Saat gerbang Nether kembali terbuka, Kate Velnaria seorang Ksatria Cahaya terkuat Overworld, kehilangan segalanya. Kekuatan Arcanenya hancur di tangan Damian, pangeran dari kegelapan. Ia kembali dalam keadaan hidup-hidup, tetapi dunia yang dulu dikenalnya perlahan berubah menjadi asing. Arcane-nya menghilang, dan dalam bayang-bayang malam Damian selalu muncul. Bukan untuk membunuh, tetapi untuk memilikinya.
Ada sesuatu dalam diri Kate yang membangkitkan obsesi sang pangeran, sebuah rahasia yang bahkan dirinya sendiri tidak memahaminya. Di antara dunia yang retak, peperangan yang mengintai, dan bisikan kekuatan asing di dalam dirinya, Kate mulai mempertanyakan siapa dirinya sesungguhnya dan mengapa hatinya bergetar setiap kali Damian mendekat.
Masa lalu yang terkubur mulai menyeruak, membawa aroma darah, cinta, dan pengkhianatan. Saat kebenaran terungkap, Kate harus memilih antara melawan takdir yang membelenggunya atau menyerahkan dirinya pada kegelapan yang memanggil dengan manis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aria Monteza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Pertarungan di pantai
Pertarungan pecah di tepi pantai berselimut kabut. Tim Orion bergerak lincah, saling melindungi satu sama lain, sementara makhluk-makhluk Nether itu menerjang dengan raungan mengerikan. Namun, ada sesuatu yang berbeda malam ini.
Tubuh Jasper bergerak lebih cepat, pedangnya berkilat menusuk kabut hitam. Lyra dengan sihir esnya, membekukan cakar-cakar yang mencoba merobek pertahanannya lebih kuat. Danzzle yang biasanya lebih lambat, kini bisa mengeluarkan sihir penyembuh dan pertahanan tanpa ragu, memperkuat temannya yang terluka ringan. Orion sebagai pusat kekuatan, memimpin mereka semua dengan gerakan yang akurat. Semua itu adalah karena irama lembut yang mengalir dari kejauhan.
Alunan seruling emas Kate, meski nyaris tak terdengar oleh telinga biasa membanjiri medan perang dengan energi mental murni. Mereka merasa lebih kuat, lebih jernih, lebih hidup. Sedangkan sebaliknya, makhluk-makhluk Nether mulai tampak ragu. Gerakan mereka sedikit tersendat, kekuatan cakar dan taring mereka berkurang, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menghimpit mereka.
Namun pimpinan makhluk Nether, sosok lebih besar yang tubuhnya nyaris menghilang dalam kegelapan, menggeram rendah. Dia bisa merasakan tekanan itu. Sebuah kekuatan mental yang mengganggu anak buahnya. Sumbernya di menara kecil itu. Dengan suara yang seperti taring bergesekan, dia mengeluarkan perintah. Salah satu makhluk Nether berukuran besar segera melesat, lari ke arah menara tempat Kate berada.
Orion yang melihat pergerakan itu segera mencoba berbalik, niatnya jelas untuk mencegah makhluk itu mencapai Kate. Namun pimpinan Nether tak membiarkannya. Dengan kecepatan yang mengerikan, dia meluncur ke arah Orion, menahan pria itu dalam pertarungan brutal. Cakar bertemu pedang, sihir bertemu kekuatan kegelapan. Orion mendengus marah, terpaksa memusatkan seluruh perhatiannya pada lawannya.
Sementara itu di menara. Kate yang tetap memainkan serulingnya, tiba-tiba merasakan aura buas mendekat. Tanpa menghentikan alunannya, ia mulai bersikap waspada. Saat makhluk itu menaiki menara, ia hendak meraih belatinya. Namun ia sadar belati tak akan cukup.
Kate kemudian menghentikan permainannya sejenak, menutup matanya. Ia mengumpulkan seluruh energi dalam dirinya. Energi yang masih rapuh, tetapi menyala dengan tekad membara.
Saat makhluk itu menerjang ke arahnya, Kate melompat ke udara. Melayang di bawah sinar bulan yang kabur oleh kabut, ia meniupkan nada lain dari serulingnya. Nada yang berbeda. Nada itu membelah udara, membentuk gelombang energi berkilau emas dan merah. Sulur-sulur cahaya mental mengalir deras, membelit tubuh makhluk Nether itu yang mendekat.
