Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Detik Detik Menegangkan
"Maaf ya, gue udah buat lo sedih." Ridho mengusap air mata Fahrul dengan lembut. "Udah, sekarang lo tenang. Lo fokus aja sama lomba lo."
"Iya Rul, lo fokus aja ya. Gue sama Ridho akan selalu disini buat jadi pemegang pom-pom buat lo." ceplos Beni asal. Pria itu memang suka berbicara sembarangan. Fahrul tersenyum. Ekspresi sendu diwajahnya perlahan sirna digeser senyum angkuhnya.
"Kalian tenang aja. Lomba beladiri adalah keahlian gue. Buat menang doang, itu gak susah." ucap Fahrul begitu angkuh.
"Hmm sombong amat!" ketus Beni.
"Iya deh, iya. Semangat deng." ujar Ridho sembari tersenyum manis.
Mereka bertiga bergegas duduk disekitar Cinta. Terlihat gadis itu hanya duduk sendiri karena Pak Rahman, Reihan, dan Lili sudah memasuki ruangan untuk seleksi final untuk lomba kata (lomba unjuk kebolehan jurus taekwondo). Berbeda dengan lomba bertarung, lomba gerakan jurus lebih tertutup dan diruangan. Sementara lomba bertarung juga sudah dimulai dari tadi. Fahrul dan Cinta tinggal menunggu giliran mereka untuk bertarung. Pertarungan yang didahulukan adalah untuk wanita. Cinta semakin gugup. Ini adalah pertama kalinya ia mengikuti lomba seperti ini. Walau sudah sering latihan bertarung, namun Cinta tetap saja merasa tidak percaya diri. Karena perlombaan sangat berbeda dengan latihan.
Sejak tadi hingga sekarang, Fahrul terus melirik ke arah pintu masuk. Ia tak henti-hentinya mencari keberadaan Fahra.
"Selanjutnya, kita panggil siswi dari SMU Pancasila, Cinta Arum Setyaningsih. Melawan siswi dari SMU Kartini, Kumala Mayangsari. Tepuk tangan yang meriah." ucap seorang pembawa acara dengan mic nya yang membuat suara pembawa acara itu dapat didengar dari segala penjuru gedung.
"Duh, Fahra kemana sih? Katanya mau dateng. Sekarang nama gue udah dipanggil, tapi dia gak dateng juga." saat namanya dipanggil, Cinta semakin gugup. Perlahan ia beranjak dan mulai melangkahkan kakinya.
"Cinta!" teriak seorang gadis yang tengah berlari mendekatinya. Suara itu sontak membuat Cinta menoleh ke belakang dan membuatnya tersenyum.
(Backsound : Percayakan ~ Lyla)
"Fahra?" Fahra berlari dan bergegas menghampiri Cinta. Mereka saling berpelukan untuk meluapkan kerinduan.
"Gue kira lo gak bakal dateng" Cinta mencebikkan bibir bawahnya.
"Fahra kan udah janji. Dan kata Bunda, janji itu harus ditepati." jawab Fahra melebarkan senyum hingga menampakkan lesung pipinya.
Melihat kehadiran Fahra, mata seorang pria terbelalak. Seketika muncul lengkungan indah diwajahnya. Pria itu Fahrul, ia tersenyum begitu lebar saat melihat keberadaan Fahrul.
"Iyaa deh, iyaaa. Makasih ya, Raa. Lo udah sempetin waktu lo buat gue."
"Iyaa. Yaudah, sekarang Cinta pergi sana. Nama Cinta tadi udah dipanggilkan?" Fahra mendorong tubuh Cinta dengan lembut. Gadis itu tersenyum saat melihat setiap langkah sahabatnya itu. Dia mencari kursi untuk duduk. Pandangannya teralihkan saat melihat Fahrul yang tengah duduk dibarisan penonton dengan mengenakan baju khas taekwondo dan sabuknya. Pria itu terlihat begitu tampan dan gagah. (Backsound : song, Percayakan ~ Lyla)
Fahra hanya tersenyum tipis saat melihat Fahrul. Ia sengaja memilih tempat duduk yang agak jauh dari Fahrul agar pria itu merasa nyaman saat berada jauh darinya. Fahrul mengerutkan dahinya. Sikap Fahra tak seperti biasanya. Gadis itu selalu mendekati Fahrul, namun tidak untuk hari ini.
