ini tentang alea si gadis polos keturunan mata sipit yang mencari jawaban mengenai hidupnya
tentang ketidak Adilan yang dia terima dari orang orang dekat yang dia sebut keluarga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Toxic class
...***...
...Suasana sekolah sedikit heboh saat sebuah mobil dengan merek keluaran terbaru muncul begitu saja, disusul oleh beberapa orang dengan jas dan seorang perempuan paruh baya bersama dua anaknya. ...
" Itu dara, kan? Udah sembuh dia?". Tanya salah satu siswa.
" Nggak tahu, kayaknya udah. Tapi yang lain belum muncul ya. ".
" Kayaknya masih dirawat di rumah sakit ".
"Mereka katanya menjalani operasi plastik untuk luka di kaki, biar enggak ada bekas. Biar tetap mulus ".
Dara berjalan dengan satu tonggak di samping kakinya. Membelah kumpulan siswa yang sedang berkumpul di koridor. Namun, bukan itu sebenarnya yang paling menarik perhatian. Seorang remaja laki-laki lain yang tinggi menjulang mengekor di belakang dara, mengenakan seragam yang sama yang dikenakan gadis itu.
" Di mana ruang kepala sekolahnya? ". Mama dara bertanya pada putrinya.
" Lantai dua, ma. Deket ruang guru ".
Rombongan orang-orang kaya itu kembali melanjutkan perjalanan. Bukan pemandangan pertama kali untuk wali siswa datang ke sekolah dengan heboh. Sma nusa bhakti memang sarangnya bagi para pejabat kayak untuk memasukkan anak mereka.
Sekolah di sini selain mutu kualitas yang bagus, juga bisa dijadikan penunjang bagi orang-orang seperti itu untuk menciptakan reputasi yang baik. Nusa bhakti yang terkenal dengan prestasi tentu membuat semua siswa yang sekolah di sana juga memiliki pamor yang positif di mata masyarakat luar.
" Kamu akan sekolah di sini di tahun yang sama dengan adik kamu ". Kata risa. " Mama udah daftarin. Jangan bikin masalah, erick. Sekolah dengan benar ".
" Emang aku pernah bikin masalah?". Erick bertanya balik.
Risa menatap sebentar putranya dari balik kacamata hitam, lalu beralih pada dara yang ada di samping erick.
" Kamu memang gak bikin masalah, tapi adik kamu iya. Kalian jaga nama baik mama dengan benar. Sisanya terserah ".
" Oke, ma ". Kata erick.
Sementara dara menekuk bibirnya masam.
Dara bersama erick masuk ke kelas mereka masing-masing.
***
Di perpustakaan Alea sedang sibuk memilih beberapa buku untuk persiapan lombanya. Salah satu buku terakhir yang ingin dia ambil berada jauh di atas. Gadis itu menjinjit, mencoba meraih nya sebisa mungkin, tetapi tetap tak tergapai.
" Kenapa harus ditaruh di tempat setinggi itu sih. Jelas-jelas enggak semua siswa di sekolah ini badannya kayak tiang listrik ".
Alea berbalik mengambil kursi yang tak jauh darinya, menaiki benda itu dan berhasil mengambil buku yang dia mau, tapi karena tidak memijak dengan benar. Gadis itu kehilangan orientasi dan limbung ke samping.
Dia reflek memegang jajaran buku untuk berpegangan. Tapi terlepas dan jatuh begitu saja. Beruntung seseorang datang dan menampung tubuh alea. Gadis itu batal menghantam lantai dengan keras.
" Astaga, ya ampun ".
Nafasnya ngos-ngosan. Alea terperosok masuk dalam pelukan seseorang dan kepalanya terapit di antara lengan.
" Lo nggak apa-apa? ".
"Nggak apa-apa, kak ". Kata Alea. Dia dibantu bangun dan turun dari kursi.
Saat akan mengucapkan terima kasih, alea terperagah melihat siapa sosok yang menolongnya.
" Loh, kakak ini?".
" Lo tukang ayam itu, kan?".
Erick berbicara datar. Melepas alea begitu saja sampai gadis itu kembali oleng, tapi kali ini berhasil mendapatkan keseimbangan. " Ngapain lo di sini ?".
" Ak-aku... Lagi ngambil buku".
" Lo nggak jaga ayam?".
Alea menggeleng. Dia masih kaget menemukan pelanggannya semalam muncul di sekolah pagi ini. Bagaimana bisa?
" Gue siswa baru. Nama lu siapa? ".
" Alea ".
"Gue erik, salam kenal".
"Oh, erick".
" Lo sekolah di sini juga ternyata. Kok bisa? Beasiswa, ya? Karena kalau bayar agak kedengaran mustahil ".
" Eh?". Alea dia menatap laki-laki di depannya. Tidak tahu mau merespon apa.
