DICARI DENGAN SEGERA
Asisten pribadi.
• Perempuan usia max 27 tahun.
• Pendidikan terakhir min S1.
• Mampu berkomunikasi dengan baik dan bernegosiasi.
• Penampilan tidak diutamakan yang penting bersih dan rapi. (Lebih bagus jika berkaca mata, tidak banyak senyum, dan tidak cerewet.)
Kejadian itu satu setengah tahun lalu, saat dia benar-benar membutuhkan uang, jadi dia melamar pekerjaan tersebut. Namun setelah dia di terima itu adalah penyesalan untuknya, sebab pekerjaanya sebagai asisten pribadi benar-benar di luar nalar.
Bosnya yang tampan dan sangat di gemari banyak wanita itu selalu menyusahkannya dalam hal pekerjaan.
Dan pekerjaannya selain menyiapkan segala kebutuhan pribadi bosnya, Jessy juga bertugas menyingkirkan wanita yang sudah bosan dia kencaninya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buktikan
"Jadi, apa maumu?" tanya Chris, saat ini pria itu menatap Caterina dengan tenang, seolah masalahnya bukan masalah besar. Padahal jelas- jelas itu adalah urusan keturunan dan darah dagingnya.
"Tentu saja pertanggung jawaban. Bukankah aku sudah mengatakannya. Atau apakah asistenmu tidak memberitahu?" Sama seperti Chris, Caterina nampak tenang, dia bahkan tersenyum lembut dengan menatap Jessy beberapa saat.
Jessy menaikan alisnya. Apa hubungannya dengannya? Kenapa Jessy merasa Caterina justru menargetkannya. Padahal dia juga terpaksa ada disana.
Chris mendengus. "Tentu saja Jessy mengatakannya. Dia adalah orang yang paling ku percaya tidak seperti seseorang yang gemar mengkhianati ..." wajah Caterina memerah, namun sepertinya dia masih mempertahankan ketenangannya. "... hanya saja aku ingin tahu seberapa berani kau mengatakan keinginanmu itu.”
"Aku ingin kau mengakui Mikael sebagai putramu."
"Apa buktinya jika anak itu milikku?"
"Chris, aku sudah memberikan hasil DNA, itu adalah bukti yang kuat. Jadi kau harus mengakui Mikael."
Chris terkekeh. "Tes DNA mungkin bisa kau palsukan, aku mungkin akan melakukannya lagi."
Caterina mengepalkan tangannya. "Chris sialan! Jika tidak mau bertanggung jawab kenapa menyentuhku hingga hamil!"
Chris masih tetap tenang. "Apa yang kita lakukan saat itu adalah sesuatu yang kita inginkan. Bukan hanya aku. Kau juga." Jessy menoleh pada Chris dengan menyipitkan matanya. Tangannya terkepal erat menahan rasa sakit di hatinya. Tidak bisakah Chris membiarkannya pergi. Kenapa malah menahannya dan mendengar ucapan yang tak seharusnya dia tahu.
"Lagi pula Jika kau merasa tes milikmu itu asli, kenapa takut?"
Caterina menaikan dagunya angkuh. "Baik, lakukan lagi. Lagi pula aku yakin, karena terkahir kali kita berhubungan adalah saat aku mendapati bulanan terakhirku. Dan dokter mengatakan saat itulah aku hamil."
Chris mengangguk. "Kalau begitu mungkin saat itu kau juga berhubungan dengan pria lain?"
"Chris, kau! Aku akui aku salah padamu karena meninggalkanmu. Tapi bukan berarti kau bisa berbuat sesukamu, dan tak mau bertanggung jawab, bahkan mengabaikan anakmu!" Caterina menggebrak meja, namun Chris berdiri dan mencodongkan tubuhnya.
"Jangan berteriak, Caterina. Kau tahu benar saat itu siapa yang meninggalkan, dan di tinggalkan. Jika aku tidak bertanggung jawab lalu kau apa? Anggaplah begitu, lalu kenapa tidak muncul sejak awal. Sejak kau mengandung misalnya?" Caterina terdiam. "Kenapa harus sekarang saat anak itu berusia tiga tahun? Tapi meski kau datang saat itu. Perkataanku tetap sama. Aku yakin dia bukan anakku." Chris berkata dengan yakin.
Caterina mulai salah tingkah. "Itu ... karena aku membutuhkan datamu. Mikael akan masuk sekolah, dan dia membutuhkan status. Jika tidak aku akan merawatnya sendiri."
"Baik. Aku akan memberikannya jika dia memang anakku. Tapi sebelum itu kau harus berusaha keras membuktikannya."
Caterina mengangguk. "Oke, besok kita bertemu di rumah sakit Santos."
Chris menggeleng. "Siapa bilang kau yang menentukan? Aku yang menentukan dimana kita melakukan tes, datanglah tepat waktu." Chris menggerakkan kepalanya agar Caterina segera pergi.