Sosok Kate yang melayang tampak bersinar. Sinar emas kemerahan yang meledak dari tubuhnya, membuat rambutnya berkibar liar, dan mata ungunya berkilat tajam. Dengan satu hembusan kuat dari serulingnya, gelombang energi itu menghantam makhluk Nether.
Makhluk itu menjerit dalam suara yang mengerikan. Raungan terdengar penuh kebencian dan kesakitan sebelum tubuh hitamnya terurai, lenyap menjadi debu yang tertelan kabut.
Kate perlahan jatuh ke tanah, lututnya menyentuh pasir basah. Nafasnya terengah-engah, tubuhnya gemetar karena hampir seluruh energi mentalnya terkuras. Namun ia berhasil bertahan.
Di kejauhan, Orion sempat menoleh, melihat kilatan cahaya itu di atas menara dan matanya menyipit. Ada sesuatu dalam diri Kate yang jauh lebih besar dari yang mereka semua duga. Segera Orion menebas pimpinan makhluk Nether itu hingga mati, begitu melihat Kate perlahan kehilangan sinarnya.
Makhluk-makhluk Nether yang tersisa kehilangan pimpinan mereka, melolong ketakutan sebelum akhirnya musnah satu per satu di bawah serangan tim Orion. Kabut perlahan-lahan memudar, membawa serta bau busuk dan suara raungan yang perlahan hilang ditelan malam.
Kemenangan berhasil diraih, tetapi tidak tanpa harga. Begitu memastikan tak ada lagi ancaman, mata Orion langsung mencari Kate. Di kejauhan, di bawah menara sederhana yang nyaris runtuh, ia melihat sosok kecil itu tersungkur di atas pasir basah. Hatinya langsung mencelos.
Tanpa pikir panjang Orion berlari, mengabaikan napasnya yang terengah-engah. Namun sebelum ia sampai, Danzzle sudah lebih dulu sampai di sisi Kate. Pria itu menjatuhkan diri berlutut, dengan cepat memeriksa kondisi gadis itu, wajahnya dipenuhi kecemasan.
"Kate, bertahanlah," gumam Danzzle, tangannya yang bergetar memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Kate.
Kate masih bernafas, meski napasnya tipis dan tubuhnya menggigil hebat. Danzzle mengerutkan kening, lalu berteriak ke arah Orion yang mendekat.
"Orion! Bantu aku! Aku harus mengobatinya segera, tapi aku tak kuat membopongnya sendiri!"
Orion sempat mengernyit, rasa kesal singgah di dadanya. Ia tak suka bahwa Danzzle yang lebih dulu menyentuh Kate. Namun ia menyingkirkan perasaan itu, ini bukan saatnya. Dengan satu gerakan cepat dan hati-hati, Orion membungkuk dan mengangkat tubuh Kate ke dalam pelukannya. Tubuh gadis itu terasa ringan, bahkan terlalu ringan, seolah semua energinya telah diserap oleh pertarungan barusan. Kepala Kate bersandar di bahunya, napasnya panas membakar leher Orion.
"Ayo," kata Orion pendek, suaranya serak.
Danzzle segera berlari lebih dulu, menunjukkan jalan ke rumah penduduk terdekat yang aman dan sudah disiapkan untuk tempat beristirahat para ksatria. Di sepanjang jalan, Orion memeluk erat Kate, matanya gelap penuh pikiran yang berputar cepat.
“Kenapa kau memaksakan diri seperti ini? Kenapa kau selalu mengambil semua beban sendiri?”
Malam itu di desa kecil yang diselamatkan, tak ada sorak-sorai kemenangan. Hanya ada desau angin pantai, kabut yang menghilang perlahan, dan kekhawatiran mendalam terhadap seorang gadis yang terlalu keras berjuang melampaui batasnya.
***
Di dalam rumah sederhana itu, udara terasa berat. Lampu minyak bergoyang lembut, membentuk bayangan panjang di dinding. Danzzle berlutut di samping ranjang kayu tempat Kate berbaring. Tangannya perlahan menyalurkan arcane miliknya, cahaya lembut berwarna hijau muda mengalir ke tubuh gadis itu, sangat hati-hati, nyaris setetes demi setetes. Wajah Danzzle dipenuhi konsentrasi penuh. Ia bisa merasakan betapa rapuhnya kondisi Kate saat ini.
