CEO Love Story

"Kiandra, sepertinya aku harus kembali ke villa, terima kasih atas jamuannya." Bayu pamit undur diri.

"Kalau kau pulang duluan, terus aku harus naik apa?" tanya Dita.

Bayu yang diberikan pertanyaan seperti itu kaget karena dia pikir Dita akan memilih tinggal bersama dengan para sahabatnya.

"Kau yakin ingin ikut dengan ku? bukankah tujuanmu kesini untuk menemui mereka?" tanya Bayu bingung.

"Bukankah koperku masih di villa? aku harus mengambilnya." jawab Dita asal.

"Aku akan meminta supirku mengantarkan kopermu kesini, aku permisi dulu." Bayu memutar balikkan tubuhnya ke arah lintu keluar.

"Apa kau tidak merasa ada yang aneh dengan mereka berdua?" bisik Mika ke Kiandra. Kiandra hanya menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya, meminta Mika untuk diam.

"Selangkah lagi kau keluar dari sini jangan harap aku mau menikah denganmu." ancam Dita.

Ya, setidaknya cuma ini caraku agar kau mendengarkanku.

Bayu menoleh kebelakang menatap Dita, ia mulai berjalan menuju tempat Dita dan menggandeng tangannya.

"Kami permisi dulu Mika, Kiandra. Dita akan ikut aku pulang ke villa, aku tidak akan berbuat hal buruk pada calon istriku sendiri. Aku permisi." ucap Bayu.

"Sialan! apa kau bisa membaca pikiranku, Bay? sudahlah jika Dita berkeinginan seperti itu aku dan Kiandra tidak bisa memaksanya. Besok aku dan Kiandra akan pergi ke suatu tempat, apa kau ingin ikut Dita?" tanya Mika.

"Tentu dong! apa kau pikir aku bukan sahabat kalian lagi?" cibir Dita.

"Karena besok mobilku tidak di pakai aku akan mengantarkan kalian kesana." ucap Bayu.

"Benarkah? ternyata kau bisa baik juga" Dita tersenyum lalu menyikut lengan Bayu.

Dia tersenyum? indah sekali.

"Bayu memang suka kita reporkan untuk mengantarkan kita berdua kemanapun jika ia sedang senggang." Kiandra memperjelasnya.

"Ish kau ini, bagaimana bisa hanya baik pada mereka berdua tapi tidak dengan ku." cibir Dita.

"Apa maksudmu, Dit? apa dia menyakitimu?" tanya Kiandra.

"Ah, bukan seperti itu maksudku, aku hanya bercanda, Ki." Dita kebingungan menjawab pertanyaan Kiandra.

Tapi kenapa aku tidak melihat kebohongan dari ucapanmu itu ya. Sebenarnya ada apa dengan mereka berdua, tapi entah kenapa aku sangat merindukanmu Al setiap kali melihat Dita.

- - -

"Pih, anak kita ko enggak ada kabarnya udah tiga hari. aku takut terjadi sesuatu padanya, Pih. Lagian Papih kenapa jalanin taruhan yang membahayakan Dita sih." Lita sangat khawatir anak perempuannya belum memberikan kabar apapun padanya sudah tiga hari.

"Tenanglah, sebentar lagi juga dia pasti mengebari kita, Mih. Kau tenang saja. Aku tahu betul siapa itu Bayu Adi Wicaksono itu." sang Papih tersenyum.

"Aku tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran anak-anakku dan suamiku. pertama Aldi ke Jepang dan menghadap sendirian ke keluarga Aurora, kedua Dita bertaruh tidak di jaga dengan pengawal, dan terakhir kamu! aku ini sudah tua apa kalian ingin aku mati cepat?" bentak Lita ke Adam.

"Sayang.., kenapa kau bicara seperti itu? semua yang terjadi pasti ada maksud dan tujuan di dalamnya, jangan berburuk sangka dengan anakmu dan aku." Adam memegang tangan Adam.

"Lebih bagus untukmu jika aku lebih cepat mati, carilah wanita penggantiku untuk jadi istrimu dan ibu dari anak-anak." Lita menghempaskan tangan suaminya.

Lita pergi meninggalkan Adam sendirian menonton berita di ruang tengah, ia pergi ke kamar dan menangis.

*Bagaimana bisa kamu pergi ke Jepang tanpa bicara apapun ke Mamih Al, bahkan berperang sendirian merebutkan restu Richard tanpa merundingkannya dengan Mamih dan Papihmu.

Bagaimana bisa Dita tidak di berikan pengawalan padanya, apa anak itu lupa bagaimana dulu dia kecelakaan tanpa pantauan ketat, mengingatnya saja aku hampir kehabisan nafas, melihat anakku di ambang kematian.

Apa Adam tidak berpikir aku sangat takut terjadi apa-apa padanya.

Ah kenapa mereka sudah tidak menganggapku lagi sebagai Mamih mereka*.

Hiks, hiks.

Adam menghampiri Lita yang sedang meringkuk di atas kasur dan menangis tanpa suara.

