NovelToon NovelToon
SELAMANYA KAMU MILIKKU 2

SELAMANYA KAMU MILIKKU 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Cinta Murni
Popularitas:63.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi_Gusriyeni

Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.

“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”

_Selamanya Kamu Milikku 2_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 : Merasa Tidak Enak

"Aku sudah menyakiti Naima, aku melukai hati seorang istri Fian, aku melukainya." Suara Syena terdengar semakin lemah dan tubuh Syena terasa berat, Fian menatap istrinya itu, ternyata Syena kembali pingsan.

Fian merebahkan Syena di atas kasur, dia mengusap tangan dan kaki Syena, dia juga memanggil dokter untuk memeriksa Syena.

"Dia tidak boleh memiliki beban pikiran yang berat, sebisa mungkin untuk menjaga pikiran Dokter Syena dengan baik agar kondisinya membaik, soalnya pikiran dia akan membuat keadaannya semakin memburuk." Fian mengangguk, dia mengerti karena saat Naima hamil dulu pun dokter menyarankan hal yang sama, namun kondisi Naima saat itu sangat kuat dan sehat, berbeda dengan Syena kali ini.

Setelah dokter pergi, dia menatap sendu wajah istri keduanya itu.

"Apa saat mengandung Azad dulu kamu juga seperti ini Syena? Jika iya, sungguh berdosa sekali aku padamu, membiarkan kamu menjalani hari-hari sulit sedangkan aku berbahagia dan bersenang hati dengan anak dan istriku. Maafkan aku, aku akan menjaga kamu semampuku, aku tidak akan membiarkan kamu sendiri menghadapi kehamilanmu ini." Fian mengatakan semua itu penuh dengan cinta dan kasih sayang, dia mencium kening dan bibir Syena lalu berbaring di samping Syena sambil memeluk wanita yang sedang mengandung benihnya.

...***...

Fian menyiapkan makan malam untuk Syena dan Azad, di rumah Syena ada seorang pelayan bernama Lucy, dia seusia dengan Syena. Lucy bekerja dengan Syena semenjak Syena pindah ke Budapest.

"Biar saya yang mengerjakannya, kamu istirahatlah," titah Fian pada Lucy.

"Baik tuan, saya permisi."

"Abi, kenapa umma sakit begitu? Umma kenapa? Tidak biasanya umma sakit seperti itu, bi." Fian tersenyum lembut pada Azad.

"Mungkin karena umma terlalu sibuk akhir-akhir ini sayang, makanya umma sakit." Azad hanya mengangguk.

"Sekarang kita akan masak apa bi?"

"Hm masak makanan kesukaan kamu dan umma."

"Memangnya abi bisa?"

"Kamu meragukan kemampuan abi mu?"

"Tidak, aku malah sangat merindukan masakan abi." Fian mencium pipi putranya dengan gemas lalu kembali memasak untuk makan malam mereka, dari pagi Syena tidak makan apa-apa, dia hanya tiduran.

Setelah menyajikan makanan, Azad dan Fian makan malam berdua tanpa Syena.

"Biar Azad saja yang mengantarkan makanan untuk umma ya bi."

"Jangan nak, biar abi saja, cepat selesaikan makannya."

Azad dan Fian mengantarkan makanan untuk Syena, wanita itu masih tiduran tak berdaya di atas kasur, wajah Syena tak sepucat tadi.

"Sayang, makan dulu ya." Syena mengerjapkan matanya, lalu dia merasa mual ketika mencium aroma masakan yang dibawa oleh Fian.

"Jauhkan dariku Fian, aku tidak kuat, baunya sangat tidak enak," keluh Syena, Fian yang mengerti dengan hal itu langsung menjauhkan makanan dari Syena.

"Umma kenapa? Masakan yang dibuat abi sangat enak, umma dari pagi belum makan, nanti umma tambah sakit." Kini Azad semakin khawatir dengan perubahan Syena, dia takut jika Syena sampai sakit parah.

"Umma baik-baik saja, umma hanya tidak enak badan, Azad jangan khawatir seperti itu ya, beberapa hari ke depan mungkin umma akan sembuh." Azad memeluk erat Syena, dia menangis dalam pelukan Syena, tapi tidak mengeluarkan suara.

"Kamu mau makan apa? Makanlah sedikit, aku akan buatkan untukmu." Guratan cemas di wajah Fian kini jelas terlihat, dulu ketika Naima hamil muda juga seperti ini tapi tidak selemah Syena.

"Aku tidak ingin apa-apa Fian, aku hanya ingin tiduran saja, kepalaku masih pusing dan perutku juga masih mual."

"Kalau begitu aku akan menemani Azad tidur ya, kamu istirahat saja dulu di sini." Syena mengangguk.

"Ayo nak, abi temani kamu tidur." Azad melepaskan pelukannya dari Syena lalu mengusap lembut wajah sang ibu.

"Umma, cepat sembuh ya, Azad nggak mau lihat umma begini terus."

"Iya sayang, selalu doa kan umma ya."

"Iya umma."

Fian menggendong Azad menuju kamarnya, menemani Azad hingga tertidur lelap, Azad menatap langit-langit kamarnya.

"Abi, apa benar aku ini bukan anak abi satu-satunya? Dan abi juga punya keluarga lain yang harus abi jaga." Fian menatap lekat wajah putranya dengan Syena itu.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu nak?"

