Mendadak Jadi Mommy Anak Satu

Dunia seakan sempit sekali sampai dimana-mana Ayanna bertemu dengan anggota keluarganya. Padahal dia sudah berusaha menghindar, tapi sepertinya takdir tak merestuinya untuk terus berbohong.

Rencana pergi ke mall sudah gagal total, kini Ayanna justru dituntut sebuah penjelasan. Dallie memang tak berkomentar, tapi sorot mata dan raut wajah itu seakan memborbardir Ayanna. Tak ada obrolan apapun saat mereka menempuh perjalanan pulang, bahkan Ayanna belum sanggup untuk mengeluarkan sepatah katapun, alhasil mereka hanya saling mendiami.

Hingga pada saat tiba di rumah. Dallie langsung turun dan mengambil alih Nael, dia masuk ke dalam kamar dengan langkah yang cepat, seakan tak mengizinkan Ayanna untuk mengekor.

"Dallie," panggil Ayanna, mau tak mau dia harus jujur pada pemuda itu tentang siapa dirinya dan kenapa dia bisa kabur dari rumah.

Dallie tak menyahut, dia justru mengambil selembar foto yang dia simpan dengan penuh teka-teki. Dan sekarang rasanya fakta sudah mulai terpecahkan, Ayanna bukanlah dari kalangan biasa seperti dirinya.

Dallie menyerahkan foto tersebut pada Ayanna dengan gerakan kasar. "Jangan temui aku dan Nael sebelum kamu menjelaskan semuanya dengan gamblang!" ketusnya dengan tatapan serius, lalu dengan cepat dia menutup pintu kamar.

Kreb!

Dada Ayanna bergetar, mulutnya mencuap, namun dia hanya berhasil menghela nafas panjang. Karena keadaan yang semula baik-baik saja, kini berubah jadi menegangkan. Gadis itu menyugar rambutnya ke belakang sambil mondar-mandir, bimbang.

Lalu melihat foto yang baru saja diserahkan oleh Dallie. Lagi-lagi desahan nafas terdengar, bahkan lebih keras.

"Dia pasti sudah dihantui rasa penasaran dari kemarin. Aku saja yang jahat karena tidak mau jujur. Haish, kenapa sih Ayanna kamu egois? Padahal dengan sembunyi-sembunyi seperti ini hanya akan menyusahkanmu!" gerutu Ayanna memarahi diri sendiri, dan membenturkan kepalanya ke tembok beberapa kali.

Dug! Dug!

"Aku tidak boleh menunggu Dallie kecewa lebih dari ini. Aku harus bisa menjelaskan semuanya, dan membuat dia percaya bahwa aku sama sekali tak berniat untuk menipunya," pungkas Ayanna bertekad. Akhirnya dia dekati daun pintu, lalu mengetuk benda persegi panjang itu.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Dal, aku masuk ya ... aku akan jelaskan, tapi please jangan marah dan jangan mengambil keputusan secara tiba-tiba, kamu cukup dengerin aku aja. Yah ...." Ayanna memohon dan dia yakin Dallie bisa mendengarkan ucapannya. Setelah itu dia memberanikan diri membuka pintu, jantungnya kembali berdegup kencang saat tatapan matanya beradu dengan tatapan tajam Dallie yang menghunus hingga ke dadanya.

Glek!

Ayanna menelan ludahnya susah payah. Dia sudah terlanjur sayang pada Nael, dan tak bisa jika harus mengurusnya tanpa Dallie. Jadi, sebelum orang tua Nael ketemu, biarkan keadaan tetap nyaman seperti sebelumnya.

Ayanna melangkah pelan, tapi pada akhirnya dia tetap sampai tepat di depan tubuh Dallie yang duduk di tepi ranjang sambil mengusap-usap tubuh Nael yang terlelap.

"Aku minta maaf," ucap Ayanna. Karena dia rasa dia butuh meminta maaf pada Dallie yang sudah dia repotkan sejak awal.

Sorot mata Dallie belum melunak. Dan kini malah mengalihkan pandangan ke arah Nael, tapi Ayanna dengan lancang memegang pipi Dallie untuk dihadapkan ke arahnya, sampai Dallie terbelalak karena terkejut.

"Tatap mata aku dan dengerin penjelasan aku ya. Karena dengan begitu aku ngerasa dihargai," ucap Ayanna dengan mimik sendu. Sampai Dallie pun tak enak hati untuk menolak, jadi dia tak menghadap kemana-mana, hanya fokus pada Ayanna.

