menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
gagal lagi
Siapa sangka, saat Revan ingin membantu Elvano ternyata anak buah Marvin juga ikut menyerang Elvano sehingga membuat Elvano kewalahan. Mau tak mau Revan harus menggunakan senjat4nya untuk membantu Elvano, dan mereka berdua berusaha mengalahkan musuh sedangkan Marvin dia tidak ikut malah diam berdiri dengan jarak yang lumayan jauh dari mereka.
Marvin tersenyum puas melihat musuhnya seperti sudah kewalahan walaupun memakai senjat4 tapi tetap tidak bisa mengalahkan mereka. Marvin sengaja memerintahkan anak buah untuk tidak menggunakan senjata karena tujuannya bukan untuk Elvano dan Revan melainkan gadis.
Marvin celingukan seperti mencari sesuatu, ia pun memutuskan untuk pergi berkeliling Mansion.
Gil4 memang, padahal sedang terjadi perkelahian ini tapi malah santai berkeliling.
"Aghk!"
"Vano!" Revan melihat Elvano terjatuh tertind1h musuh, wajah Elvano yang babak belvr dan seperti sudah tidak kuat menahan serangan.
Revan ingin membantu tapi masalahnya dirinya juga sedang dikelilingi oleh musuh dan menyerang secara keroyokan.
Elvano menggunakan seluruh tenaganya menahan tangan musuh yang ingin meninjv wajahnya. Tapi kekuatan musuh ternyata lebih kuat darinya yang sudah melemas, kemudian ia melirik ke bawah dan seketika ia memiliki ide yang melintas dipikirannya.
𝘉𝘜𝘎𝘏!
Elvano menggunakan kakinya untuk menendang bagian bawah musuh, dan musuh itu berguling memegang bawahnya.
Elvano tertawa kecil memandang lututnya, "Cara mu membantu ku, sayang,"
Elvano teringat saat di mana Liana pernah menendang bagian bawah milik Felix jadi ia gunakan saja dan ternyata semudah itu.
"Apa yang kau lakukan?! Berdiri, bod0h!" Revan yang geram.
Elvano pun berdiri.
𝘉𝘶𝘨𝘩!
Baru saja Elvano berdiri tapi musuh lain langsung memukul wajah Elvano sehingga dia jatuh kembali.
Revan merasa geram pada Elvano, seharusnya dia tidak lengah kini dia jatuh lagi.
"Kurang aj4r!" Elvano menendang balik orang yang memukulnya sampai terjatuh dan kepalanya itu terbentur lantai lumayan keras.
"Gegar 0tak lah kau!"
Elvano berdiri kemudian membantu Revan.
***
Marvin melihat sekeliling, ternyata lantai bawah ini tidak ada bedanya pada lantai atas semuanya luas dan memiliki banyak ruang. Mungkin jika di masukin Maling akan sulit mencari jalan keluar, karena bagi orang yang tidak tahu semua pintu terlihat seperti pintu keluar lebih tepatnya teka-teki.
"Desain Mansion ini lumayan juga, terlihat rumit," kata Marvin.
Ia juga sempat membuka satu persatu pintu seperti penasaran. Saat ia ingin membuka pintu lagi namun terkunci, ia mengerutkan keningnya. Dari sebanyaknya ruangan yang tidak terkunci kenapa hanya pintu ini yang terkunci?
Itu semakin membuatnya penasaran, Marvin menoleh ke belakang sepertinya anak buahnya masih bertahan mengukur waktu jadi ia memiliki kesempatan yang besar.
"Mana ada orang bisa mengunci pintu dari dalam kalau ternyata luar juga di kunci?" Marvin.
Kemudian ia tersenyum miring, "Oh, sepertinya apa yang aku cari ada di sini,"
Lalu Marvin mencari sesuatu untuk membuka pintu, jika didobrak tidak mungkin bisa selain pintu yang keras ditambah dikunci luar dalam kemungkinan besar hanya bisa membuat tulangnya patah.
Marvin kembali sambil membawa benda besi kecil yang ternyata obeng.
"Tempatnya saja yang mewah, tapi tidak ada alat yang bisa membantu," kata Marvin menatap obeng.
Jika tidak bisa di buka ia terpaksa melepaskan kenop pintu tanpa harus di dobrakan maupun membobolnya.
"Si4l, ini mengurangi waktu ku!" kesal Marvin memutar baut menggunakan obengnya.
Setelah melepas kenop pintu ia pun berhasil membukanya, ia melihat ruangan ini sedikit gelap jadi ia mencari tombol yang ada di dinding.
𝘊𝘭𝘪𝘬!
