Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.
Spin of sweet revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MJW 3 Masih Interogasi
Ali Wahab segera memberi isyarat pada putra keduanya agar meninggalkan meja makan setelah putra pertamanya pergi .Terpaksa Faris menurut, padahal dia sangat penasaran, ingin mendengar langsung dari uminya yang pasti akan ganti ditanya oleh abinya.
Srdangkan menanyai abangnya sekarang ngga mungkin dia lakukan. Abangnya pasti tidak akan menggubrisnya, apalagi sekarang dia mau zoom meeting.
Abinya saja tidak bisa mengganggu, apalagi dirinya. Faris menghembuskan nafas panjang. Dia kemudian pergi menjauhi meja makan, tapi tidak benar benar pergi. Malah bersembunyi di balik pilar untuk menguping. Suasana yang hening pasti membuat suara abi dan uminya cukup jelas terdengar.
"Abi, maaf, umi belum cerita. Karena umi juga baru tau." Siti Azizah merasa bersalah terhadap suaminya karena merahasiakan hal sebesar ini darinya.
Ali Wahab tersenyum. Dia tidak marah, karena cukup memahami situasi yang dialami istrinya. Pasti calon pilihan putranya sangat jauh dari kriteria mereka hingga istrinya mengulur waktu untuk bercerita.
"Teman SMA dulu, ya?" Berarri SMA umum. Tapi di sana juga banyak anak anak kyai terkenal yang bersekolah di sana. Dia juga punya teman kyai dan ustad yang tidak tinggal di pesantren.
Siti Azizah mengangguk.
"Apa.alasannya Hasan belum mau mengenalkannya dengan kita?" Pertanyaan ini yang mengganggu Ali Wahab.
"Kata Hasan, dia sedang meyakinkan gadis itu untuk menerimanya."
Ali Wahab tercengang beberapa detik, tapi kemudian bibirnya tersenyum lebar.
"Kenapa harus diyakinkan? Dia tidak mengenal Hasan?" Setaunya putra pertamanya itu menerima setumpuk lamaran dari banyak santri maupun yang hanya numpang shalat dan mengaji di pesantrennya..
Belum lagi anak anak temannya dan istrinya yang ingin menjadikan Hasan menantu. Ali Wahab juga yakin kalo teman teman kerja Hasan pasti juga menginginkan Hasan jadi pasangan mereka.
Rasanya aneh kalo putranya harus meyakinkan gadis itu untuk bersamanya.
Melihat ekspresi suaminya, Situ Azizah makin merasa tidak nyaman. Karena yang akan disampaikannya nanti mungkin akan mengecewakan suaminya.
"Kata Hasan, dia perlu membimbing gadis itu sebelum mengenalkannya pada kita. Aku juga kurang mengerti maksudnya."
Ali Wahab terdiam, seolah berpikir setelah mendengar penjelasan istrinya.
"Kamu tidak mengingat gadis itu?"
Siti Azizah menggelengkan kepalanya.
"Aku benar benar sudah lupa. Tapi aku merasa gadis itu tidak mengenakan hijab apalagi cadar. Mungkin karena itu Hasan imgin membimbingnya lebih dulu." Siti Azizah mengungkapkan dugaannya.
Tapi Ali Wahab memiliki dugaan lain. Dari perkataan putranya dia yakin bukan masalah jilbab atau cadar. Tapi gadis itu belum yakin dengan dirinya.
Masalahnya apa yang membuat gadis itu tidak yakin dengan Hasan? Hasan punya hampir semua kriteria yang disukai perempuan.
Setelah itu hening karena suami istri itu larut dalam pikiran masing masing.
Faris yang sedang bersembunyi juga belum beranjak dari tempatnya. Dia juga sedang berpikir keras.
Siapa perempuan itu? Punya kualifikasi di atas Laila Latifa? Faris yakin, yang ditaksir abangnya pasti bukan gadis sembarangan.
"Mas Faris, ngapain berdiri di sini?" Pak Salam-supir keluarganya menegur hingga membuatnya berjengit karena kaget.
"Sstttt....?!" Faris langsung menarik lengan laki laki tiga puluh limaan itu menjauh.
"Mas, saya harus bertemu bapak. Ada yang mau saya sampaikan," protes Pak Salam.
"Nanti saja, pak. Abi lagi ngga mau diganggu," larang Faris sambil terus membawa supir abinya pergi.
Supirnya terpaksa menurut.
Ya sudah. Nanti saja, batinnya.
