Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab9
Abizar yang telah mendapat kan saran dari sang mama pun sedikit merasa lega. Pikirannya sedikit tenang. Lalu ia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Tokk..tokk..tokk..
"Masuk." Sahut Abizar saat pintu ruangannya ada yang mengetuk.
"Maaf, tuan jika saya mengganggu. Saya hanya menyampaikan jika nanti setelah jam makan siang kita ada meeting dengan perusahaan Airlangga Group." Ucap Rendi sang asisten.
"Baiklah. Terima kasih kau telah mengingatkan saya. Saya hampir melupakannya." Balas Abizar. "Kau boleh kembali keruangan mu jika sudah tidak ada yang ingin kau sampai kan." Ucapnya lagi.
"Baik, tuan. Kalau begitu saya pamit untuk kembali keruangan saya." Pamit Rendi lalu bergegas pergi dari ruangan si bos.
Setelah samapai ruang kerjanya, Rendi sedikit bingung dengan atasannya. Biasanya sang atasan tidak pernah melupakan jadwal pernting yang akan dilakukan. Tapi entah kenapa hari ini atasannya itu sedikit banyak pikiran.
"Ada apa dengan tuan Abizar? Apa sedang ada masalah yang ia hadapi?" Gumamnya dalam hati penuh tanda tanya.
"Hah, sudahlah. Itu bukan urusan ku. Tak seharusnya aku ikut campur tentang kehidupannya. Lebih baik aku melanjutkan pekerjaan ku saja biar cepat selesai." Ucapnya.
Siang harinya seperti waktu yang telah ditentukan tepat setelah jam makan siang Abizar dengan rekan kerjanya sedang melukan meeting untuk menjalain kerjasama antara perusahaan Adinata milik Abizar dengan perusahaan Airlangga yang dipimpin oleh Dimas. Mereka adalah pengusaha muda yang sukses. Umurnya pun tidak beda jauh hanya terpaut 1 tahun saja.
Perusahaan Abizar berdiri di bidang properti dan elektronik. Perusahaan itu ia bangun dengan hasil kerja kerasnya sendiri tanpa campur tangan dari orang tuanya. Berkat kegigihan dan kecerdasan yang ia miliki, Abizar bisa membangun perusahaan yang ia impikan itu.
"Terima kasih pak Abizar, anda sudah mau menujui kerja sama kita. Sisanya nanti saya akan mengirim asisten saya untuk mengirim berkas-berkas penting yang harus anda tanda tangani." Ujar Pak Dimas selaku rekan kerja.
"Sama-sama pak Dimas. Saya juga senang bisa bekerja sama dengan anda." Jawab Abizar. Mereka berjabat tangan pertanda mereka telah menyepakati apa yang telah di rencanakan.
"Baiklah. Kalau begitu saya pamit undur diri. Karena masih banyak yang harus saya kerjakan." Pamit pak Dimas pada Abizar.
"Mari saya antar sampai depan." Jawab Abizar.
Akhirnya Abizar bisa menyelesaikan meetingnya tadi dengan baik. Setelah drama yang diperbuat anaknya yang ingin memiliki seorang ibu, lalu berujung pada kegalauan yang Abizar rasakan akhirnya dapat teratasi setelah mendapatkan saran dari sang mama. Lalu ia kembali keruangannya untuk melanjutkan pekerjaannya agar cepat selesai. Ia ingin cepat pulang karena ingin membicarakan keinginan putrinya kepada Avica.
Niat Abizar untuk pulang lebih awal pun gagal. Karena pekerjaannya begitu banyak sehingga ia harus menyelesaikan nya terlebih dahulu. Tepat pukul 20.00 ia baru sampai rumah dan keadaan rumah pun sudah sepi. Mungkin anaknya sudah tertidur. Niatnya ingin berbicara dengan Avica pun juga gagal. Mungkin besok atau lusa jika ada waktu akan ia bicarakan keputusan nya dengan Avica.
Keesokan harinya, dengan penuh keberanian Avica menuju kekamar Abizar untuk membangunkan majikannya itu.
Tokk..tokk..tokk..
"Tuan." Panggil Avica.
Tokk..tokk..tokk
"Tuan Abizar." Panggilannya lagi karena tidak mendengar sahutan dari dalam. Setelah ketukan dan panggilan yang kedua kalinya akhirnya Abizar bangun karena merasa tidurnya tedganggu.
Ceklek..
"Ada apa sih pagi-pagi sudah berisik didepan kamar saya?" Gerutu Abizar."
"Alula, tuan." Ucap Avica sedikit gemetar.
"Ada apa dengan putri saya?" Tanya Abizar.
"Alula demam, tuan." Kata Avica khawatir.
"Apa?" Abizar kaget mendengan putrinya sedang tidak baik-baik saja. Lalu ia bergegas berlari menuju kamar putrinya.
"Mama Ica, Alula mau mama Ica." Terdengar Alula mengigau menyebut nama Avica.
"Kenapa anak saja bisa sakit seperti ini? Apa kamu tidak menjaganya dengan baik?" Tanya Abizar sedikit membentak.
"Maaf kan saya, tuan. Tapi saya selalu menjaganya dengan baik tuan. Memang sejak kemarin pagi setelah kejadian dimeja makan Alula terus murung dan tidak mau makan, tuan. Saya sudah mencoba untuk memaksanya untuk makan tapi tetap saja tidak mau." Jawab Avica yang sedikit terbawa emosi. "Apa tuan pikir saya tidak khawatir jika Alula sakit? Saya juga khawatir, saya takut jika terjadi sesuatu padanya. Lalu sekarang anda menyalahkan saya. Saya sangat menyayangi Alula tidak mungkin saya lalai menjaganya. Yang salah itu tuan, karena tidak mengerti anaknya sendiri." Ucapnya lagi. Ia tidak terima disalahkan Abizar. Karena sudah jelas yang salah adalah Abizar sendiri.
"Tau apa kamu tentang saya?" Abizar tersinggung dengan perkataan Avica yang terakhir. Lalu ia menyudutkan Avica ketembok dan mengunci dengan tangannya.
"Saya memang tidak tahu tentang kehidupan anda. Yang terpenting sekarang lebih baik anda membawa Alula kerumah sakit dari pada terus menyalahkan saya." Ucap Avica mengingatkan Abizar. Lalu Abizar melepaskan Avica lalu menghampiri putrinya kemudian membawanya ke rumah sakit.
"Kau ikut denganku." Abizar menyuruh Avica untuk mengikutinya. Lalu mereka masuk kedalam mobil kemudian Abizar mengemudikannya sedikit ngebut supaya cepat sampai di rumah sakit.