Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Billing Invoice
Kirana tak ingin membuang waktu. Setelah ia didesak untuk secepatnya pindah ke rumah milik Grace, Kirana langsung kembali ke rumah tantenya untuk mengambil barang-barang miliknya juga kedua anaknya.
Untuk menghindari bertemu dengan Bryan, Kirana sengaja menitipkan kedua anaknya bersama Sus Ina di rumah Grace. Dia kembali ke rumah tantenya ditemani Jamal dan Yuanita menggunakan mobil inventaris kantor Rizal, agar dirinya tak mudah ditemukan oleh Bryan.
Rizal dan Grace penuh kehati-hatian dalam menghadapi Bryan. Mereka waspada dan berjaga-jaga jika Kirana bertemu Bryan di rumah tante dari Kirana.
Walau hati dan pikirannya merasa lelah, tapi Kirana ingin kepindahannya dari rumah sang tante ke rumah Grace cepat beres, karena besok dia sudah mulai beraktivitas di kantor.
"Huft ..." Kirana menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia baru selesai membereskan pakaian miliknya ke dalam lemari, sementara pakaian anak-anak dan mainan serta perlengkapan sekolah Ryan dan Reva dirapihkan oleh Sus Ina di kamar tamu sebelah.
Kirana menatap langit-langit kamar yang tinggi. Tak menyangka dirinya akan terombang-ambing mencari tempat tinggal karena ulah suaminya yang selingkuh.
"Aku harap Mas Bryan nggak menemukan tempat ini." Rumah Grace yang besar dan tersembunyi dari jalan utama sepertinya aman untuk dirinya dan anak-anak bersembunyi dari Bryan. Apalagi rumah itu dijaga oleh security dua puluh empat jam. Mustahil kalau sampai Bryan berani datang dan mengambil anak-anak mereka.
"Hiks ...."
Kirana menoleh ke arah pintu saat mendengar tangisan Reva. Sontak ia bangkit dan menghampiri putri kecilnya itu.
"Anak Mama kenapa nangis?" Kirana meraih tubuh kecil Reva dan mendudukkannya di lengan.
"Adek tadi bilang kangen sama papanya, Bu." Sus Ina yang mengantar Reva ke kamar Kirana memberitahu penyebab Reva menangis. "Mungkin adek ngantuk juga, Bu," sambung Sus Ina.
"Ya sudah, Sus. Biar saya saja yang menemani Reva tidur." Kirana menyuruh Sus Ina meninggalkannya dengan Reva.
"Baik, Bu," sahut Sus Ina menyerahkan botol 5usu Reva lalu meninggalkan kamar yang akan ditempati Kirana.
"Ma, pulaaanngg ..." Reva merengek dengan menyandarkan kepala di bahu Kirana.
Kirana menghela nafas dalam-dalam mendengar permintaan putrinya itu. Hatinya terasa tercubit mendengar Reva merengek merindukan rumah mereka dulu.
"Seandainya Mas bisa mengendalikan n4fsu Mas, mungkin semua ini nggak akan terjadi. Mas nggak lihat dampaknya ke anak-anak." Kirana merutuki kembali perbuatan suaminya.
"Adek kangen papa." Kembali Reva merengek dengan pipi lembab karena air mata.
"Adek, sekarang ini kita akan tinggal di sini, nggak tinggal sama papa lagi." Kirana bingung memberi penjelasan pada Reva yang belum mengerti apa-apa. "Sekarang adek bobo ya. Nanti kalau papa sudah nggak sibuk, papa pasti telepon adek." Kirana merebahkan tubuh putrinya di atas tempat tidur.
Kirana pun ikut berbaring dan memberikan botol 5usu yang diberikan Sus Ina tadi kepadanya. Dia tahu, anak lah yang akan menjadi korban dalam prahara rumah tangga orang tua, sehingga ia sangat mengutuk perbuatan Bryan yang dengan tega berselingkuh mengkhianati janji suci yang pernah mereka ucapkan dulu, untuk selalu membina rumah tangga tanpa adanya pengkhianatan.
Tak banyak drama yang dilewati, sepuluh menit berselang, akhirnya Reva terlelap. Kirana lalu bangkit dan menyelimuti tubuh mungil putrinya yang tertidur.
"Ma ...."
Kini Kirana mendengar suara Ryan yang muncul dari pintu kamar. Ryan berjalan menghampiri Kirana.
"Ada apa, Bang?" Kirana merentangkan tangan menyambut Ryan lalu membawa Ryan duduk di sofa yang ada di samping tempat tidur.
