Alaric Sagara, tiba tiba hidup nya berubah setelah istri yang di cintainya pergi untuk selama lamanya karena malahirkan bayi mereka ke dunia.
Kepergian sang istri menyisakan trauma mendalam di diri Aric, pria yang semula hangat telah berubah menjadi dingin melebihi dingin nya salju di kutub utara..
Faza Aqila, sepupu mendiang sang istri sekaligus teman semasa kuliah Aric dulu kini statusnya berubah menjadi istri Aric setelah 3tahun pria itu menduda. Faza telah diam diam menaruh cinta pada Aric sejak mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah.
Bagaimana kehidupan pernikahan mereka dan akankah Faza mampu membuka hati Aric kembali...
Happy Reading 💜
Enjoy ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Pagi hari nya, Mbok Rumayah atau yang biasa di panggil dengan nama Mbok Rum hendak keluar untuk membersihkan halaman. Aktifitas yang biasa di lakukan setelah selesai subuh.
Jam segini belum ada siapapun yang keluar dari kamar dan beraktifitas di luar selain Mbok Rum.
Mbok Rum memutar kunci hingga terdengar bunyi Klik tanda pintu sudah tidak terkunci lagi. Handle nya di gerakkan dengan perlahan. Pintu pun berdecit pelan saat di buka.
Sontak, Mbok Rum membeku. Pancaran matanya memancarkan keterkejutan seiring tatapan Mbok Rum melihat ke arah kursi di teras rumah.
Sepersekian detik, Mbok Rum masih mematung di tempat nya berdiri, memandangi sosok pria yang tertidur di kursi serta koper besar yang ada di dekat pintu utama.
Hingga di detik berikutnya, Mbok Rum memutuskan untuk memberitahu kedua majikan nya, alias orang tua Faza.
Seperti sebuah kebetulan yang di rencanakan, saat mbok Rum masuk kembali ke dalam rumah, Mbok Rum berpapasan dengan Bunda Zila yang hendak mengisi teko air minum untuk di kamar.
"Mbok, ada apa ? Kok panik gitu ?" Tanya bunda sambil mengerutkan kening nya, menatap penuh tanya
"I-itu, bu... Di-di depan.." Mbok Rum jadi tergagap saking panik nya sambil menunjuk ke arah pintu utama
Bunda tak lagi bertanya, karena penasaran bunda langsung berjalan cepat ke tempat yang di tunjuk si bibi.
Langkah bunda yang terburu-buru itu langsung berhenti seketika saat melihat Aric sedang tertidur pulas di kursi teras.
"A-aric....." Gumam Bunda tak percaya dengan apa yang sedang di lihat nya saat ini
"Bi... Cepat Panggil suami saya, tapi jangan berisik ya. Jangan sampai Faza ikut keluar.." Bunda langsung memberi perintah dengan suara setengah berbisik..
"Baik, bu.." Si bibi pun kembali masuk ke dalam rumah.
Bunda berjalan mendekati Aric, lalu di goyangkan nya bahu Aric pelan-pelan.
"Ric.... Bangun, Ric.." Kata Bunda dengan suara yang terdengar seperti gumaman semata.
Eughhh...
Aric melenguh pelan, dan perlahan mulai membuka mata..
"Bunda...." Aric langsung terperanjat kaget ketika Ibu mertua nya sudah ada di depan mata.
Buru-buru Aric mencium tangan Bunda sambil terus mengumpulkan kesadaran nya yang belum sepenuh nya kembali..
Bunda tidak menolak saat Aric mencium tangan nya dengan takzim.
"UNTUK APA KAMU DATANG KESINI ?"
Bukan bunda yang bicara dengan penuh penekanan serta sarat akan ketidaksukaan, tapi Ayah.
Ayah berdiri dengan tatapan marah. Matanya nyalang menatap Aric dari atas sampai bawah.
Aric sadar, ini ujian pertamanya. Ayah mertuanya memang terkenal keras namun tentu keras dalam hal yang seperti ini. Ayah mana yang rela putri kesayangan nya di perlakukan seperti istri yang tidak berharga. Apalagi kesalahan yang memicu pun bukanlah murni salah putri nya. Faza juga korban. Korban atas permintaan sebuah janji dari Selena.
"Ayah..." Aric hendak mencium tangan Ayah, namun Ayah langsung menepisnya dengan kasar.
Bugh!
Ayah bahkan menendang koper Aric hingga kopernya bergeser ke tengah-tengah mereka.
"Pergi kamu! Aku tidak mau melihat mu ada disini lagi!" Usir Ayah pada Aric
"Ayah, sudah yah... Sabar. Jangan marah-marah begini, ya yah.." Ibu mengusap lembut dada bidang sang suami untuk menenangkan nya dari amarah
Aric tiba-tiba berlutut di kaki Ayah, memeluk kedua kaki Ayah sambil menunduk dalam.
