NovelToon NovelToon
Anak Bos Yang Kabur

Anak Bos Yang Kabur

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / CEO / Anak Genius / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: lady vermouth

Seorang bocah ikut masuk dalam mobil online yang di pesan Luna tanpa ia sadari karena mengantuk. Setelah tahu bahwa ada bocah di sampingnya, Luna ingin segera memulangkan bocah itu, tapi karena kalimat bocah itu begitu memilukan, Luna memilih merawat bocah itu beberapa hari.

Namun ternyata pilihannya merawat bocah ini sementara, membawa dampak yang hebat. Termasuk membuatnya berurusan dengan polisi bahkan CEO tempatnya bekerja.

Bagaimana kisah Luna membersihkan namanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lady vermouth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 25

Suara mobil baru datang, terdengar dari luar rumah. Luna masih bermain dengan Elio di kamar.

 

Ian menghampiri pintu depan. tatkala itu muncul Naura yang langsung menghambur ke arahnya. Memeluknya erat.

 

"Aku rindu, Ian," kata Naura di dam pelukannya.

 

Ian melepaskan pelukan itu perlahan. Naura sedikit terkejut, tapi dia memahami itu. Pria ini masih dalam kebimbangan menerima dirinya karena ucapan si bocah.

 

"Kamu datang tanpa memberi kabar," kata Ian seperti terusik. Karena baru saja perempuan ini memperdengarkan suaranya di telepon. Saat dia ada di ruang baca bersama Luna. Namun lima belas menit kemudian, perempuan ini muncul di sini.

 

"Aku sengaja memberi kejutan untukmu. Lihatlah apa yang aku bawa." Naura menunjukkan bungkusan di tangannya.

 

"Apa itu?" tanya Ian tidak mengerti. Pun ia sedang malas bermain tebak-tebakan.

 

"Puding kesukaan Elio," kata Naura dengan wajah berseri.

 

"Kamu datang untuk Elio?"

 

"Ya. Juga untukmu sayang ..." Naura puas. Sengaja dia mengunjungi rumah Ian untuk memberi kejutan. Rupanya dia harus menggunakan nama Elio sekarang, jika ingin mendapat perhatian Ian lagi.

 

Lihatlah. Dia tersenyum. Naura kegirangan saat Ian menunjukkan senyuman bersahabat untuknya.

 

"Dimana Elio?" tanya Naura celingukan.

 

"Dia berada di kamarnya."

 

"Sebentar. Karena bahagia bertemu denganmu, aku lupa. Kamu tidak ke kantor? Kamu sakit?" Naura buru-buru mendekat lagi ke Ian dan memeriksa kening pria ini. Namun badan Ian tidak panas. Suhunya normal. Ia menurunkan tangan Naura dari keningnya.

 

"Aku baik-baik saja," tepis Ian pada dugaan Naura. Lalu Ian menjauh. Naura mengerjapkan mata. Ia berjalan mendekati Ian yang terus masuk ke dalam rumah.

 

"Oh, syukurlah. Aku mau melihat Elio dulu." Naura bergegas menuju ke kamar bocah itu. Sesampainya di sana, ia terkejut dengan keberadaan Luna. Padahal ia sudah menyapa Elio dengan semangat. "Elio! Tante datang membawa puding kesukaanmu."

 

Sejenak Naura tertegun dengan Luna yang asyik bermain "Kamu ... Karyawan perusahaan itu kan? Luna kan?" tanya Naura yang tadinya lupa nama itu kini teringat kembali.

 

"Iya," jawab Luna yang sebenarnya terkejut melihat perempuan ini sudah muncul di rumah ini. Padahal ia sempat mendengar Pak Ian menerima telepon darinya.

 

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya Naura yang langsung melihat ke sekitar dengan waspada. Dia tidak suka. Wajahnya masam. Naura pun mendekati Elio yang membuat wajah tidak senang.

 

"Saya ... menemui Elio." Luna menunjuk bocah itu.

 

"Untuk apa kamu menemui Elio?" tanya Naura tidak suka.

 

"Itu karena ..."