Lampu ruangan menyala, Marvin bisa melihat dengan jelas isi ruangan ini. Marvin melihat sekeliling banyak benda yang mewah dan berkualitas hanya saja ia tidak tertarik semua harta yang ada di sini, toh juga bukan tujuannya untuk mencuri barang.
Ia berjalan mengelilingi ruangan, ia juga menyentuh barang yang ada di sana. Marvin berhenti setelah ia melewati lemari besar, ia menoleh ke arah lemari kaca. Marvin tersenyum.
"Sepertinya aku menemukan apa yang aku cari,"
Sementara di sisi lain.
Elvano dan Revan sudah tergeletak tak berdaya, anak buah Marvin hanya tersisa 5 orang sisanya sudah di kalahkan oleh 2 pria yang tergeletak di lantai. Jangan salah, 5 anak buah Marvin juga terlihat sama seperti yang lain yaitu babak belur hanya saja mereka masih bisa bertahan setidaknya bisa berdiri.
Revan melirik senjata yang ada di sampingnya tapi ia sudah tidak bisa menggerakkan lengannya karena terlalu lemah dan tidak berdayanya ia. Jangankan bergerak, berbicara saja susah.
"Bagaimana, kita panggil, Tuan, Marvin?" tanya salah satu anak buah Marvin dengan nafas tersengal-sengal.
"Ya, tapi aku tidak tahu kemana beliau," mereka melihat sekitar mencari Marvin.
Kembali ke pada posisi Marvin.
"Mau sampai kapan bersembunyi, hmm?" senyum miring Marvin menatap sekitar.
"Sehebat apa pun kau bersembunyi, aku tetap mengetahui keberadaan mu,"
"Kau tahu? Tujuan ku datang cuma mencari kesenangan, aku dengar mereka memiliki seorang gadis cantik sampai-sampai 8 pria tergil4-gil4 pada seorang gadis? Aku jadi penasaran seperti apa gadis itu, aku ingin melihat gadis itu dari dekat," senyum tipis melirik lemari.
"Aku tahu kau bersembunyi, jadi keluar lah secara mandiri jika tidak aku akan memaksa mu keluar,"
Tidak ada suara apa pun sebagai jawaban Marvin.
"Tidak keluar juga? Baiklah, perlu kau ingat aku bukan tipe pria yang menunggu dan mengatakan yang ke dua kalinya! Juga tidak ada kesempatan lagi,"
𝘒𝘳𝘦𝘢𝘬𝘬!
Marvin membuka kedua pintu lemari, benar saja terlihat seorang gadis tengah meringkuk memegang lutut dan mata yang berkaca-kaca.
Marvin bisa melihat tatapan sendu dari gadis di hadapannya, sepertinya inilah mengapa 8 pria itu menyukai gadis ini. Karena lugu ... polos ... atau lucu? Itulah yang ada dipikiran Marvin.
"Kau rupanya,"
-
"Sebaiknya kita cari Tuan Marvin!"
"Tidak perlu,"
Saat anak buah Marvin hendak mencari Tuannya tiba-tiba Marvin muncul sambil menarik Liana secara paksa karena Liana memberontak.
"Lepas!" berontak Liana.
"Li–liana ....!" terkejut Elvano dan Revan namun dengan nada lirih.
Marvin tersenyum menatap 2 pria yang tergeletak tak berdaya.
"Sikap ambisi memang harus ada di setiap diri manusia, apalagi saat keinginan kita meningkat sampai merasa seperti gil4. Jadi wajar 'kan yah, aku berambisi dengan cara seperti ini?"
"Si–4lan!" umpat Revan.
"Kem–balikan ... ga–dis, i–itu!" Elvano mencoba bangkit walaupun tubvhnya sudah mat1 rasa.
"Gimana yah, ini memang tujuan ku. Asal kau tahu, penyerangan yang dilakukan oleh Kakak ku di AS itu hanya bentuk pengalihan saja. Awalnya aku tidak ikut karena bosan melihat kalian yang sangat lemah, ku kira kali ini kalian akan siap sedia minimal bisa memenangkan permainan Kakak ku. Sekarang perlu kalian tahu, teman-teman kalian sudah kalah dan beberapa menit lagi mereka akan kembali dengan membawa kekalahan," tawa Marvin.
Elvano menatap tajam ke arah Marvin.
"Lihat, jangankan teman-teman kalian, kalian saja tidak bisa mengalahkan anak buah ku. Tapi lumayan, aku membawa anak buah 50 hanya tersisa 5. Tidak apa." senyum Marvin.
Liana sejak tadi menatap Revan dan Elvano, keadaan mereka sangat kacau. Rasanya Liana ingin menghampiri dan membantu serta mengobati mereka, tapi tangan kekar milik Marvin sangat sulit untuk dilepas. Tangan yang sama seperti 8 pria itu bedanya yang ini sangat kasar sehingga membuat tangannya sakit.
