Dena baru saja selesai menamatkan novel romance yang menurutnya memiliki alur yang menarik.
Menceritakan perjalanan cinta Ragas dan Viena yang penuh rintangan, dan mendapatkan gangguan kecil dari rival Ragas yang bernama Ghariel.
Sebenarnya Dena cukup kasihan dengan antagonist itu, Ghariel seorang bos mafia besar, namun tumbuh tanpa peran orang tua dan latar belakang kelam, khas antagonist pada umumnya. Tapi, karena perannya jahat, Dena jelas mendukung pasangan pemeran utama.
Tapi, apa jadinya jika Dena mengetahui sekelam apa kehidupan yang dimiliki Ghariel?
Karena saat terbangun di pagi hari, ia malah berada di tubuh wanita cantik yang telah memiliki anak dan suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17: Terungkap
...****************...
“Kenapa, kamu mau kita menikah?”
Gevan tertegun sejenak mendengar pertanyaan itu. Sepertinya benar laporan yang ia dapat dari pelayan pribadi Araya, sejak kecelakaan saat itu Araya melupakan beberapa ingatannya.
“Ikut aku.”
Araya mengikuti langkah laki-laki itu. Mereka menaiki lift menuju lantai tiga yang baru kali ini Araya pijaki. Gevan membawanya memasuki ruangan dengan pintu hitam, terlihat laki-laki itu melakukan scanner sidik jari di gagang pintu.
Memasuki ruangan itu, first impressions Araya mengatakan jika ruangan ini cukup menyeramkan, apalagi sekarang sudah tengah malam. Dinding nya di cat gelap dan lampu ruangan ini juga temaram.
Tapi, Araya dapat melihat jelas di dinding berbagai jenis senjata api. Yang ia yakini semua itu asli mengingat apa pekerjaan Gevan.
Araya mengambil duduk di salah satu sofa, lalu tak lama Gevan menyodorkan sebuah map padanya.
“Silahkan kamu baca,” ujar laki-laki itu.
‘Pengalihan 40% saham Wijaya’s Company pada Smith Corp atas nama Gevandra Raguel Smith’
Araya membaca dokumen itu dengan seksama, ia menyoroti kalimat tersebut. Inilah yang dibicarakan adiknya tempo hari pada Araya, jika Gevan menginginkan pernikahan mereka terjadi untuk mengambil alih saham keluarga mereka.
“Seperti ucapan adik kamu, aku yang mengambil alih saham keluarga kalian,” ujar Gevan seolah bisa membaca apa yang Araya pikirkan saat ini.
"Tapi, itu untuk kamu, Araya.” Lanjut laki-laki itu.
Araya menatapnya tak mengerti, sehingga Gevan menjelaskannya lebih lanjut.
Ayah Araya, Hadako Wijaya mempunyai saham terbesar di perusahaan keluarga mereka, sebanyak 80% dari keseluruhan. Sebelum meninggal, ia sudah menetapkan wasiat pembagian saham, setengah untuk putri pertamanya dan setengah lagi untuk istri dan putri ke duanya.
Tapi ibu tiri dan adik Araya merasa itu tidak adil, mereka juga menginginkan bagian milik Araya. Mengingat bagaimana pedulinya Araya dengan mereka, Gevan yakin Araya akan memberikannya begitu saja. Karena itu Gevan turun tangan langsung untuk mengambil alih, ia punya otoritas karena saat itu statusnya adalah suami Araya.
“Aku yakin kamu gak akan mudah untuk percaya, karena itu aku gak pernah mengungkapkannya selama ini,” tambah Gevan
Araya menyimak penjelasan Gevan dengan baik, ia menutup map di tangannya, “kamu bisa kasih bukti dari omongan kamu itu?” Tanyanya.
Bagaimana pun Araya kini tak tahu ia harus berpihak pada siapa, ia tidak bisa sepenuhnya mempercayai Gevan atau pun Shinta.
“Semua hasil dari saham kamu langsung masuk ke rekening kamu, tanpa aku kurangi sedikitpun,” ungkap Gevan.
“Jadi, selama ini aku hidup dengan kamu dengan uang aku sendiri?”
Gevan langsung menggeleng, “kamu istri aku, Araya. Jelas aku yang mencukupi semua kebutuhan kamu. Rekening bank ada atas nama aku, tapi atm nya selama ini tersimpan rapi di dompet kamu sendiri.”
Semua penjelasan Gevan terdengar masuk akal. Araya melayangkan pertanyaan yang sudah sejak lama ia pendam.