Jessy menghela nafasnya setelah Caterina keluar dari ruang rapat, "Kalau begitu aku keluar dulu." Namun baru saja dia akan pergi Chris menahan tangannya.
"Aku mohon jangan pergi."
Jessy kembali menghela nafasnya. "Apa lagi maumu? Aku sudah berada disini dan mendengar ucapan kalian. Apa menurutmu ini lucu? Kau sengaja melakukan ini agar aku sakit hati?"
Chris menggeleng. "Tidak kah kamu merasa aku yang menjadi badut sekarang?" Jessy mengerutkan keningnya. "Aku hanya membutuhkanmu disisiku sekarang. Aku hanya ingin kamu tahu seperti apapun dia tak berarti sama sekali." Chris menarik Jessy lebih dekat lalu memeluk perut gadis itu dan menyandarkan kepalanya. "Aku tahu kesalahanku sangat besar. Aku yang brengsek ini sekarang menyadarinya. Menyadari kesalahanku. Aku menyesal..."
"Tapi, Jessy. Percayalah anak itu bukan milikku."
"Jika bukan kau, lalu anak siapa?"
"Mungkin anak selingkuhannya."
"Mungkin?" Jessy terkekeh mengejek. "Kau bahkan tak yakin?"
"Tidak! Aku tak tahu. Jelas saja dia kan memiliki banyak pria."
Jessy semakin kebingungan. "Kami pacaran sejak kami di bangku kuliah, hingga empat tahun lalu aku tahu jika dia tak pernah setia, bahkan dia melakukannya dengan banyak pria di belakangku. Maka sangat pantas bukan jika itu bukan anakku?"
Jessy mendengus. "Bukan berarti dia juga bukan anakmu kan, karena bagaimana pun kalian juga melakukan hubungan intim? Apalagi dia juga memiliki hasil tes DNA."
"Kamu tidak percaya?"
"Siapa yang akan percaya pada pria yang memiliki hubungan dengan banyak wanita sepertimu. Bukan tidak mungkin akan banyak wanita lain yang datang dan meminta pertanggung jawaban darimu, kan?"
"Jessy ..." Chris menghentikan ucapannya. "... tidak masalah, tunggu sampai semuanya terbukti. Aku sangat yakin itu bukan anakku. Setelah itu aku akan melakukan segala cara untuk meyakinkanmu kalau aku benar-benar mencintaimu. Tak peduli banyaknya wanita yang datang. Aku akan menghadapinya demi kau."
Jessy menggeleng. "Tidak perlu." Jessy membuka tas kerjanya lalu memberikan lembaran kertas di tangannya pada Chris. "Ini satu- satunya keinginanku. Biarkan aku pergi, tolong Tuan lakukan ini." Jessy memberikan satu lagi kertas. "Tanda tangani pengunduran diriku. Dan aku tidak akan mengganggumu lagi."
Chris menatap kertas perjanjiannya dengan Jessy. Janjinya untuk melakukan apapun untuk Jessy. Tak disangka ini justru Jessy gunakan untuk meninggalkannya.
"Aku tidak bisa, Jessy. Aku tidak mau." Chris berkata dengan lirih.
"Lalu apa maumu? Terus mempermainkan aku sampai puas?"
"Aku bilang bukan begitu." Chris menggeleng. "Aku tahu aku salah. Tapi perasaanku benar-benar tulus. Apa yang aku lakukan benar-benar karena aku mencintaimu." Jessy memalingkan wajahnya.
"Terserah. Aku hanya ingin ini segera selesai."
"Bukankah kamu mencintaiku?"
"Apa gunanya itu? Kamu bahkan hanya mempermainkan aku."
Chris memejamkan matanya. "Aku tidak akan mengizinkan kamu pergi. Anggap saja kamu liburan, dan tunggu aku selesaikan semuanya, hum? Aku akan buktikan kalau aku tidak hanya sekedar mempermainkanmu."
Jessy menatap Chris yang menatapnya dengan sungguh-sungguh. Apakah perkataan pria ini benar dan bisa di percaya? Sementara selama ini Chris hanya memperdayanya? Dan untuk apa Chris melakukan segala hal untuknya. Apa dia layak? Sementara pria ini tak perlu usaha keras hanya untuk seorang wanita. Dia bisa mendapatkan siapa saja, kecuali dirinya yang memang membentengi diri. Itupun dia justru jatuh hati.
Terserah apa yang akan Chris lakukan. Yang pasti Jessy tak ingin terjerumus lagi dalam permainan Chris. Sudah cukup hatinya terperangkap perasaan.
"Baik, kalau begitu, silakan buktikan."
semangat juga buat Othornya biar Up terus😍😍🔥🔥🔥🔥🔥