NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34: Tamu di Rumah Kaca

The White Manor - Dua Minggu Setelah Ekspedisi Mesir

Kehidupan di mansion putih itu tampak kembali normal, namun ada sesuatu yang berubah secara fundamental.

Di halaman belakang mansion, Atlas baru saja membangun sebuah Rumah Kaca (Greenhouse) raksasa bergaya Victorian. Dindingnya terbuat dari kaca anti-peluru, rangkanya dari baja putih. Di tengah rumah kaca itu, di atas sebuah pilar marmer, diletakkan The Sun Tablet.

Artefak emas itu tidak hanya menjadi pajangan.

"Sebastian," tanya Atlas sambil menyeruput teh pagi di kursi rotan rumah kaca. "Apa perasaan saya saja, atau bunga anggrek ini tumbuh terlalu cepat?"

Sebastian yang sedang memotong dahan tanaman mengangguk takzim. "Bukan perasaan Tuan. Sejak Tuan meletakkan lempengan emas itu di sini, seluruh vegetasi di mansion tumbuh dua kali lebih cepat. Pohon mangga di depan bahkan berbuah di luar musim. Dan... encok saya sembuh total, Tuan."

Atlas tersenyum tipis. Efek [Aura Regenerasi] dari Sun Tablet ternyata tidak hanya berlaku untuk tubuhnya dan Orion, tapi juga lingkungan sekitarnya dalam radius 500 meter. Udara di The White Manor terasa lebih segar dan "hidup" daripada pegunungan Swiss sekalipun.

Pintu rumah kaca terbuka. Orion masuk dengan langkah ringan—setengah berlari, setengah menari.

"Kak! Liat!" Orion menunjuk wajahnya. "Jerawatku yang kemarin muncul pas makan cokelat, pagi ini udah ilang! Kulitku glowing banget tanpa skincare!"

"Itu karena kamu rajin olahraga, Dek," elak Atlas, menyembunyikan fakta magisnya.

"Masa sih?" Orion mendekati Sun Tablet, menatap ukiran matahari itu. "Aku merasa benda ini... anget. Kayak meluk aku."

Tiba-tiba, Sebastian berdehem, memegang tablet komunikasi.

"Maaf mengganggu, Tuan. Ada tamu di gerbang depan. Beliau mengaku sudah membuat janji temu melalui sekretaris perusahaan."

"Siapa?"

"Profesor Hendrik van Dorn. Guru Besar Arkeologi dari Universitas Leiden, Belanda. Beliau bilang tertarik meneliti koleksi antik Tuan yang baru dibawa dari Mesir."

Mata Atlas menyipit. Dia tidak pernah mempublikasikan penemuan Sun Tablet. Hanya ada satu cara profesor ini tahu: The Order.

"Suruh dia masuk," perintah Atlas. "Bawa ke sini. Saya ingin lihat seberapa pintar tikus ini menyamar."

15 Menit Kemudian

Seorang pria paruh baya dengan setelan jas tweed cokelat kuno, kacamata bulat, dan membawa tongkat jalan masuk ke rumah kaca. Penampilannya sangat akademis, persis seperti dosen sejarah yang membosankan.

"Ah, Tuan Wijaya," sapa Hendrik dengan bahasa Indonesia yang fasih namun beraksen Belanda. "Kehormatan bagi saya. Dan ini pasti Nona Orion, sang balerina berbakat."

"Selamat pagi, Prof," sapa Orion sopan.

"Silakan duduk, Prof," Atlas menunjuk kursi di seberangnya. "Apa yang membawa akademisi jauh-jauh ke rumah saya?"

Hendrik duduk, matanya langsung terkunci pada Sun Tablet di tengah ruangan. Ada kilatan lapar yang terpancar sesaat di matanya, sebelum tertutup kembali oleh senyum ramah.

"Rumor, Tuan Wijaya. Dunia kolektor barang antik itu kecil. Saya dengar Anda mendapatkan 'souvenir' unik dari perbatasan Sudan. Sebagai peneliti hieroglif, saya penasaran."

Atlas mengaktifkan [Guardian's Eyes].

[TARGET ANALYSIS]

Nama: Hendrik van Dorn (Alias).

Afiliasi: The Order (Divisi Intelijen & Riset).

Tingkat Ancaman: Rendah (Fisik), Tinggi (Pengetahuan).

Niat: Konfirmasi Keaslian Artefak & Memasang Pelacak.