“Apa benar kamu yang bunuh ayah aku?”
Harapan Araya laki-laki itu menyangkal pertanyaannya. Namun, ia malah mendapatkan anggukan Gevan sebagai jawaban.
Gadis itu menghela nafas sembari mengalihkan pandangannya, ia tak ingin langsung menunjukkan kemarahannya dan menunggu Gevan memberikan alasannya.
“Araya, ayah kamu menolak pernikahan kita.”
Ia kembali menatap Gevan, “orang tua bodoh mana yang mau membiarkan anaknya menikah dengan orang yang memperkosa nya sendiri?” Tanya nya.
Gevan menggeleng, “tapi bukan itu alasan ayah kamu. Dia senang ketika aku mengajukan perjodohan, tapi dia ingin aku menikah dengan adik kamu.”
“Ayah kamu bukan orang tua yang baik Araya, dia cuman menganggap anaknya sebagai keuntungan bisnis. Dia sudah menjual kamu dengan harga tinggi untuk menjadi istri kedua rekan bisnisnya. Kamu pikir aku bisa terima? Saat itu bahkan kamu sudah hamil anak kita.” Jelas Gevan.
Astaga, fakta apalagi ini? Batin Araya. Ia mengusap wajahnya gusar.
Gevan tahu istrinya pasti terkejut dengan semua ucapannya, tapi ia bertekad untuk membongkar semuanya sekarang.
Ia membuka ponselnya, memperlihatkan sebuah rekaman pada Araya. Saat di mana ia mengintrogasi pelayan yang mendorong Araya beberapa saat lalu.
“Ampun Tuan, saya hanya di suruh,” Terlihat pelayan wanita itu bersimpuh takut di hadapan Bastian, penampilannya sudah acak-acakan.
“Siapa?” Tanya Bastian yang telah menodongkan pistol di kepala wanita itu.
“Nyo-nyonya Shinta. Dia yang menyuruh saya bekerja di sini untuk mencelakai Nyonya,”
Video rekaman itu berhenti di sana.
Bohong jika Araya tak marah mendengar itu, tapi perasaan kecewanya lebih dominan. Ia benar-benar terkejut. Padahal, jujur saja Araya senang mengetahui ia memiliki adik, ia memiliki keluarga di sini.
Tapi, kenapa hidupnya hanya di kelilingi orang-orang jahat ini. Suaminya, adiknya, keluarganya, Araya merasa benar-benar sendirian di tempat asing ini.
“Sejak lama aku tahu kalau adik kamu memang gak sebaik itu. Tapi aku gak menyangka kalau dia juga berusaha mencelakai kamu di wilayah aku sendiri,” ujar Gevan.
Ia menahan tak memberi tahu Araya akan rekaman itu karena tidak ingin Araya melihat bagaimana Araya bersedih, orang yang ia percayai malah berencana untuk membunuhnya.
Laki-laki itu duduk di sebelah Araya yang masih terdiam, “Maaf untuk kelalaian aku selama ini, tapi aku jamin kedepannya aku gak akan lengah lagi,”
Araya terkekeh kecil, “Aku bener-bener benci, aku benci kalian semua.” Ungkapnya.
“Mungkin cuman Ghariel yang bisa aku percaya di sini,” ujarnya, Ia cukup syok mengetahui semua fakta baru ini.
Tidak tahu saja Araya putranya yang polos itu sudah di rancang Gevan untuk menjadi seperti laki-laki itu.
Araya berdiri dari duduknya hendak pergi dari ruangan ini, tapi Gevan mencekal lengannya.
“Kamu juga bisa mempercayai aku, Araya.” Ujar Gevan.
“Kalau kamu mau, aku bisa kasih pelajaran untuk keluarga kamu sekarang,” tambahnya.
Araya melepaskan tangan laki-laki itu pelan, “Aku mau istirahat.” Ujar Araya melanjutkan langkahnya keluar, dan Gevan membiarkan itu.
Araya masih di tahap terkejutnya, dan Gevan akan memberikan gadis itu waktu untuk sekarang. Araya butuh ruang untuk menjernihkan pikirannya.
Gadis itu merebahkan diri di kasurnya, ia memejamkan mata sesaat. Araya lelah, Orang-orang di dunia ini tak dapat ia tebak.
...****************...
tbc.
apakah alurnya kecepetan? Paling ga bisa buat chapter yang nyimpen misteri gitu😔
like sebelum lanjuttt♡♡
semangat ya buat ceritanya Thor 💪😊👍