"Soalnya abi tidak setiap hari di sini, ketika aku bertanya pada umma, umma bilang kalau aku bukanlah anak satu-satunya abi." Fian memeluk Azad, dia sedih mendengar perkataan anaknya itu.

"Maafkan abi ya, mungkin kamu terlalu kecil untuk mengetahui semua ini tapi karena umma sudah memberitahumu, abi juga akan memberitahu kamu."

"Beritahu saja bi, aku memang anak kecil, tapi aku mengerti dengan apa yang umma katakan."

"Kamu memang bukan anak abi satu-satunya, kamu memiliki dua orang saudara, mereka juga anak abi, abi juga harus bersama mereka, itulah kenapa abi tidak bisa setiap hari bersama kamu dan umma di sini."

"Apa abi menyayangi mereka?"

"Sangat, abi sangat menyayangi mereka, sama seperti abi menyayangi kamu."

"Peluk aku abi, aku sayang abi." Fian memeluk Azad dan mencium kepala Azad.

"Abi juga sangat menyayangimu nak."

Setelah Azad tertidur lelap, Fian beranjak menuju kamar Syena, dia melihat Syena sedang di dalam kamar mandi, dia kembali muntah, tidak ada yang dia muntahkan sehingga tubuhnya terasa begitu lemah dan terduduk di lantai kamar mandi.

"Syena, muntah lagi?" Syena mengangguk, Fian menggendong Syena kembali ke atas kasur dan menyelimutinya.

"Aku buatkan susu ya."

"Aku tidak mau Fian."

"Kamu sudah lemah begini Syena, kamu harus memaksakan untuk makan."

"Aku memang begini ketika hamil, kamu tenang saja."

"Apa waktu hamil Azad kandungan kamu juga lemah?"

"Iya Fian, ini tidak akan berlangsung lama, paling hanya sampai tiga bulan ke depan."

"Itu sangat lama Syena, tiga bulan bukan waktu yang sebentar."

"Lebih baik kamu pulang saja, aku baik di sini, kan ada Lucy yang menemaniku."

Menggeleng, "Tidak Syena, aku akan menemani kamu sampai tiga bulan ke depan, aku tidak akan meninggalkanmu," jawab Fian mantap.

"Bagaimana dengan Naima? Hari ini seharusnya kamu sudah bersama dia."

"Aku akan katakan pada Naima kalau ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan sampai 3 bulan ke depan."

"Kau tega membohonginya?"

"Aku harus bagaimana Syena? Aku ingin berkata jujur tapi kamu melarangku, apa yang harus aku lakukan?" Fian terlihat begitu frustasi dengan keadaan ini.

Saat Syena akan menjawab, ponsel Fian berdering, dia melihat kalau Naima menghubunginya. Fian mengangkat panggilan Naima sambil menatap wajah Syena.

"Assalamu'alaikum sayang, kenapa kamu masih belum pulang? Apa ada masalah?" tanya Naima di seberang sana.

"Wa'alaikumsalam, iya sayang, aku ada masalah sedikit hari ini, kemungkinan aku akan menunda kepulangan sampai pekerjaanku di sini selesai."

"Bisa kita video call? Aku merindukanmu Fian."

"Bagaimana kalau besok saja, aku sangat lelah Naima, aku ingin istirahat."

"Baiklah, jangan lupa besok kita video call ya, Rayyan merindukanmu juga."

1
Fida🔥🔥
Kecewa banget sih pastinya
Fida🔥🔥
Kenapa harus Zain yg metong sih🥲
Tammy
Walau mereka belum lama menjalin hubungan tpi gavino udh effort banget loh
Tammy
Emang si Haven ini ya, semua yg dekat pasti berpeluang jadi pengkhianat
Natasha
Aduuuhhh kasian banget jadi Gavin
Natasha
Nyesalpun percuma orangnya udh gak ada
Lira Cantika
Gak ada harapan lagi ya vin
Lira Cantika
Berperan penting banget Zain bagi Gavino berarti, udah ampe ngorbanin nyawa loh itu
Syifa Mahira
ketakutan Zoya beralasan banget sih
Syifa Mahira
sedihnya jadi Gavino padahal dia udah tulus dari awal
Mediterina
Gavino padahal udah berharap banyak
Mediterina
Semua udah jalannya, kalau gak begitu mngkin gak ada yg bakalan tau kalau Zain mafia
Yeyen Niri
Keputusan yg benar Zoya
Yeyen Niri
Semua dia lakukan demi profesionalisme dan kasih sayang keluarga
Annissa Riani
Sedih juga sih jadi Gavino
Annissa Riani
Zain yang malang
Rina Meylina
Keputusan Zoya udh benar sih kalau memang mau hidup tenang ya jgn berurusan sama mafia
Rina Meylina
Sayang banget ya anaknya Sonia harus meninggal padahal dulu Sean sangat menghindari yg namanya dunia bawah tapi anaknya malah berkecimpung di sana
Veer Kuy
Ketakutan Zoya dengan mafia wajar sih, dunia mafia itu gak pernah aman
Veer Kuy
Untung cepat ketahuan si Haven, kalau enggak pasti Gavino yg bakalan jadi korban
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!