"Aku akan membawa gadis ini," kata Marvin sambil mengangkat tangan Liana.
"Si4lan! Jangan sentuh milik ku dan lepaskan dia!" Elvano bangkit dan hendak menyerang Marvin namun salah satu anak buah Marvin mendorong kuat sehingga Elvano jatuh tersungkur.
"EL/VANO!" teriak Liana dan Revan bersamaan.
Marvin tersenyum miring dan miris melihat Elvano.
"Kalian ciri-ciri orang yang tidak mau mengaku kalah," kata Marvin.
"Lepaskan gadis itu! Dia tidak ada hubungannya dengan masalah kita!" tegas Revan.
"Memang tidak, aku tahu itu,"
"Lalu kenapa kau mengincarnya, bod0h!"
Marvin tertawa keras, "Yang bod0h itu adalah kalian, alasan keduanya yaitu gadis ini adalah kelemahan kalian juga, bukan begitu?"
Revan menatap tajam sambil mengepalkan tangannya kuat.
"Hal yang sangat wajar jika orang mengetahui apa kelemahan orang lain, kebanyakan kelemahan itu digunakan sebagai cara mengalahkan musuh. Ya tidak musuh juga, terkadang teman sendiri atau saudara atau orang lain. Kau mengerti maksud ku?" senyum Marvin.
"Urusan kita tidak melibatkan orang lain juga! Walaupun dia orang ku, tapi hanya dia yang tidak terlibat! Lepaskan gadis itu, dan selesaikan masalah kita sekarang juga!" Revan menatap tajam.
"Kau yakin? Dengan keadaan kalian yang seperti ini? Kalian sudah lemah loh,"
Liana melirik Marvin sinis, pria ini sama menyebalkan seperti 8 pria itu tapi lebih menyebalkan Marvin. Ia berharap kepalanya gegar 0tak, pikir Liana.
𝘉𝘙𝘜𝘒!
"AAGHK!"
Liana terkejut kala tiba-tiba kepala Marvin di pukul menggunakan balok kayu dari belakang.
Liana dan yang lain melihat ke belakang dan ternyata Bi Desfa pelakunya, wanita itu memukul kepala Marvin keras menggunakan balok kayu sehingga membuat Marvin berjongkok memegang kepalanya.
"Bi–bi Desfa?!"
"Saya tidak akan tinggal diam melihat Tuan menyakiti Tuan-tuan saya!" tegas Bi Desfa.
"B4ngs4t!" Marvin bangkit dan menodongkan senjat4.
𝘋𝘖𝘙!
"BI DESFA!" teriak histeris Liana menghampiri wanita yang ditemb4k oleh Marvin.
"Bi Desfa! Bi, bangun Bi!" Liana menaruh kepala Bi Desfa pada lengannya sambil ia tepuk pelan untuk membangunkan Bi Desfa.
"Ku mohon bertahan, Bi!"
Marvin memegang belakang kepalanya sambil ngedumel, lalu ia menoleh melihat Liana yang duduk di lantai sambil berusaha membangunkan Bi Desfa.
Marvin menarik tangan Liana paksa.
"Aww! Sakit!" rintih Liana.
"JANGAN SENTUH DIA, B4J1NG4N!" Revan teriak.
"Kalian ini padahal aku melakukan dengan cara baik-baik malah ngelunjak! Kau pikir aku juga tidak bisa melakukannya?!" Marvin menatap dingin.
Marvin meng-kode anak buahnya untuk pergi, Marvin menarik tangan Liana paksa sambil memegang kepalanya yang sangat sakit.
"Lepas! Aku tidak mau ikut!" Liana menatap kakinya untuk menahan langkahnya.
Marvin yang sudah kehilangan kesabaran pun langsung memukul bagian leh3r Liana sampai Liana tidak sadarkan diri.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA, SI4LAN!" Revan bangkit dengan sempoyongan.
"Kesabaran orang ada batasnya!" lirik Marvin lalu menggendong Liana seperti membawa karung beras.
"Kembalikan Li–"
𝘉𝘜𝘎𝘏!
Revan tak sadarkan diri karena anak buah Marvin melakukan hal yang sama seperti pada Liana, sedangkan Elvano antara sadar dan tidak sejak tadi. Tubvhnya melemas seperti tidak bisa di gerakan, pandangnya kabur melihat Marvin dan anak buahnya mulai pergi menjauh sambil membawa Liana.
"Ti–tidak ... Li–lia ...." Elvano langsung tak sadarkan diri.
•••
TBC.