Dicerai saat jahitan bekas operasi sesar belum kering, Yunda juga mendapat penolakan dari keluarganya karena malu memiliki anak seorang janda.
Yunda pun pergi dari kotanya dan pindah ke kota besar. Berbekal ijasah S1, Yunda pun mencari pekerjaan di kota besar. Yunda pun bertemu dengan Gandhi, pria beristri yang ternyata adalah bos-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDKDSO BAB 31
"Ada apa ini?" tiba-tiba saja suara berat dan tegas seorang pria menggema di lobi.
Sontak semua pelamar yang rusuh di depan meja resepsionis menoleh ke arah pria yang ada di belakang mereka.
Siapa lagi orang itu kalau bukan Gandhi, CEO Pradana Utama. Gandhi terlambat datang karena dia baru saja tiba dari Jerman.
Sebenarnya Gandhi masih jetlag, tapi berhubung hari ini jadwal wawancara, mau tidak mau dari bandara, Gandhi langsung pergi ke perusahaan untuk mewawancarai langsung para pelamar.
Sedangkan tak jauh dari meja resepsionis tempat Yunda dan para pelamar yang tidak ikutan protes, ada Yunda yang tercengang melihat kedatangan Gandhi.
Itukan laki-laki yang menolong ku waktu itu. Apa dia Bos di perusahaan ini? gumam Yunda dalam hati.
Salah seorang sekuriti berjalan mendekati Gandhi.
"Mereka protes Pak karena wawancara lama sekali di mulai." ucap sekuriti itu.
Gandhi menghela nafasnya kasar.
"Bayu, siapkan ruang wawancara sekarang." perintah Gandhi pada asistennya.
"Baik Pak." jawab Bayu lalu menghubungi bagian HRD untuk segera menyiapkan ruang wawancara.
"Apa kalian semua sudah makan siang?" tanya Gandhi.
"Ya belum lah Pak, kalau kita pergi makan siang, terus tiba-tiba wawancara di mulai lalu kita tidak ada di sini, kan nama kami jadi gugur!" jawab salah satu pelamar pria.
"Kalau begitu, atas ketidaknyamanan saya akan mentraktir kalian semua makan siang." ucap Gandhi.
Sontak para pelamar yang tadi ribut-ribut langsung bersorak kegirangan.
"Apa hanya segini pelamarnya?" tanya Gandhi.
"Tidak Pak, itu juga teman kami." jawab salah satu pelamar pria sambil menunjuk ke arah para pelamar yang tidak ikutan protes.
Gandhi menoleh ke arah yang di tunjuk si pelamar pria itu. Mata Gandhi pun melihat sosok Yunda. Sosok Yunda sangat mencolok karena hanya dia yang sedang menggendong anak.
Perempuan itu? Jadi dia melamar kerja disini juga? Kenapa dia bawa anaknya kesini? Gumam Gandhi dalam hati. Yang Gandhi pikirkan hanya anak Yunda, dia merasa kasihan dengan bayi kecil itu karena harus menunggu berjam-jam.
Gandhi memalingkan pandangannya dan kembali melihat ke arah para pelamar yang berdiri di depan meja resepsionis.
"Nanti setelah makan siang selesai, para pelamar di sebelah sini dulu yang akan di wawancara. Sedangkan pelamar di bagian sana setelah semua pelamar di bagian ini selesai di wawancara." ucap Gandhi. Makin senang lah para pelamar yang tadi protes, karena ada dari mereka yang nomor urutnya paling belakang. Sedangkan para pelamar yang tidak protes hanya diam saja, tidak ada satu pun dari mereka yang protes, walau rata-rata nomor antrian mereka ada di nomor depan.
"Tapi Pak, mereka sudah memegang nomor antrian. Harusnya kita mewawancara sesuai nomor antrian." bisik Bayu.
"Lakukan saja, pelamar bagian ini sudah saya pastikan gugur." jawab Gandhi.
"Oh, baik Pak." jawab Bayu.
"Panggil resepsionis, suruh dia membantu memesan makan siang untuk para pelamar ini." perintah Gandhi pada Bayu.
"Baik Pak." Bayu pun menyuruh sekuriti memanggilkan resepsionis kemudian mengkoordinasi para pelamar untuk berbaris sambil menunggu kedatangan resepsionis. Pelamar yang protes dan pelamar yang tidak protes di minta berbaris terpisah.
Saat Bayu sedang mengkoordinasi para pelamar, Gandhi mendekati Yunda.
"Kenapa bawa anak kesini?" tanya Gandhi dengan nada tegas.
"Maaf Pak, tidak ada yang menjaga makanya terpaksa saya bawa kesini." jawab Yunda sambil menundukkan wajahnya.
"Di perusahaan ini punya penitipan anak, kenapa tidak di titipkan disana?" tanya Gandhi.
"Rencananya kalau wawancara di mulai baru saya akan menitipkan anak saya disana Pak. Saya kan bukan karyawan disini Pak, jadi kata pengelola penitipan, saya harus membayar per jam sebesar dua puluh lima ribu." jawab Yunda.
"Bayu." Gandhi memanggil asistennya.
Bayu pun berjalan mendekati Gandhi.
"Ya Pak." jawab Bayu.
"Panggil pengelola penitipan kesini." perintah Gandhi.
"Baik Pak." Bayu pun menyuruh sekuriti memanggil pengelola penitipan.
Tak lama pengelola penitipan pun datang.
"Pak Gandhi manggil saya?" Tanya pengelola penitipan.
Gandhi menganggukkan kepalanya.
"Bawa bayi ini ke penitipan, jangan tagih biaya-nya. Perhatikan bayi ini dengan seharusnya." perintah Gandhi pada pengelola penitipan.
"Baik Pak." jawab pengelola penitipan.
"Sekarang kamu berikan bayi kamu ke pengelola penitipan, biar mereka yang mengurus anak kamu. Kamu fokus saja dengan wawancara kamu." ucap Gandhi pada Yunda.
"Terimakasih Pak." balas Yunda.
"Sini Mbak bayinya biar saya bawa." ucap pengelola penitipan.
Yunda pun memberikan bayinya dan tas bayi-nya pada pengelola penitipan.
"Ingat, bayi ini dalam pengawasan saya langsung, kalau terjadi apa-apa pada bayi ini, maka bersiaplah kalian yang bekerja di penitipan menjadi pengangguran!" Gandhi memberi peringatan tegas pada pengelola penitipan.
"Baik Pak." jawab pengelola penitipan.
Pengelola penitipan pun pergi sambil membawa anak Yunda dan tas bayi yang berisi susu, diapers dan baju ganti anak Yunda.
Setelah itu Gandhi pun pergi dari lobi menuju ruang kerjanya. Sebelum wawancara di mulai, ia ingin beristirahat dulu di ruang kerjanya.
💋💋💋
Bersambung...
jadi oon terus...