 

"Elio yang menginginkannya." Ian muncul kemudian di ambang pintu. Semua orang melihat ke arah pria ini. Ian masuk ke dalam kamar. "Kenapa belum memberikan puding ke Elio?" tanya Ian.

 

"Ah, iya lupa. Ini untuk Elio tersayang ..." Naura menyerahkan puding dengan kemasan lucu itu pada Elio. Namun bocah ini diam tidak menghiraukan. Dia tidak peduli dengan pemberian Naura. Padahal itu puding kesukaannya.

 

Kepala Naura menoleh pada Ian dan mengerjapkan mata berulang kali. Ia ingin mendapat bantuan dari Ian. Luna hanya diam memperhatikan.

 

"Elio ... Itu puding kesukaanmu, kan ... Ambillah dan makan." Ian membujuk. Bocah ini makin menjadi. Tangannya di lipat dan membuang wajah ke arah lain. Melengos.

 

Eww! Bocah ini sialan! umpat Naura di dalam hati. Tangannya terasa pegal karena terus saja mengambang. Ih, kenapa bocah ini masih saja tidak mau mengambil puding ini? keluh Naura di dalam hati.

 

"Aku enggak mau," tolak Elio tegas. Luna melihat model cantik itu dengan iba.

 

"Coba lihat dulu," kata Luna. Naura langsung melihat ke arah Luna tidak suka.

 

"Aku tetap tidak mau," kata Elio bersikukuh pada pendiriannya untuk tidak menerima pemberian Naura. Tiba-tiba Luna mengambil kotak puding itu.

 

"Hei ..." tegur Naura. Meski Luna mengambil kotak itu dengan pelan, tapi tetap saja Naura tidak suka. Itu menurutnya lancang.

 

"Benar enggak mau? Kalau begitu buat aku aja. Aku enggak pernah makan puding mahal begini soalnya," kata Luna sambil melihat-lihat ke arah kotak puding yang menggemaskan itu.

 

Naura melotot. Namun Ian mencegah saat tangannya hampir mengenai kotak puding untuk meraihnya. Bola mata Naura melebar mempertanyakan sikap itu. Ian masih diam belum mengatakan apa-apa.

 

Elio melirik. Rupanya dia tertarik.

 

"Bukannya puding ini sangat enak, Tante Naura?" Luna mencoba melibatkan Naura di sini. Ujung bibir Naura terangkat sebelah.

 

"Ya. Tentu saja. Itu puding istimewa kesukaan putra kesayangan Papa Ian." Naura mencoba melibatkan diri lagi berkat kalimat itu

 

"Wahh ... kalau begitu puding ini sangatlah enak. Aku akan makan saja karena Elio tidak menyukainya, Tante Naura," kata Luna.

 

"Eh?" Naura terkejut saat Luna mencoba membuka kotak puding. Tangannya ingin segera merampas kotak puding dan menjauhkan Luna dari kotak itu.

 

Elio tetap mencuri-curi pandang. Ia makin tertarik untuk melihat ke arah kotak puding di tangan Luna.

 

"Puding itu memang sangat enak," kata Elio akhirnya menunjukkan kesukaannya pada puding. Naura terkejut. Ia mengerjapkan mata. Dia menjaga sikap. Dari yang sejak tadi ingin merampas kotak puding dari tangan Luna, kini mencoba membiarkan. Mengikuti rencana karyawan Ian untuk membujuk Elio.

 

 

"Benarkah? Aku beruntung bisa memakannya. Terima kasih Elio. Tante Naura, karena Elio tidak mau pudingnya ... boleh saya yang makan?" tanya Luna pada Naura. Berpura-pura ingin merebut puding itu dari Elio.

 

"Tentu tidak boleh," larang Elio tiba-tiba. Ia mulai tertarik untuk menerima puding itu. Naura dan Ian menoleh takjub pada mereka.

 

"Kenapa? Bukannya kamu enggak mau?" ejek Luna.

 

"B-bukan begitu. A-aku ..." Elio kebingungan.

 

"Kalau enggak mau, ya aku ambil sekarang. Terima kasih Tante Naura. Terima kasih Pak Ian." Luna masih bersandiwara untuk.