Arcane di dalam tubuh Kate tengah mengalami lonjakan besar. Energi liar itu berputar tak terkendali, seperti badai kecil yang tersembunyi di balik kulitnya yang pucat. Jika Danzzle mengalirkan terlalu banyak arcane sekaligus, itu bukan menyembuhkan melainkan justru bisa menghancurkan dari dalam.
Di sisi lain ruangan, Orion berdiri bersandar di dinding, kedua lengannya menyilang di dada. Ia menatap Danzzle dan Kate dengan ekspresi gelap, penuh dengan kegelisahan yang sulit ditutupi. Setelah beberapa lama menunggu dalam keheningan yang menyesakkan, Orion akhirnya tak tahan. Ia melangkah maju dengan suara berat.
"Gunakan lebih banyak arcanemu. Dia butuh penyembuhan lebih cepat," kata Orion, nada suaranya terdengar mendesak.
Danzzle tidak menoleh, tetap fokus mengendalikan arus energinya. Suara jawabannya tenang, tapi tegas. "Tidak bisa."
Orion mengerutkan kening. "Kenapa?"
Danzzle menahan napas sejenak sebelum menjawab. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, tidak di hadapan Orion yang mungkin akan bertindak gegabah jika tahu.
"Kalau aku paksa, malah memperparah keadaannya," ucap Danzzle akhirnya, memilih jawaban yang separuh kebenaran.
Orion mengepalkan tangannya. Rasa frustasi memenuhi dadanya, melihat Kate tetap tak bergerak, begitu pucat dan lemah di atas ranjang kasar itu. Namun akhirnya ia mundur selangkah, menahan diri. Ia tahu Danzzle adalah penyembuh terbaik di antara mereka, ia harus mempercayainya.
Sementara itu, Danzzle perlahan melanjutkan penyembuhan, setetes demi setetes energi disalurkan, menstabilkan badai kecil di dalam tubuh Kate. Perlahan detak jantung gadis itu mulai stabil. Nafasnya yang semula tersendat-sendat kini mulai teratur, meski ia belum juga membuka matanya. Danzzle menyeka keringat di dahinya, kemudian menoleh sekilas ke arah Orion yang masih mengawasi, tatapannya berat dan sarat rasa bersalah yang tak terucapkan.
“Semoga kau segera sadar, Kate. Sebelum dia benar-benar kehilanganmu.”
***
Di salah satu ruangan kosong yang masih menghadap ke pantai berkabut, Lyra bersedekap sambil menatap keluar jendela dengan mata berkilat marah. Suasana malam itu terasa pekat, hampir seolah-olah mencerminkan amarah yang mendidih di dadanya. Jasper yang baru saja selesai membersihkan senjatanya, melirik sekilas ke arah Lyra sebelum akhirnya mendesah dan membuka percakapan.
"Kau ingin bicara sesuatu, Lyra?" tanya Jasper santai, meletakkan pedangnya di pangkuan.
Lyra berbalik cepat, matanya menatap tajam. "Ini semua salah. Kate hanya jadi beban di tim kita! Dia seharusnya tidak ikut. Dia membuat kita lemah," gerutunya.
Jasper menaikkan satu alis. "Benarkah?"
"Iya!" Lyra mendekat, nadanya penuh kekesalan. "Lihat apa yang terjadi tadi! Kita hampir kesulitan karena kita harus menjaga satu orang tambahan yang bahkan tidak bisa bertarung layaknya ksatria sungguhan."
Jasper menepuk-nepuk sarung pedangnya perlahan, seolah mempertimbangkan kata-katanya sebelum membalas.
"Menurutku Kate tidak terlalu mengganggu, Lyra. Dia sadar diri. Dia menjaga jarak saat pertarungan. Dia tidak membuat kita repot. Bahkan tadi, dia membantu dengan caranya sendiri,” ucap Jasper.
Mendengar itu, Lyra memandang Jasper dengan wajah yang hampir sulit dipercaya. "Kau membelanya?" Suara Lyra terdengar tajam.