*
*
*
Hasan membaca laporan yang dikirimkan dari ustazah yang tadi bertemu Ratna..
Gadis itu merasa dunia tidak adil dengannya. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Dia juga tidak gila. Tapi orang orang itu malah memenjarakannya dan sekarang memindahkannya ke rumah sakit jiwa.
Hasan menghela nafas. Dia sudah memperlihatkan catatan kejiwaan gadis itu pada Ustazah Runiati.
Saya akan pelan pelan mendekatinya, pak. Kalau menurut saya lebih baik dibawa ke pesantren. Dia tidak akan merasa sendirian. Tapi mungkin karena kejiwaannya yang belum stabil, dikhawatirkan akan membuat masalah.
Hasan menghela nafas lagi. Dia merasa ustazahnya yang punya basic kuliah di jurusan psikologi bisa menangani Ratna sementara waktu ini.
Dia pun mencetak laporan itu di printernya. Besok dia akan mengantarkannya langsung pada Luna. Dia sudah punya jadwal gadis itu. Membayangkan akan bertemu dengannya saja sudah membuat bibirnya berkedut.
Dia terbatuk batu sebentar. Kemudian menyiapkan laptopnya untuk melakukan zoim meeting .
*
*
*
"Ikut aku," ajak suaminya setelah cukup lama dia dan istrinya terdiam.
"Menemui ustazah Runiati."
Istrinya jadi mengingat perkataan suaminya.
"Kamu ngga ingin tau siapa yang diminta anak kita untuk ditemui ustazah itu?"
Tentu saja dia ingin tau, jawab istrinya dalam hati.
"Tapi aku sedikit khawatir."
"Khawatir kenapa?"
"Semoga saja dugaanku salah."
"Dugaan apa?"
Ali Wahab menatap istrinya ragu
"Apa yang kamu pikirkan?"
Ali Wahab menghembuskan nafas pelan. Beban di dadanya terasa berat saat ingin mengatakan kekhawatirannya.
"Semoga gadis itu bukan yang ingin dibimbing Hasan."
Istrinya tepekur sejenak mendengarnya. Dia merasa shock.
Hasan menyukai perempuan yang punya masalah dengab kejiwaan?
Tidak!
Tidak mungkin!
Melihat wajah istrinya yang memucat, Ali Wahab tersenyum.
"Kita langsung tanya saja. Aku rasa bukan gadis itu yang disuka Hasan." Ali Wahab meralat ucapannya yang membuat istrinya khawatir.
"Ya, bi." Siti Azizah makin tidak sabar menemui Ustazah Runiati.
*
*
*
Ustazah Runiati tinggal di dekat masjid. Semua pengajar di sini diberikan paviliun. Termasuk yang sudah berkeluarga
"Oooh, gadis itu mengidap penyakit jiwa?" tanya Siti Azizah.
"Ya, umi. Padahal dia masih muda, hanya lebih tua saya beberapa tahun saja. Mungkin karena itu Pak Hasan memilih saya untuk menanganinya. Biar bisa menjadi teman."
"Hasan tidak cerita siapa gadis itu?" tanya Siti Azizah lagi.
"Kata Pak Hasan, gadis itu anak gurunya. Gurunya sudah meninggal dunia, Bu Siti. Tapi anaknya terkena kasus hingga di penjara. Jadi karena ada masalah kejiwaan, anak almarhummah gurunya Pak Hasan dipindahkan ke rumah sakit jiwa."
"Di penjara? Kasus apa?" Ali Wahab dan Siti Azizah terkejut luar biasa.
Jantung mereka semakin cepat berdetak. Segala bentuk penyangkalan mengisi pikiran mereka.
"Maaf, pak, bu, Pak Hasan tidak cerita soal itu. Saat saya menanyai gadis itu, gadis itu belum menjawab dengan jelas penyebanya, pak...., bu....," tukas Ustazah Runiati yang sebenarnya merasa tidak nyaman menyampaikan informasi yang harusnya hanya dia sampaikan pada Pak Hasan saja.
Tapi bagaimana lagi. Keduanya adalah orang tua Pak Hasan. Dia juga tidak bisa berbohong pada kedua orang yang sangat dia hormati ini.
jujur aku penasaran kenapa hasan menolak laila??
ataukah dulu kasus luna dilabrak laila,, hasan tau??
udah ditolak hasan kok malahan mendukung tindakan laila??
Laila nya aja yg gak tahu diri, 2x ditolak msh aja ngejar²😡