Adil yg juga selalu serius saat mengajar.
.
.
.
"Asma, besok ke asrama dong, main ke kamar ku. Mumpung libur, aku pengen banget kita menghabiskan bersama dan bercerita, aku juga penasaran banget dengan kisah cinta mu dengan Ustadz tertampan di dunia" ucap Nora yg membuat Asma merasa geli.
"Kisah cinta dari Hong Kong, dan emang nya kamu sudah bertemu dengan semua Ustadz di dunia ini sehingga memutuskan dia yg paling tampan?"
tanya Asma sambil mengeluarkan dua lolipop dari tas nya, kemudian ia memberikan nya satu untuk Nora dan satu untuk dirinya, setelah membuka bungkus nya, Asma langsung memasukan lolipop itu ke dalam mulut nya begitu juga dengan Nora yg melakukan hal yg sama.
"Kamu makan permen tiap hari, engga sakit gigi?" tanya Nora sambil menjilati permen nya.
"Engga lah, aku kan rajin gosok gigi" jawab Asma, dia dan Nora mengobrol sebentar sebelum Asma pulang dan Nora kembali ke kamar asrama nya.
Dan saat asyik berbincang, Asma menoleh saat merasakan tepukan di pundak nya, ia mendapati Bilal yg entah sejak kapan berdiri di belakang nya yg cukup membuat Asma terkejut, tak hanya itu, tiba tiba saja ia merangkul nya seperti biasa dan menarik lolipop Asma dari mulut Asma kemudian memasukan lolipop itu ke dalam mulut nya sendiri dengan santai, tentu hal itu membuat Asma kesal apa lagi beberpa santri memperhatikan mereka, dan samar samar Asma kembali mendengarkan mereka berkata
"Ya Allah, so sweet banget sih Ustadz Bilal "
"Aduh, jadi pengen nikah kalau liat kemesraan Ustadz Bilal"
"Engga nyangka ya Ustadz Bilal ternyata orang yg romantis"
Dan masih banyak lagi yg mereka katakan, itu semua karena Bilal selalu bersikap mesra pada Asma setiap kali ada kesempatan, tak peduli Asma yg selalu memohon pada Bilal agar tidak memperlakukan nya sebagai istri saat di lingkungan sekolah. Tapi pria itu tak pernah menanggapi permintaan istri kecil nya itu.
"Kalau mau permen bilang dong, di tas ku masih banyak, jangan ambil punya ku" protes Asma kesal.
"Berbgai itu lebih manis, Sayang" jawab Bilal tanpa dosa padahal Asma terlihat benar benar kesal. Nora yg menyaksikan itu pun ikut senyum senyum dan mulai menghayal bagaimana jika dia di posisi Asma, ah, dia pasti langsung meleleh dengan perlakuan Bilal.
"Nora, aku dan istri ku harus pulang, ini sudah sore. Kalian bisa melanjutkan obrolan kalian di hari sabtu"
"Iya Ustadz, bawa pulang saja istri mungil Ustadz ini. Jangan lupa lanjutkan keromantisan kalian di rumah ya" ucap Nora sambil cengengesan yg di hadiahi cubitan di pinggang nya oleh Asma, membuat Nora meringis sesaat.
"Ya, itu pasti" jawab Bilal sambil menarik Asma lebih dekat dengannya dan itu membuat Asma semakin naik pitam.
.
.
.
Di rumah nya, Asma melampiaskan kekesalan nya pada Bilal dan memprotes perilaku Bilal yg masih juga tak mau berubah, padahal sudah berkali kali Asma meminta nya agar ia tak bersikap layaknya suami setidaknya di lingkungan sekolah. perdebatan antara keduanya kembali terjadi.
Bi Mina dan Khadijah yg mendengar pasangan itu berdebat hanya bisa geleng geleng kepala, karena akhir akhir ini memang kedua nya sering berdebat bahkan untuk hal kecil sekalipun.
"Akhir akhir ini, Bapak dan Neng Asma kayak Tom and Jerry ya, Bu" ucap Bi Mina sembari menyiapkan makan malam di meja makan, mendengar itu Khadijah terkikik karena ia juga memikirkan hal yg sama "Saya engga nyangka Bapak bisa ke kanak kanakan juga"
"Jangan kan kamu, Bi. Aku aja yg udah bersama Mas Bilal sejak 10 tahun yang lalu juga baru tahu Mas Bilal punya sisi konyol itu" balas Khadijah yg memang selama ini yg dia lihat adalah sosok Bilal yg dewasa dan bijak "Aku panggil mereka dulu untuk makan, Bibi selesaikan itu ya"
"Iya Bu"
Khadijah dengan segera menghampiri Asma dan Bilal yg masih terdengar berdebat.
