Yang Kamu Curi Takkan Jadi Milikmu

Tobias dan Henry pergi bersama dengan Eren. Thomas sudah menyiapkan segalanya. Kerja sama yang akan ditangani oleh Camelia yang asli yang sekarang identitasnya berubah menjadi Eren.

Tobias ikut untuk menjaga kesehatan Eren. Sedangkan Henry, pria itu akan menjaga Eren, serta membantu segala kesulitan Eren di kota G.

Tempat Thomas memiliki satu buah perusahaan yang saat ini dikelola oleh wakilnya. Sandi Permana.

Sementara Eren dan yang lain sudah tiba di hotel. Rayyan dan Robi juga sudah sampai di lobi hotel itu. Ketika Eren dan yang lain sudah masuk ke dalam lift, Rayyan dan Robi masuk ke lobi. Rayyan menghentikan langkahnya. Membuat Robi bertanya-tanya.

"Bos, ada apa?" tanya pria yang agak gemulai itu.

Rayyan melihat ke sekeliling. Ada perasaan berenda, ketika dia masuk ke dalam hotel itu.

Tapi, saat dia melihat ke sekeliling, dia sudah menemukan ada sesuatu yang aneh. Rayyan menghela nafas panjang.

"Huh, tidak Robi. Aku rasa baru beberapa jam saja, aku sudah memikirkan istriku!" ucapnya sambil kembali berjalan menuju ke arah lift.

"Hem, bos bisa saja. Baru juga tadi bos minta kirim foto istri bos yang lagi ada di mall, cari baju dinas kan?" tanya Robi.

"Baju dinas?" hanya Rayyan.

"Iya bos, baju dinas. Yang meski pakai baju tapi kelihatan semua aset negaranya itu!" terangnya tanpa di filter.

Wajah Rayyan memerah. Entah kenapa, dia malah membayangkan pakaian seperti itu di pakai oleh Camelia.

'Apa yang aku pikirkan? tidak boleh! Camelia masih dalam tahap pemulihan. Suaranya juga belum kembali, aku tidak boleh memaksakan apapun padanya. Dia sudah jadi istriku, waktu kami masih panjang. Aku hanya akan fokus menjaganya sekarang. Memberinya kasih sayang dan perlindungan, supaya dia tidak merasa sedih lagi atas kejadian itu' batin Rayyan.

**

Hingga malam harinya, makan malam yang sudah di janjikan untuk membahas kerja sama antara perusahaan Danuwirya dan perusahaan Walisson sudah di atur.

Di ruangan VVIP sebuah restoran bintang lima. Rayyan dan Robi juga sedang menunggu kedatangan perwakilan dari perusahaan Walisson.

"Bos, katanya anaknya tuan Walisson sendiri yang datang. Padahal penanggung jawab perusahaan yang ada disini tuan Sandi. Tapi aku dengar, anaknya itu yang ingin bertemu dengan bos. Apa mungkin dia naksir bos, ya?" tanya Robi menduga-duga.

Rayyan menatap tajam ke arah Robi.

"Bicara apa kamu? yang aku dengar, tuan Walisson hanya ingin anaknya itu menambah pengalaman. Sekali lagi mengatakan hal seperti itu, kupotongg gajimu!" kata Rayyan.

Benar-benar sosok pria yang sanga mencinta istrinya dan tidak akan memikirkan wanita lain selain istrinya.

Sementara di depan pintu ruangan VVIP itu. Camelia yang asli aka Eren tampak sangat gugup. Bagaimanapun dia dan Rayyan pernah mengalami masa-masa yang sangat indah bersama. Meski cintanya tumbuh belakangan. Tapi dia juga sangat mencintai Rayyan. Bertemu lagi dengan pria itu, dengan identitas berbeda, bahkan memikirkan bagaimana Rayyan yang sudah menikah dengan Raisa yang mencuri identitasnya. Membuat Camelia sedikit emosional.

"Nona Eren! jika belum siap bertemu dengan tuan Rayyan. Kita bisa cancel..."

Eren mengangkat tangannya.

