"Tolong mas, jelaskan padaku tentang apa yang kamu lakukan tadi pada Sophi!" Renata berdiri menatap Fauzan dengan sorot dingin dan menuntut. Dadanya bergemuruh ngilu, saat sekelebat bayangan suaminya yang tengah memeluk Sophi dari belakang dengan mesra kembali menari-nari di kepalanya.
"Baiklah kalau tidak mau bicara, biar aku saja yang mencari tahu dengan caraku sendiri!" Seru Renata dengan sorot mata dingin. Keterdiaman Fauzan adalah sebuah jawaban, kalau antara suaminya dengan Sophia ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya.
Apa yang telah terjadi antara Fauzan dan Sophia?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34
Fauzan tersenyum setelah mematikan kompor, menatap wajan dengan penuh bangga setelah berhasil membuat nasi goreng untuknya dan Renata. Setelah mencuci tangan ia bergegas meninggalkan dapur melangkah ke arah tangga dan menaikinya. Baru sampai di tengah undakan tangga suara Renata menghentikannya.
"Mas darimana? terus tadi bangun jam berapa?" Renata berdiri dengan tatapan penuh selidik.
"Ayo turun dulu!" Fauzan mengulurkan tangannya memperlakukan Renata bak seorang ratu, membuat kening Renata kian bertautan. Heran dengan tingkah Fauzan yang tak seperti biasanya namun tak urung ia tetap mengikuti suaminya.
Fauzan langsung mengarahkan Renata untuk duduk, sedangkan dirinya bergerak cepat mengambil piring dan mengisinya dengan nasi goreng yang ia masak sendiri sedari selesai sholat subuh tadi. "Silahkan dicoba sayang. Kalau enggak enak entar mas coba belajar lagi ya." Ucapnya dengan tatapan yang tak lepas dari wajah Renata yang terlihat bingung.
Renata hanya mengangguk, pikirannya dipenuhi tanya dari jam berapa Fauzan bangun dan menyiapkan semuanya. Meskipun hanya nasi goreng tapi bagi yang tak terbiasa masak maka akan sulit dilakukan. "Mas bangun jam berapa?"
"Jam 4, tapi enggak langsung turun ke dapur karena nunggu Adzan dulu." Dusta Fauzan, karena sebenarnya semalam suntuk ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Hingga akhirnya ia mendapat ide untuk membuat nasi goreng untuk sarapan.
"Kenapa enggak bangunin aku? kan kita bisa sholat berjamaah mas."
"Maaf sayang, mas enggak tega bangunin kamu yang terlihat pulas." Kilah Fauzan berusaha mencari alasan.
"Tapi mas, seorang suami kan memang kewajibanya membimbing istri. Tapi sudahlah, lain kali kalau mas bangun duluan bangunin aku juga."
"Iya sayang, maaf."
"Kerjaan mas gimana sekarang? apa sudah bisa diatasi?" Renata kembali menghentikan suapannya, ia beralih menatap Fauzan yang berusaha menghindari tatapannya.
"Do'a kan mas ya. Insya Allah mas sudah siap dan akan lebih baik kalau kamu selalu ada di sisi mas." Fauzan menyentuh tangan Renata kemudian menciumnya.
Dering ponsel membuyarkan keintiman mereka berdua, dengan cepat Fauzan mengambilnya seraya menatap nama yang tertera di layar kemudian ia memperlihatkanya pada Renata. 'Sophie' bisiknya tanpa suara. "Angkat saja." Ucapnya seraya menyerahkan ponselnya pada Renata.
"Angkat saja. Kan neleponnya juga ke nomor mas berarti ada yang penting yang mau disampaikan sama mas."
Fauzan sedikit terhenyak mendengar jawaban Renata, namun ia mencoba menyembunyikan dengan pura-pura berdecak. "Iya Sophie."
Assalamu'alaikum mas, maaf ganggu.
"Waalaikumsalam, enggak apa-apa bicara saja ada apa? kebetulan mumpung mas belum berangkat masih menikmati waktu berdua dulu sama mbakmu sambil sarapan."
Hening, tak ada sahutan dari Sophia hingga beberapa saat berlalu membuat Renata segera mengambil alih ponsel yang tengah dipegang Fauzan.
"Sophie, ini mbak. Ada apa? bicara saja jangan sungkan!"
Mm... Mbak, ini mau bilang sama mbak dan mas Zan. Ibu hari sudah bisa pulang Alhamdulillah. Sungkan dan ragu terdengar jelas dalam nada suara Sophia.
"Hah! Pulang? pulang darimana?" Cecar Renata tak sabar, lalu ia menatap Fauzan meminta penjelasan.
Lho! memang mas Zan enggak cerita ya? ibu kan dirawat mbak, kena serangan jantung. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah membaik makanya hari ini sudah diperbolehkan pulang.
"Oh gitu ya, Alhamdulillah kalau begitu. Maaf mbak baru tahu, bisa bicara sama ibu?"
Ibunya lagi sarapan mbak, sebentar lagi selesai.
"Baiklah, nanti saja mbak nelepon lagi." Renata kembalikan ponselnya pada Fauzan dengan raut yang berubah keruh. Sekarang ia paham kenapa semalam Fauzan berbeda seperti tengah menghadapi masalah besar ternyata ibunya masuk rumah sakit. Tapi kenapa, kenapa tidak bercerita padahal ibu dari Fauzan itu mertuanya sendiri, apa peran dirinya dimata Fauzan.
"Sayang, kamu duduk saja biar mas yang beresin semuanya."
Usapan lembut Fauzan di bahunya membuyarkan racauan hati Renata, namun ia tak menghiraukanya dan memilih meminta penjelasan dengan kekesalan yang ditahannya.
"Mas bisa jelasin dulu enggak, kenapa mas enggak cerita kalau ibu kena serangan jantung dan masuk rumah sakit?"
Fauzan membeku, ia bingung harus menjawab apa karena terlalu larut dalam ketakutan terbongkarnya sebuah kebohongan yang ia mulai kemarin.
"Mas anggap aku apa? mertua masuk rumah sakit aku enggak tahu dan kayak orang bo-doh celingukan. Jangan karena aku sibuk kerja dan tidak bisa datang bukan berarti aku tidak peduli bahkan kalau tahu saat kejadianya aku akan meluangkan waktu untuk orang tua."
"Bukan begitu sayang, tapi mas enggak mau membebani kamu."
"Jadi, semalam mas begitu karena memikirkan ibu bukan masalah pekerjaan?"
"Maaf sayang."
"Benar-benar. Aku ini enggak dianggap apa-apa." Renata menghela napas dalam, tak ada lagi suara yang meninggi yang keluar dari bibirnya. Ia berdiri dan meninggalkan meja makan tanpa menoleh pada Fauzan.
"Re, sayang! maafin mas!" Fauzan meletakkan piring kotor yang hendak dicucinya, ia bergegas menyusul Renata menaiki undakan tangga setelah sampai di atas ia meraih tangan Renata. "Maaf. Bukan mas tidak menganggap keberadaan mu sayang, mas hanya kalut dan keesokannya mas sempat berpikiran untuk mengabarimu tapi mas pikir lagi takut membebani kamu."
"Tolong lepasin! aku mau siap-siap!" Renata melenggang pergi meninggalkan Fauzan yang mematung.
hahaha ketawa jahat
emang makin agak agak ini bumer satu ini😤😤
biar neng Rena bisa punya alasan kalau mau pisah sama Fauzan 🤩🤩🤩🤩