"Apa lagi masalah kalian sekarang?" tanya Khadijah, ia melihat Asma yg benar benar tampak kesal.
"Suami Mbak tuh...." ucap Asma yg membuat Khadijah tersenyum geli setiap kali Asma mengatakan 'suami Mbak' seolah Asma masih enggan mengakui Bilal sebagai suami nya.
"Emang Mas Bilal ngapain lagi, Asma?"
" Aku engga ngapa ngapain Khadijah" jawab Bilal dengan cepat sembari mencari kaos dalam lemari nya kemudian mengenakan nya.
"Engga ngapa ngapain gimana?" bantah Asma "Jelas jelas tadi kamu ngambil permen aku"
"Permen?" tanya Khadijah mengerutkan kening nya "cuma gara gara permen doang?"
"Ya bukan masalah permen nya Mbak, tapi...." Asma tak bisa melanjutkan kata kata nya, ia malu pada Khadijah jika harus mengatakan apa yg sudah Bilal lakukan "Tau ah, aku lapar" ucap nya kemudian keluar dari kamarnya.
"Mas..." seru Khadijah pada Bilal yg juga hendak keluar kamar "Mas Bilal jangan buat Asma kesal terus dong, kasian kan dia"
"Itu bukan salah ku, dia nya aja yg gampang kesal, iya kan?" Bilal berkata sambil tertawa kecil, ia selalu menikmati perdebatan nya dengan Asma, dan setiap kali Asma memberangut kesal, kemudian ia mengoceh tanpa henti, ingin rasanya dia membungkam Asma dengan kecupan di bibir nya.
Khadijah hanya bisa menghela nafas panjang, sebenarnya ia merasa iri pada Asma yg bisa membuat hidup Bilal penuh warna, bukan seperti Khadijah yg membuat Bilal hanya merasa lelah dan khawatir dengan terus fokus pada pengobatan nya.
Khadijah cemburu pada Asma setiap kali Bilal berlaku sangat mesra pada Asma berdasarkan cinta, sementara pada Khadijah Bilal berlaku sangat baik berdasarkan status nya sebagai suami.
Bilal pun segera turun yg langsung di ikuti Khadijah.
Di meja makan, Asma melirik Bilal seolah ingin menerkam nya, namun Bilal hanya menanggapi nya dengan senyum tanpa dosa.
.
.
.
Setelah melewati satu hari libur nya, Asma kembali ke sekolah dengan sangat tidak semangat, membayangkan apa yg akan dia dengar dari teman teman nya yg terus menggosip di belakang nya seolah Asma tak tahu.
Setelah pelajaran pertamanya usai, Asma hendak pergi ke toilet. Di sana, samar samar dia mendengar beberapa gadis yg sedang mengobrol dan membawa bawa nama nya, Asma hanya bisa menghela nafas panjang.
"Padahal Asma itu jauh berbeda dengan Ustadzah Khadijah ya"
"Iya, betul. Mereka seperti langit dan bumi, kenapa Asma mau ya di nikahkan dengan pria yg sudah beristri dan itupun jauh lebih tua dari nya"
"Aku dengar, ayah Asma dan Kiai Khalil itu berteman, mungkin karena itulah Ustadz Bilal dan Asma di jodohkan"
"Tapi teman dan kerabat Kiai Khalil banyak, pasti masih banyak wanita yg jauh lebih baik dari Asma yg bisa Kiai Khalil nikahkan dengan Ustadz Bilal. Kenapa harus memilih Asma yg masih remaja dan juga berasal dari desa"
"Mungkin ayah Asma yg meminta Kiai Khalil untuk menikahkan Asma dengan Ustadz, lagi pula siapa yg engga pengen jadi anggota keluarga Kiai Khalil"
"Benar juga sih, tapi apa orang tua Asma engga tahu kalau ustadz Bilal sudah menikah? Kenapa ibu nya Asma mengizinkan anak nya menjadi orang ketiga dalam rumah tangga orang? Ibu nya kan juga seorang wanita, apa engga mikirin perasaan istri Ustadz Bilal?"