"Tidak kak Henry. Aku akan menemuinya!" kata Camelia asli aka Eren yang langsung mendorong pintu itu.

Henry maju dan membantu Eren membuka pintu itu.

"Selamat malam tuan Rayyan!"

Robi langsung menoleh ke arah pintu. Namun Rayyan, pria itu malah tertunduk sejenak, dia merasa sangat akrab dengan suara itu. Suara yang sudah selama empat bulan lebih tidak dia dengar.

Rayyan menoleh ke arah pintu. Namun sosok berbeda yang dia lihat.

'Apa yang aku pikirkan, kenapa aku merasa itu suara Camelia? aku pasti terlalu merindukan Camelia. Sampai berpikir suaranya...'

"Kalian sudah lama menunggu ya? perkenalkan aku Eren, Eren Walisson!"

Dan suara itu, membuat Rayyan terdiam lagi. Bagaimana bisa ada yang memiliki suara sama persis dengan istrinya.

"Tuan Rayyan!"

"Bos!" tegur Robi karena Rayyan malah bengong bukannya segera menyambut uluran tangan perkenalan dari Eren.

"Aku Rayyan, Rayyan Danuwirya!" kata Rayyan menyambut uluran tangan Eren.

Deg

Rayyan menatap tangan Eren yang bersalaman dengannya.

'Kenapa ini? kenapa aku merasa aneh seperti ini sejak dia muncul?' batin Rayyan.

Eren segera menarik tangannya. Anehnya, ada perasaan hilang dalam hati Rayyan.

'Apa yang sebenarnya terjadi padaku?' batin Rayyan bingung.

"Silahkan duduk, nona Eren!" kata Robi mempersilahkan.

Eren mengangguk, Tobias menarik kursi untuk Eren dan Eren tersenyum pada Tobias. Tapi entah mengapa, saat melihat Eren tersenyum seperti itu pada Tobias. Rayyan menjadi tidak senang.

'Rayyan, apa yang kamu pikirkan. Aku pasti terpengaruh pada suaranya. Karena memang selama empat bulan lebih, aku tidak mendengar suara Caca. Dia masih trauma. Berhenti berpikir dan merasakan yang tidak-tidak Rayyan!' ujar Rayyan pada dirinya sendiri.

Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah. Rasa cinta Rayyan yang sangat besar dan tulus pada Camelia. Sebenarnya tidak pernah memandang fisik gadis yang dia cintai itu. Cintanya tulus memang pada Camelia. Aura Eren yang memang adalah Camelia yang asli. Membawa pikiran dan perasaan Rayyan padanya.

Sayangnya, karena dia terus menegaskan pada hati dan pikirannya. Jika wanita yang sedang bersama ibunya di rumahnya itu adalah Camelia. Wanita yang paling dia cintai. Dia jadi menutup sendiri kepekaan dirinya itu.

"Nona Eren mau pesan apa?"

"Sup kepiting"

Rayyan kembali menoleh ke arah Eren. Itu adalah makanan favorit Camelia.

"Nona Eren suka sup kepiting?" tanya Rayyan.

"Siapa yang tidak suka makanan seenak itu?" tanya Eren.

Rayyan mengangguk setuju.

"Benar" katanya.

Sup kepiting itu sudah datang, Rayyan benar-benar penasaran. Semua orang pasti memiliki cara mereka masing-masing untuk menikmati makanan kesukaan mereka. Kalau Camelia, biasanya dia akan mengaduk sup itu di satu bagian supaya tidak terlalu panas saat akan dimakan. Kebiasaan itu jarang dia temukan pada orang lain.

Rayyan sangat penasaran. Makanya dia terus memperhatikan ketika Eren mengambil sendok sup.

Deg

Rayyan memundurkan punggungnya ke sandaran kursi. Ketika dia melihat cara Eren makan sup itu. Sama persis dengan apa yang dilakukan Camelia. Mengaduk di satu sisi kecil.

'Tidak mungkin, bagaimana dia punya kebiasaan makan sama persis seperti Camelia?' batin Rayyan.

***

Bersambung...