 

"Jangan, aku mau!" seru Elio mengejutkan. Luna tersenyum.

 

"Oh, mau? Oke. Nih, buat kamu."  Luna menyodorkan puding itu pada Elio. Bocah itu tidak mengulurkan tangannya. Dia masih ragu. Luna geregetan.

 

"Kalau mau ambil saja enggak usah banyak pikir," kata Luna seraya meletakkan kotak puding itu di dalam pelukan bocah ini. "Sudah. Pegang. Jangan menolak," kata Luna.

 

Elio terdiam dengan puding di pelukannya.

 

"Enggak bilang sesuatu, Elio?" tanya Naura ingin ucapan terima kasih dari bocah ini.

 

Elio mendongak.

 

"Kamu kan anak yang pintar dan baik. Pasti tahu kan, apa yang harus di lakukan. Jangan kalah sama aku dong. Aku tadi sudah bilang terima kasih sama Tante Naura. Itu berarti aku menang dari kamu," ejek Luna.

 

"Enggak. Aku bisa kok menang dari Tante Luna. Terima kasih Tante pudingnya." Akhirnya bibir mungil bocah ini mengucap terima kasih pada Naura.

 

"Oh, pintarnya ..." Naura kegirangan Elio mengatakan itu. Tangannya pun bertepuk tangan pelan. Dia menoleh pada Ian sambil tersenyum bahagia sekejap. Pria ini hanya diam. Bahkan dia segera melihat ke seseorang yang lain, di sebelah putranya.

 

Ian memandang karyawannya itu. Luna sedang bertepuk tangan ikut merayakan kebahagiaan Naura karena Elio mau menerima pemberiannya.

 

Tak sengaja Luna menemukan Pak Ian sedang memandanginya. Awalnya ia pikir ingin menunjukkan wajah bangganya karena tadi sudah bisa melakukan misi membuat Elio menerima Naura. Walaupun secuil, itu kemajuan. Namun ternyata Ian tidak merespon. Pria itu hanya memandangnya agak lama dengan diam. Luna mengerjapkan mata menetralkan keterkejutannya. Lalu segera beralih melihat ke Elio lagi.

...____...

1
Lies Atikah
semoga kembar thor biar rame hehe
Lies Atikah
Gak Jelas banget Si Lan ini udah luna jangan maksa orng yang plinplan tinggalin dulu beri pelajaran enak aja memperlakukan orang kaya sampah keterlaluan kamu Lan
Lies Atikah
oh jadi Lan itu bertepuk tangan sebelah alama cian banget
Lies Atikah
sat set lan gas keun kalau suka bilang langsung tonk plitat plitut
Lies Atikah
selidiki lan hari gini percaya surat wasiat kecuali langsung dari mulut istri mu sebelum meninggal nah baru tuh yakin
Lies Atikah
lan mah pelit masa gak bawa apa 2 bawa batu ke mana bawa anak lagi
Lies Atikah
semoga segera ketahuan belang nya si manora
Lies Atikah
pintar dikit napa sih Lan kamu kan ceo masa bisa di kadalin bodoh di pelihara
Lies Atikah
mampir thor
Ririn Nursisminingsih
Ian juga bodoh percaya aja sama suray wasiat.. selidiki dulu dong
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Mrs.Riozelino Fernandez
bahasa kalbu mereka perlu di acungi jempol...TOP 😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😂😂😂😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Siti Nurjanah
oh ternyata karin yg dengar kirain danar
Siti Nurjanah
betul itu lan..... dan mulailah untuk menyelidiki
Siti Nurjanah
apa dulu yuda dan lan mencintai orang yg sama trs dia memilih lan. dan sekarang yuda punya dendam dgn lan
Siti Nurjanah
jd geram q ama lanbkatanta CEO yg di takuti kenapa bodoh bgt tidak menyelidiki keakuratan surat wasiat itu. semoga asprinya tau kalau pengacara dan naura punya kesepakatan. dan tau kalau srlain lan naura punya kakasih lain
Siti Nurjanah
jangan " yuda pengacara lan adalah mantan luna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!