"Semua yang ada di kepalamu itu benar, aku berasal dari keluarga yang cukup kaya. Dan semua yang ada di foto ini adalah keluargaku—aku punya kembaran, Dallie. Dan kenapa aku bisa pergi dari rumah malam itu? Karena sebenarnya ...." Ada jeda di sana, Ayanna tiba-tiba mengusap ekor matanya yang berair, "aku kabur di hari pernikahanku karena calon suamiku punya anak dengan wanita lain. Tapi ... Tapi jangan kamu pikir aku pergi secara cuma-cuma, aku sudah siapkan uang banyak, Dallie—berharap aku bisa hidup layak setelahnya, meski jauh dari keluarga dan orang-orang yang mengenalku. Tapi sialnya uang itu hilang—dan aku malah dipertemukan dengan sosok malaikat kecil yang ada di tengah-tengah kita sekarang." Ayanna tersenyum tipis sambil menatap Nael. Karena dia tak menyesali sedikitpun pertemuan mereka. Bahkan jika memang orang tua Nael tidak ditemukan, dia sangat siap untuk mengurus bayi itu sampai besar.

Mendengar itu, Dallie turut merasa prihatin, hingga dadanya terasa sesak. Karena dia bisa merasakan bagaimana perasaan Ayanna saat tahu bahwa orang yang dicintainya malah berkhianat. Dan dia bisa menyimpulkan bahwa pria yang datang di hari itu adalah mantan Ayanna.

"Sekali lagi aku minta maaf, Dal. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk membohongimu, aku hanya takut—ketika aku jujur kamu malah meninggalkan aku dan Nael. Sedangkan Nael butuh kamu," lanjut Ayanna dengan wajahnya yang terasa panas. Dia berpaling dari tatapan Dallie, dan kini giliran Dallie yang menangkup kedua sisi wajah Ayanna karena pemuda itu sudah berdiri.

Ayanna terhenyak hingga mulutnya menganga. Sementara tatapan Dallie sudah melunak, bahkan Ayanna bisa melihat senyum tipis yang terbit dari bibir pemuda itu.

"Kamu benar-benar merepotkan ya?" cetus Dallie, membuat Ayanna mengernyitkan dahinya.

"Ke—"

"Kenapa kamu berpikir terlalu jauh? Padahal jika kamu jujur sejak awal, kita tidak perlu seperti ini kan? Mana—mana rumahmu yang megah itu? Aku ingin tinggal disana sekarang, supaya kita segera meninggalkan toko sempit ini. Rasanya pengap tahu, aku juga bosan setiap hari bolak-balik pintu belakang, tanpa bisa melihat apa yang terjadi di depan sana!" balas Dallie dengan menggebu. Memperlihatkan pada Ayanna bahwasanya dia malah senang tahu kalau Ayanna adalah orang kaya.

Ayanna membulatkan kelopak matanya melihat reaksi Dallie. Jadi, untuk apa perasaan bersalah itu hadir? Kalau tahu Dallie tidak marah.

"Jadi kamu tidak marah?" tanya Ayanna terbata sambil mengikuti gerak mata Dallie. Terdengar suara kekehan keras, seakan Ayanna baru saja melucu.

"Marah? Ya, mungkin seharusnya begitu. Karena kamu sudah membuatku terusir dari kosan dan menjalani kehidupan yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun. Tapi jika aku lakukan, apa manfaatnya? Bukankah lebih baik kita berkemas saja, lalu pulang ke rumahmu?" jawab Dallie enteng sambil menekan pipi Ayanna lebih kuat, hingga pipi gadis itu menggembung lucu.

Mata Ayanna berkedip-kedip. Seharusnya dia memang mendengarkan apa keluarganya dari awal, tapi sayang dia memang kepala batu. Akhirnya Ayanna mengangguk, dan langsung merealisasikan apa kata Dallie.

Mereka berkemas dan berniat untuk pulang ke rumah orang tua Ayanna hari itu juga. Sejauh ini raut wajah mereka kembali sumringah, dan Dallie tak pernah menyangka jika dia akan menginjakkan kaki di rumah yang sangat mewah.

Motor Dallie terlihat semakin butut, bahkan mungkin terlihat seperti rongsokan ketika berjejer dengan mobil-mobil milik keluarga Ayanna.

"Ayo!" ajak Ayanna pada Dallie yang masih mengagumi bangunan besar di depannya. Pemuda itu berjalan mengikuti langkah Ayanna, di depan pintu mereka sudah disambut oleh para pelayan. Tak hanya itu, Dallie juga bertemu dengan sosok yang dia pikir adalah gayy.

"Kau," tunjuk Junior pada Dallie yang berdiri di belakang Ayanna.

*

*

*

Ngothor : Tampolll bang tampolll 😌