"Ya, memang seharusnya sekolah kayak gini menerima beberapa orang kurang mampu kaya lo. Untuk meningkatkan reputasi sekolah supaya terlihat lebih baik. Itu langkah yang bagus. Gue nggak nyalahin ".
Alea menundukkan kepalanya, menatap sepatunya sendiri. Sementara Erick masih memandang gadis kecil di hadapannya dengan senyum.
" Oke, selamat belajar. Lo harus bisa menyelamatkan diri di tengah gempuran siswa-siswa yang ber financial di atas rata-rata. Cuma menjadi berprestasi aja satu-satunya jalan untuk selamat. Iya, kan?". Senyum Erick mengembang, dia menarik dagu Alea dan menatapnya dalam. " Jangan sampai membuat masalah ".
"Emangnya kenapa kalau dia sampai bikin masalah? Lo bakal ngapain dia?". Suara lain muncul manginstruksi obrolan mereka.
Di antara rak buku yang berjejer. Satu orang yang alea kenal muncul, dia menatapmu miring kan kepala pada Erick.
"Hai, anak baru".
Erick membalas tatapan itu. Masing-masing dari mereka sama-sama menunjukkan pandangan tak suka.
"Lo Siapa? Pacarnya ya?".
Aiden mengangkat sebelah alisnya, ekspresi laki-laki itu terlihat tenang dan datar.
"Bukan, gue temennya dan kebetulan gue siswa berprestasi dan berfinancial cukup di sini. Lo siapa? Anak orang kaya bego yang kebutuhan tersesat di sini antara siswa yang ber kelakuan baik dan berilmu. Saran gue, pindah sekolah aja bro.nusabakti nggak menerima sampah masyarakat meskipun dia berduit ".
Erick tersenyum tertarik. Dia membelikan badan menatap seutuhnya pada Aiden, memasukkan dua tangan ke kantong celana. "Oh ya. Gue baru tahu kalau ada aturan kayak gitu. Nggak ada ditulis di mana-mana ".
"Apa memang perlu ditulis? Seharusnya lu sadar diri dulu ".
" Sepinter apa sih lo? Penasaran gue. Kok bisa menilai orang lain sampah di pertemuan pertama. Lo udah berjasa apa di sekolah ini? Backingan lo kuwat?'.
Aiden mengangkat bahunya. " Lo bisa tanya sama semua siswa yang ada. Enggak ada diantara mereka yang gak kenal gue. Sebelum lo masuk ke sini, gue harap lo baca browser sekolah, di sana ada wajah gue. Atau lo emang gak baca jadi ya nggak tahu".
" Hmm, gitu ya". Kata Erick tenang. Dia lalu mendekat pada aiden, mendaratkan tangannya di bahu laki-laki itu. " Lo tau pentagon school yang di inggris. Yang masuk ke sana susah pake banget. " Erick mendekat pada telinga Aiden.
" Gue mantan siswa di sana. Cari aja, erick gama altachir. Lo akan nemuin sederet prestasi gue yang lebih dari lo ".
Aiden hanya melirik menggunakan ujung mata dan erik menyeringai di sana.
" Salam kenal, tuan muda Aiden ". Katanya. Lalu pergi begitu saja.
***
Tiga hari berlalu, seluruh geng red girls satu persatu sudah kembali bersekolah. Mereka terlihat berkumpul menguasai kafetaria seperti biasa. Namun ke hebohan terus terjadi belakangan ini, gosip yang menyebar tentang kedatangan siswa baru bernama Erik menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Membuat nama laki-laki itu menduduki posisi nomor dua setelah Aiden yang paling populer.
Apalagi kabar soal kalau erick adalah kembaran dari dara.
" Kamu tahu kan si erick, erick anak baru itu?". Rachel mulai obrolannya. Dia menyuap satu suapan besar nasi kari dari piring lalu mengunyah nya dengan kasar.
" Katanya dia ganteng, tapi suka membully, sama kayak adiknya si dara".
" Oh, ya?". Alea melebar mata ngeri. " Ngebully gimana, hell? Siapa yang di-bully sama dia?".
" Anak kelas sebelah jurusan bahasa asing.dicky, yang pakai kacamata culun itu. Dia satu kelas sama Erick dan jadi bulan-bulan dan karena nggak sengaja nginjek sepatunya Erick. Katanya sepatunya mahal dari luar negeri ". Rachel melirik ke kanan kiri, lalu berbisik " limited edition".
" Terus sih Dicky di apain ama dia?".
" ya, di bejek bejek ". Kata siska sambil tertawa.
" Dipukulin sampai kacamatanya pecah ".
" Alamak ". Alea kaget. " Serem banget ".
" Makanya kata aku juga kan". Rachel melirik pada siska. " Lo ngapa senyum-senyum dah? Rabies lo? Kayaknya seneng banget denger kabar pembulian kayak begini ".
" Gue ikut prihatin sih sama si dicky, tapi Erick ganteng banget gila. Gue nggak bosen mandangin dia. Belum seminggu sekolah di sini tapi anak buahnya udah banyak aja ".