"Silakan dilihat," kata Atlas santai. "Tapi jangan disentuh. Saya tidak suka ada sidik jari di emas saya."

Hendrik berdiri, mendekati tablet itu. Dia mengeluarkan kaca pembesar monokel.

"Luar biasa..." gumam Hendrik. "Ukiran ini... Proto-Canaanite. Jauh lebih tua dari Firaun mana pun. Ini menceritakan tentang 'Pemberian Matahari' yang jatuh dari langit."

Hendrik melirik Atlas.

"Tuan Wijaya, tahukah Anda legenda benda ini? Konon, siapa pun yang memilikinya akan diberkati kesehatan abadi... tapi juga akan dikejar oleh nasib buruk."

"Saya tidak percaya takhayul, Prof," potong Atlas. "Saya cuma percaya aset."

Hendrik tertawa kecil. Tangannya bergerak seolah ingin membetulkan letak kacamatanya, tapi sebenarnya dia menjatuhkan sebuah kancing kecil—alat penyadap mikro—ke dalam pot tanaman di dekat tablet.

Atlas melihat gerakan itu dengan jelas (berkat refleksnya yang ditingkatkan).

"Ups, hati-hati Prof," kata Atlas.

Dengan kecepatan kilat, tangan Atlas menyambar kancing itu sebelum menyentuh tanah.

Atlas memegang kancing itu di antara jari telunjuk dan jempolnya, menunjukkannya di depan wajah Hendrik.

"Kancing jas Anda lepas, Prof," kata Atlas dingin. "Atau ini model terbaru dari mikrofon bugging CIA?"

Wajah Hendrik memucat. Dia tidak menyangka Atlas secepat itu.

Atlas meremas kancing itu hingga hancur menjadi serbuk logam.

"Profesor," suara Atlas merendah. "Sampaikan pada 'Rektor' kampus Anda... atau Grandmaster, atau siapa pun pemimpin Anda..."

Atlas berdiri, mencondongkan tubuhnya. Aura King's Presence menekan Hendrik hingga pria tua itu gemetar di kursinya.

"...benda ini milik saya. Saya menemukannya, saya memenangkannya. Jika kalian ingin mengambilnya, jangan kirim dosen tua atau tentara bayaran. Datanglah sendiri."

Hendrik menelan ludah, keringat dingin mengucur di dahinya. Penyamarannya terbongkar dalam hitungan menit. Pemuda ini bukan sekadar orang kaya beruntung. Dia predator.

"A-Anda salah paham, Tuan..." gagap Hendrik.

"Keluar," potong Atlas. "Sebelum saya jadikan Anda fosil di kebun saya."

Hendrik buru-buru membereskan tasnya dan berjalan cepat keluar, hampir tersandung kakinya sendiri.

Setelah tamu tak diundang itu pergi, Orion menatap kakaknya dengan khawatir.

"Kak... dia bukan profesor beneran ya?"

"Bukan. Cuma orang iseng," jawab Atlas.

Tiba-tiba, Sun Tablet berpendar lagi. Kali ini bukan cahaya emas hangat, tapi cahaya Biru Pucat yang berkedip berirama.

Sistem Atlas bereaksi.

[ARTEFAK RESONANCE DETECTED!]

[Sun Tablet bereaksi terhadap keberadaan Artefak Lain di belahan bumi yang berbeda.]

[Sinyal Diterima dari: ZONA BEKU.]

[PETUNJUK LOKASI KE-2 TERBUKA]

[Lokasi: Pegunungan Ural, Rusia Utara (Siberia).]

[Target Artefak: The Frost Heart (Jantung Beku).]

[Klu: Terkubur di dalam bunker peninggalan Perang Dingin yang dilupakan.]

Atlas menghela napas. Baru saja dia ingin istirahat.

"Rusia..." gumam Atlas. "Dari oven, masuk ke kulkas."

Orion, yang melihat cahaya biru itu, mendekat. "Kak? Itu kedip-kedip kayak lampu sinyal."

"Iya, Dek. Sepertinya 'baterai'-nya punya pasangan."

Atlas menatap adiknya. Liburan ke Mesir sudah membuktikan bahwa Orion tangguh. Tapi Siberia? Suhu minus 40 derajat?

"Rion," tanya Atlas. "Kamu punya mantel bulu yang tebal?"

Mata Orion berbinar lagi. "Kita mau main salju?!"

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!