"Kenapa kita tinggal di sini, Ma? Kenapa nggak di rumah dulu?" Ryan mempertanyakan alasan mereka pindah rumah dari rumah lama mereka.
Kirana menatap putra sulungnya. Meskipun baru berusia delapan tahun, tapi Ryan termasuk anak yang cerdas. Dia berharap anak pertamanya itu dapat menerima alasan yang ia berikan.
"Abang, Mama minta maaf kalau Mama sudah bikin Abang dan adek kecewa. Kita pindah ke rumah ini hanya sementara waktu sampai Mama menemukan tempat untuk kita tinggal nantinya." Kirana menyadari, tak selamanya ia menempati rumah besar milik Grace itu, apalagi Grace tidak ingin dibayar atas sewa rumah itu.
"Mama sudah nggak bisa tinggal sama papa lagi seperti dulu." Dengan kalimat lirih dan berat hati Kirana harus menyampaikan perpisahannya dengan Bryan pada Ryan.
"Mama sama papa cerai, ya?"
Kirana terkesiap mendengar pertanyaan Ryan yang menyebut kata cerai. Entah, dia tak tahu, dari mana Ryan mengatakan kalimat seperti itu.
"Abang, Abang dengar dari mana kata-kata itu, Nak?" Kirana menyentuh kedua pundak Ryan. Sungguh sakit hatinya mendengar anaknya menanyakan hal tersebut. Tak tega sebenarnya ia memisahkan mereka dari papa mereka. Tapi, dia tak ingin berpura-pura bisa memaafkan Bryan. Dia juga tak akan bisa menjadi istri yang baik kalau meneruskan rumah tangganya dengan Bryan, karena pengkhianatan Bryan sangat sulit untuk dilupakan dan dimaafkan.
"Teman Abang papa mamanya nggak tinggal samaan, kata dia, papa mamanya cerai." Ryan menceritakan apa yang terjadi dengan teman sekolahnya yang ternyata mempunyai nasib sama dengannya.
Kirana membelai kepala putranya. Tak kuasa ia berkata jujur pada Ryan tentang rencana perceraiannya, hingga akhirnya ia merengkuh tubuh Ryan ke dalam pelukannya sambil menahan tangis.
***
Klik
Andra meraih ponselnya ketika ia hendak meninggalkan kantor. Sebuah pesan gambar dari Grace masuk di ponselnya. Merasa penasaran, Andra membuka pesan itu.
Setelah terbuka ternyata gambar yang dikirim oleh Grace adalah sebuah billing invoice.
RG Special Agent
...Invoice...
Biaya sewa jasa Rp. 5.000.000,-
Tiket pesawat 3 orang PP Rp.10.200.000,-
Sewa hotel & Apartemen Rp. 7.600.000-
Sewa rumah 6 bulan Rp.60.000.000,-
...Total Rp. 82.800.000,-...
Terbilang : # Delapan Puluh Dua Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah #
Pembayaran via transfer
Bank XXX No rek 365.xxxx xxxx
Bank XXXX No rek 180 xxxxxxxxxx
an/ Rizal Gunawan
Andra mengeryitkan kening membaca rincian invoice yang dikirim Grace kepadanya.
Klik
Ada pesan Grace lainnya yang masuk ke ponsel Andra.
"Om, itu perincian biaya yang harus dibayar Mbak Kirana, bisa 'kan dibayar sama Om? On the way janda lho, Om. Nggak apa-apa kan? Berkorban untuk calon masa depan? Transfer ke rekening suamiku ya, Om. Digenapkan jadi 100 untuk jajan Kenzie juga nggak apa-apa, Om.😁 Thanks Om Andra."
"Astaga!" Andra menggelengkan kepalanya membaca pesan yang dikirim oleh anak dari kakak sepupunya itu.
Andra pun langsung membuka aplikasi mobile banking miliknya yang secara kebetulan salah satu bank yang digunakan Rizal, dia pun menggunakan fasilitasnya. Andra lalu mengetik nominal seratus juta rupiah untuk ia kirim ke rekening atas nama Rizal Gunawan. Setelahnya, ia mengirimkan bukti pembayaran itu pada Grace.
*
*
*
Bersambung ....
kalau bukan Rachel ,siapa ya kandidat lain yang patut dicurigai...
pak duda ini yah
bikin Kirana grogi aja aah
sama2 grogi ....status jugasudah sama single...
Pak Andra keceplosan bikin Kirana grogi😄