"Sayang.." Adam mencoba memeluk Lita dari belakang, mencoba menenangkan pikiran Lita yang kalut.

"Tidak akan ada wanita manapun yang menggantikanmu sebagai istri dan ibu dari anak-anak kita, Lita. Kamu juga masih Muda, akulah yang sudah tua. Kata-kata yang kau ucapkan tadi sangat melukai perasaanku,Sayang.

Aku yakin anak-anak punya alasan sendiri untuk belum menceritakannya ke kita semua. Jadi ku mohon berhentilah menangis." Adam mencium pucuk kepala istrinya.

Lita masih menangis tanpa suara dan semakin terdengar lebih pilu dari sebelumnya.

"Bagaimana jika kita hubungi Bayu? sekalian kau mengenal wajah calon menantumu itu."

Lita menyeka air matanya. Apapun itu yang paling terpenting sekarang adalah ia bisa tahu keberadaan dan keadaan putrinya.

"Cepat telepon anak keluarga Wicaksono" Lita begitu antusias mendengar bisa melihat anaknya.

"Sebentar, aku video call saja ya" ucap Adam.

Sedetik, dua detik, lima detik sudah ponsel Bayu berdering. Lita masih harap-harap cemas hingga akhirnya telepon itu diangkat.

Om Adam ada apa menghubungiku ya.. - ucapnga dalam hati

"Hallo Om, Tante" sapa Bayu.

"Nak Bayu, apa ada kabar tentang Dita, Nak?" tanya Lita.

"Bay, apa kamu lihat tank top yang aku pakai? pelayanmu bilng kau yang menyimpannya. Aku tidak bisa tidur tanpa itu Bay." ucap Dita, ia berteriak sambil mencari kesana kemari di kamarnya.

Lita syok melihat putrinya berteriak menanyakan tank top miliknya, Adam hanya tersenyum melihat keberhasilannya mendekatkan Bayu dan Dita, bahkan Bayu sanggup menjaga Dita saat disampingnya.

Namun lain halnya Dita, karena sibuk mencari tank top kesayangannya ia tidak menyadari bahwa Bayu sedang melakukan video call dengan om Adam yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

"Bayu! apa kau tuli dan bisu? aku sedang bertanya bukan mendongeng! kau taruh dimana tank top yang pelayan kasih ke kamu?" Dita menarik Bayu agar ia berbalik menoleh ke arahnya.

Tanpa di duga Dita melihat ponsel Bayu.

"Papih Mamih? kenapa kalian lebih memilih menghubungi Bayu dari pada aku?" tanya Dita kesal.

"Kami tidak bisa menghubungimu, Nak. Kami hanya ingin tahu kabarmu." ucap Lita.

Bayu masih memegang ponselnya dan mengarahkannya ke Dita.

Tiba-tiba Bayu mencium pipi Dita dan berbisik namun Adam dan Lita masih mampu mendengarnya "Aku mau buang air kecil Sayang, bisakah kamu pegang ponselku sebentar?" Dita bukannya menjawab malah melototi perbuatannya yang mencium Dita didepan Papih dan Mamihnya.

Apa lagi maksud si brengsek ini

"Kenapa melototiku? apa kau kecewa aku hanya mencium pipimu bukan bibirmu, Sayang?" Bayu memegang dagu Dita.

"Apa kamu tidak malu masih ada Papih dan Mamih ku disini?" tanya Dita menahan amarahnya.

"Ha ha ha, calon Papa Mertua lihatlah sepertinya Dita sedang memberiku kode." ucap Bayu ke Adam sambil tersenyum.

Si Brengsek ini bisa tersenyum?

"Seperti itulah Dita, Nak. Sikap manja dan selalu ingin dimanjakannya mirip sekali dengan Mamihnya." ledek Adam.

Lita yang diledek seperti itupun mencubit pinggang Adam.

"Aw" Adam berpura-pura sakit.

"Kami sudahi dulu teleponnya, Nak Bayu. Dita Sayang jaga diri baik-baik, ingat ya kamu tidak ada pengawal yang artinya kamu tidak boleh kemanapun tanpa ditemani Bayu. Jangan membantah Mamih." Lita tahu Dita sangat takut padanya.

"Iyah Mih, Dita akan mengingatnya. See ya Mamih, Love you both, bye." ucap Dita pura-pura tersenyum sumringah.

Bayu yang melihatnya hanya tersenyum, sudah lama ia tidak merasakan kehangatan keluarga seperti ini. Ia pun pergi meninggalkan Dita menuju kamarnya.

🍂

Bersambung..

Thank you semua Good Readers and Authors yang menyempatkan diri untuk mengikuti perjalan kisah cinta mereka, aku tidak bosan-bosan untuk minta support kalian semua untuk vote, vote, vote, vote and vote. Give us ur boom like, comment, 5 rate karena itu gratis tapi sangat berarti bagi penulis.

See you on next chapter everyone, big love from the distance 🖤.