Jasper mengangkat bahu santai. "Aku bicara apa adanya. Memang dia tidak sekuat kita dalam bertarung fisik dan sihir, tapi dia tahu apa yang bisa dan tidak bisa dia lakukan. Itu jauh lebih baik dari pada seseorang yang berani, tapi ceroboh."
Lyra mengepalkan tangannya. Ada rasa tak nyaman yang menggerogoti hatinya, rasa cemburu yang tak bisa ia bendung. Selama ini, Lyra adalah satu-satunya perempuan di tim. Ia menikmati perhatian yang didapat, bahkan perhatian dingin Orion pun terasa seperti sebuah kehormatan. Namun sekarang dengan kehadiran Kate, segalanya berubah. Terutama Orion. Pria itu, yang biasanya nyaris tak peduli pada siapa pun, menjadi terlihat berbeda saat bersama Kate. Sikapnya lebih lunak, sorot matanya lebih hidup. Itu membuat dada Lyra terasa sesak.
"Aku tidak suka dia," desis Lyra akhirnya, suaranya nyaris serupa bisikan. "Dia mengambil semua perhatian yang seharusnya milikku."
Jasper menghela napas berat. "Lyra, ini bukan soal siapa yang mendapatkan perhatian. Kita adalah tim. Kita ada di sini untuk bertarung bersama, bukan untuk bersaing soal itu."
Namun Lyra hanya mendengus sinis dan kembali menatap keluar jendela. Malam kian pekat, dan dalam hati kecilnya, Lyra tahu ia belum selesai.
***
Di dalam kamar sederhana yang diterangi cahaya lilin redup, Kate masih terbaring lemah di atas dipan kayu. Nafasnya teratur, tetapi wajahnya tetap pucat seolah tubuhnya masih berjuang memulihkan diri.
Danzzle, yang duduk di sisi ranjang, baru saja menyelesaikan pengobatan terakhir. Ia menarik napas lega sebelum akhirnya berdiri dan merapikan perlengkapan pengobatannya. Orion tetap di sana, duduk membisu di kursi kayu tua, pandangannya tidak beralih sedikit pun dari sosok Kate.
Dalam keheningan itu, matanya menangkap sesuatu. Kilauan samar di jari manis Kate. Ketika ia menajamkan pandangan, Orion bisa melihat kabut tipis, seolah berupa pita hitam keperakan, merayap pelan dari cincin itu dan menghilang ke dalam dada Kate. Alis Orion berkerut tajam. Ada sesuatu yang sangat salah dengan cincin itu. Tanpa membuang waktu, ia memanggil Danzzle dengan suara rendah namun tegas.
"Danzzle," kata Orion, menunjuk ke arah tangan Kate. "Apa kau tahu kalau Kate memakai cincin?"
Danzzle menoleh, mengerutkan dahi bingung. "Cincin?" Ia mendekat untuk memeriksa. "Tidak. Seingatku, Kate hanya memakai kalung. Tidak pernah kulihat ada cincin di tangannya."
Kecurigaan Orion semakin dalam. Dengan gerakan hati-hati, ia memeriksa kalung yang tersembunyi di balik kerah pakaian Kate. Sebuah kalung sederhana dengan bandul berbentuk bulat kecil terayun lembut di dadanya. Orion mengamati bandul itu. Ada kilau aneh di dalamnya, seolah ada sesuatu yang hidup di sana.
"Apa ini?" gumam Orion.
Danzzle, yang lebih memahami dunia Arcane dan energi, maju dan menatap bandul itu dengan serius. Ia menutup mata sebentar, merasakan energi yang memancar.
"Itu bukan arcane milik Kate. Aku bisa merasakan. Ini Arcane orang lain dan kekuatannya jauh lebih tinggi dibandingkan arcane yang biasa kita temui," terang Danzzle menghela napas perlahan.
Orion mengerutkan alis lebih dalam, rasa curiga dan kekhawatirannya bertambah. Kate, gadis misterius ini, menyimpan terlalu banyak rahasia. Dan sekarang, dengan cincin tak kasat mata yang memancarkan kabut gelap dan kalung berisi arcane tingkat tinggi. Orion tahu cepat atau lambat, mereka harus mendapatkan jawabannya langsung dari Kate sendiri.
Sementara itu Kate tetap terbaring diam, kelopak matanya sesekali bergetar seolah bertarung di antara sadar dan mimpi.