" Biasa, orang kaya mah gitu, banyak yang mau temenan.beda sama remahan biskuit kayak kita. Mana ada yang mau temenan, terkenal aja nggak. Kecuali si alea nih aga punya nama dikit ".
" Mana ada". Alea membantah. " Aku nggak mau ah jadi populer gitu. Nanti aku jadi sasaran yang lagi, udah paling enak gini aja. Jadi siswa antara ada dan tiada ".
" Soal olimpiade lo gimana persiapan nya al?". Tanya siska.
" Oke aja sih".
" Ya udah, semangat, ya. Gue yakin lo bisa menang ".
" Makasih, sis".
***
Pulang sekolah alea mampir sebentar di mading. Dia memiliki beberapa urusan ke ruang TU untuk mendaftarkan lomba olimpiade nya, sekaligus memulangkan beberapa buku ke perpustakaan.
Gadis itu tak sengaja melewati celah antara gedung uks dan gedung perpustakaan. Suara ribut ribut dan bunyi pukulan terdengar masuk ke telinga alea.
Dia menghentikan langkahnya, teringat pada obrolan bersama teman-teman dikafetharia tadi. Merasa ada yang tidak beres, alea memilih kabur saja. Sepertinya beberapa siswa memiliki masalah personal terhadap kelompok siswa lainnya dan alea tidak mau terjebak di sana.
Gadis itu baru akan berbalik saat mendengar suara langkah kaki. Dia memutuskan untuk bersembunyi, melihat pintu uks, tanpa berpikir panjang. Alea langsung membukanya dan masuk ke sana.
Dia menutup pintu bersembunyi di baliknya melihat siapa rombongan yang lewat. Ternyata itu kelompok red girls, sepertinya ada siswa yang membuat masalah dengan rombongan perempuan itu.
" Kesel banget gue. Gara-gara dia nilai gue jadi jelek. Dipanggil pas ulangan bukannya noleh malah terus aja melototin soal. Dipikir gue bakal nggak ngasih pelajaran apa ".
"Makanya lo belajar juga, pris ".
" Gimana gue mau belajar. Satu minggu lebih gue di singapura, dar. Materi banyak yang ketinggalan, baru masuk tiba-tiba udah ulangan. Mana bu retno nggak ngasih waktu ke gue. Dia emang udah ngasih tahu sebelumnya, tapi gue mana sempat buat memahami materi sebanyak itu ".
" Tapi tadi lo parah sih. Tuh anak sampai nangis sesenggukan lo tonjok mukanya ".
" Baguslah. Biar dia tahu rasa. Biar dia tahu kalau sekeras apapun dia belajar, dunia ini tetap akan dipimpin oleh orang-orang kaya kita. Nggak bakal ada kesempatan orang semacam itu untuk sukses. Paling mentok jadi karyawan yang jabatannya nggak seberapa ".
"Atau pns ". Nindy ikut menimbrung. " Itu udah yang paling top sih. Daftar nomor satu bagi orang-orang biasa untuk melabeli diri mereka sukses banget ".
" Hahaha, sialan. Iya banget lagi ".
Mereka lalu tertawa tawa.
" Orang-orang biasa, udah seharusnya tetap pada lingkungan biasa. Dia pasti nyesel masuk ke nusa bhakti apalagi berurusan sama kita ".
Alea mendengar percakapan itu lemah sendiri. Sebenarnya apa yang dikatakan red girls tidak ada yang salah. Semua benar orang-orang biasa tetep akan ada di lingkaran biasa, lingkungan standar, sekedar menikmati hidup dan bisa makan tanpa berhutang. Itu saja sudah lebih dari cukup.
Gadis itu kembali mengintip dari celah pintu, memastikan rombongan red girls sudah berlalu. Namun tiba-tiba, cahaya dari belakang punggungnya meredup.alea mengerutkan dahi bingung, merasa seperti ada sosok lain di belakang yang memayunginya.
Dan benar saja, saat alea melirik ke samping, sebuah tangan besar sudah menempel di pintu yang sama tempat dia mengintip. Begitu juga di seberang nya.alea sekarang tahu ada orang yang memenjara tubuhnya dari belakang.
" Sudah mengintip nya?". Kata sosok itu.
Alea berbalik dan mengadah menemukan sosok yang satu ruangan dengannya. Sekujur tubuh gadis itu merinding. Rasa cemas nya sama seperti sedang melihat perampok.
Di depan gadis itu erick memberi senyum yang sama sekali tidak terlihat positif vibes di mata Alea. " Hai, kita ketemu lagi".
" K-kamu".
Erick melirik ke arah celah pintu, tahu kalau alea baru saja menguping pembicaraan dara kembarannya.
" Dar-".
"Kak, please. jangan ". Mohon alea. Wajahnya sudah memutih karena panik sekarang.
Erick menyeringai senang.