"Maafkan Aric, Ayah.. Aric salah, Aric ceroboh.." Aric terus memohon pada Ayah Ikhsan dan di saksikan oleh Ibu mertuanya serta Mbok Rum..
Ayah membuang muka. Dengan sekali gerakkan kakinya, kedua tangan Aric terlepas hingga tubuh Aric yang tak siap terhuyung kebelakang.
Bunda yang berada di sana hendak membantu Aric tapi tangan Ayah langsung menahan gerakkan sang istri.
"Jangan ganggu anak saya, lagi! Cepat urus perceraian kalian!!" Bentak Ayah lagi yang tak perduli kondisi fisik Aric yang semakin lemah. Bahkan wajah Aric terlihat sangat pucat.
Aric menggeleng cepat kemudian bertumpu dengan kedua lututnya sambil menangkup tangan di depan dada.. "Aric mohon, Ayah. Beri Aric kesempatan sekali saja untuk memperbaiki semuanya. Aric janji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.."
Ayah menarik sudut bibirnya, tatapan nya penuh ejekan.
"Tak ada kesempatan kedua, ketiga atau berapapun! Carilah istri baru yang lebih segalanya dari Faza. Sekarang pergilah jangan sampai Faza melihat mu lagi karena hanya akan membuat hati nya semakin terluka!" tegas Ayah meminta Aric untuk segera pergi
Ketika Ayah dan Aric sedang terlibat 'adu mulut', Faza samar-samar mendengar keributan itu dari dalam kamar nya.
Perlahan Faza turun dari tempat tidur, penasaran ingin melihat ada keributan aoa yang terjadi sepagi ini.
Klik!
Faza membuka pintu kamar dan berpapasan dengan Mama Dian yang juga baru keluar dari kamar tamu.
"Ada apa, mah ?" tanya Faza sambil menutup pintu kamar nya kembali karena Alena masuh tidur. Lalu mama Dian pun berjalan menghampiri Faza.
Mama Dian menggeleng, "Mama nggak tau. Tapi suaranya sih kaya suara Ayah kamu, Za."
Faza mengangguk, membenarkan. "Ayo, mah kita ke depan." Kata Faza sambil berjalan duluan.
Langkah Faza terhenti saat pandangan nya tertuju ke arah teras melalui sela tirai jendela yang terbuka sedikit hingga membuat Mama Dian pun ikut berhenti..
"Ada apa, Za ?" tanya Mama Dian sambil melongok ke sisi tubuh Faza yang menutupi jarak pandang nya..
"Ma-mah... I-itu Mas Aric, kan ?" Suara Faza seperti tercekat di tenggorokan saat menyebut nama Aric. Tapi mama Dian tetap bisa mendengar suara Faza sebab berada sangat dekat dengan sang menantu.
"Iya, Za. Itu Aric. Kamu masuk sekarang, sayang.. Mama nggak mau kedatangan Aric membuat kesehatan mu keganggu. Ayo masuk sekarang!"
Faza masih dalam lamunan nya, namun Mama Dian dengan cepat menuntun Faza masuk kembali ke dalam kamar.
"Kamu tunggu disini saja, ya.. Jangan keluar dulu!" Setelah mengatakan itu mama Dian pun langsung menutup pintu kamar Faza lalu berjalan lagi ke teras untuk menemui putra nya.
"Mah...." Aric bersuara saat mama nya sudah berada di hadapan, berdiri di barisan kedua orang tua Faza. Tatapan Aric seperti meminta pertolongan, tapi jelas Mama Dian tak mau membantu karena Aric memang harus di beri hukuman agar tidak sembarangan dalam memgambil keputusan yang fatal seperti ini.
"Ngapain kamu kesini, Ric ?" Untuk pertama kali nya setelah berminggu-minggu akhirnya mama Dian bicara lagi pada Aric.
"Mama... Tolong bantu Aric, mah. Aric mau ketemu Faza, Aric mau minta maaf." Kata Aric sungguh-sungguh
Cih!
Mama Dian berdecih di hadapan Aric.
"Jangan harap! Sudah berkali-kali kamu menyakiti Faza. Mama nggak akan biarkan Faza semakin tersiksa karena kamu, Ric. Faza berhak bahagia dan sepertinya kebahagiaan Faza bukan dengan kamu."
Aric menggeleng dengan cepat, kedua matanya sudah berembun. Bukan karena sedih di perlakukan begini oleh mama dan Kedua orang tua Faza, tetapi karena teringat dosa-dosa nya terhadap sang istri. Di tambah ucapan mama Dian yang mengatakan kebahagiaan Faza bukan bersama nya, sungguh sampai mati Aric tak akan rela jika Faza menemukan pria lain selain diri nya.