"Aku juga bingung, lagi pula Asma kan masih kecil, aku memang mendengar, kebanyakan orang desa menikah muda"
Tanpa sadar, air mata Asma mengalir begitu saja mendengar mereka yg membawa bawa kedua orang tua nya, selama ini ia berusaha mengabaikan mereka, tapi ayah dan ibunya? Kenapa mereka harus membawa bawa mereka? Kenapa mereka berbicara seolah kedua orang tua Asma adalah orang egois yang hanya mementingkan Asma?.
Padahal kenyataan nya, ayah nya rela mengorbankan Asma demi Khadijah dan Bilal.
Asma memegang dada nya yg terasa sesak, berkali kali ia menghapus air matanya namun air mata itu terus mengalir dengan bebas. Asma berlari kembali ke kelas nya, melihat Asma yg berlari dan menangis membuat Nora terkejut dan khawatir.
"Asma, kamu kenapa?" Tanya Nora
Namun Asma tak menjawab, ia segera memasukan barang barang nya ke dalam ransel nya, bahkan kini ia mulai terisak dan tentu membuat Nora semakin khawatir. Tanpa peduli Nora yg terus bertanya, Asma berlari keluar dari kelas, Nora mengejarnya hingga ke gerbang depan dan Asma terus berlari menjauh dengan derai air mata yg tak bisa ia hentikan.
Nora segara kembali ke sekolah dan mencari Khadijah yg sempat ia lihat bersama Mila.
"Liat Ustadzah Khadijah engga?" tanya nya pada salah seorang gadis
"Tadi dia sama Ustadzah Mila di ruang guru" Nora pun segera berlari menuju ruang guru.
"Ustadzah..." dengan nafas tersengal dia memanggil Khadijah yg sedang mengobrol dengan Mila.
"Nora? Ada apa?"
"Asma...."
"Kenapa Asma?" Khadijah bertanya sangat khawatir melihat ekspresi Nora.
"Tadi dia nangis terus berlari pulang, Nora sudah coba mencegah nya dan bertanya ada apa, tapi dia engga jawab"
"Ya Allah, ada apa dengan nya" gumam Khadijah khawatir, ia pun juga hendak pergi namun di cegah Mila.
"Khadijah, kamu ada jadwal mengajar hari ini. Aku juga ada jadwal mengajar, aku engga bisa gantiin kamu" ia memberi tahu.
"Minta orang lain gantiin aku, aku harus pulang " Khadijah berkata buru buru, ia tak peduli Mila yg coba menjelaskan tapi Khadijah terlalu mengkhawatirkan Asma.
.
.
.
Di rumah, Bi Mina juga sangat terkejut dan khawatir karena Asma pulang lebih awal dan itupun dalam ke adaan menangis dan ia tampak sangat sedih, Asma mengurung diri di kamar nya, tak peduli Bi Mina yg terus mengetuk pintu dan bertanya apa yg terjadi. Namun Asma tak menjawab sedikit pun. Yg Bi Mina dengar hanya suara tangisan Asma.
Karena Khawatir, akhirnya Bi Mina lebih memilih menelpon Bilal dan menyuruh nya pulang.
▪️▪️▪️
Tbc...
kox nyalain Bilal
baru dgn kata kata AQ mohon Zahra sayang,,gt az udah meleleh
tp aq udah tau sih ending nya
jgn kn mikir berhubungan,mkn az nafsu ny kurang
l ini yg sakit mlh nafsuan banget..
ini kan lingkungan pondok seharusnya kan Jagan romantis asal cium, dll di hadapan santri.gk bagus buat santri yg lainya
ya sih muhrim tapi gk bagus
Bilal mungkin benar, Khadijah ngga sengaja mengabaikan wa dan telp Asma.. tapi akibatnya fatal!
2 nyawa melayang!
Dan bagaimana klo andainya.. jiwa Asma juga tidak tertolong karena pendarahan hebat?
Apakah Bilql masih bisa percaya dan memaklumi Khadijah?
Dan gimana.. klo posisisnya dibalik?
Asma di posisi Khadijah dan Sebaliknya.. apakah Bilal masih berpikir sama?
Dan 'perbuatan tidak sengaja' Khadijah ini di perparah dengan sikap pengecutnya!
Demi supaya Bilal ngga tau.. wa dan history call Asma di hp Bilal di hapus!
Ngga sengaja okee.. tapi menghilangkan jejak? 😱😱🤔🤔
Berarti sudah ada unsur kesengajaan kan.. supaya Bilal ngga tau klo istri tersayangnya dalang kemalangan Asma! 🤦🏻♀️🤦🏻♀️