"Oii, lo bengong? Kenapa?" ucap Beni memecahkan lamunan pria itu. Fahrul mengedipkan matanya beberapa kali sembari menggeleng terkejut.
"Ehh enggak. Gue gakpapa."
~"Kenapa sih, si manusia brengsek itu mandangin gue kayak gitu. Sok manis banget. Buat jijik aja."~ batin Fahrul.
Setelah bertarung dengan beberapa orang, Cinta berhasil memenangkan setiap lomba dan keluar sebagai juara 1 pertarungan wanita. Wajah gadis itu terlihat begitu lelah. Ia tersenyum ke arah Fahra dan segera menghampirinya.
"Tadi Cinta keren deh. Hebat banget bisa mukulin orang gitu. Ciaa ciaa ciaa" ujar Fahra menirukan gaya orang yang sedang bertarung. Cinta hanya terkekeh melihat tingkah lugu Fahra. "Oh iya, Fahra lupa. Ini Fahra udah siapin minum buat Cinta. Ayo diminum mbak heheh" Fahra mengambil air yang ia letakkan dikursi belakang tempat duduknya.
"Ahh tau aja lo. Makasih ya" dengan cepat Cinta langsung mengambil dan meneguk air itu hingga habis.
"Cintaa, pelan-pelan dong minumnya." peringat Fahra sedikit cerewet.
"Udah abis heheh" Cinta terkekeh sembari menunjukkan botol kosong yang ada ditangannya.
"Tadi bagaimana lombanya? Cinta juara gak?"
"Haaa? Lo gak denger? Dan lo gak liat?" wajah Cinta terlihat kaget saat mendengar pertanyaan Fahra.
"Liat kok. Tapi Fahra gak ngerti apa yang dibilang sama oom oom pakai baju putih itu." jawab Fahra lugu.
Cinta terkekeh tak mampu menahan tawanya. Gadis itu mengangkat kedua alis serta menghela nafasnya berat. "Gue.... Menang Fahra. Gue berhasil jadi juara 1."
"Serius? Aaaa pantes aja tadi lawan Cinta pada K.O semua hehe"
"Ehh, abis ini cowok lo yang lomba. Lo gak mau semangatin atau apa gitu?" ucap Cinta kepada Fahra sembari melirikkan matanya ke arah Fahrul yang sedang duduk bersama Ridho dan Beni.
"Cowok? Ahh Cinta suka bercanda. Fahrul itu sahabat Fahra, bukan pacar."
"Yakin, lo?"
"Udah-udah. Lagipula kalau Fahra samperin Fahrul, nanti dia malah marah, terus gak fokus lomba. Mending kita pulang aja yuk." ajak Fahra tersenyum menampakkan lesung di pipinya.
"Pulang? Belum lah. Gue kan belum ambil hadiah gue. Lagian lomba nya juga belum selesai."
"Ohh belum. Oke deh, Fahra tungguin sampai selesai." Fahra mengangguk sembari tersenyum.
Sejauh ini perlombaan berjalan dengan sangat lancar. Tibalah saat pergantian petarung. Setelah wanita,dilanjutkan oleh para pria gagah yang siap beradu. Pembawa acara sudah berdiri dipodium untuk memanggil nama peserta satu persatu.
"Baiklah, sebagai pembuka, kita akan menyaksikan para pria gagah dari berbagai sekolah. Dan pertama-tama saya akan panggilkan..... Fahrul Bramantyo dari SMU Pancasila melawan Bobby Lesmana Wirayudha dari SMK BUNGA NUSA." ucap Seorang pembawa acara begitu lantang dengan mic nya.
Nama demi nama telah dipanggil. Seperti biasa, Fahrul selalu dengan mudah mengalahkan para lawannya. Hingga sampai dibabak final. Mereka diadu kembali untuk mengetahui siapa yang akan menjadi juaranya. Namun sebelum memasuki babak final untuk pertarungan tingkat cowok, semuanya diperkenankan untuk istirahat. Dan akan dilanjutkan pada jam setengah 8 malam.
Terlihat Pak Rahman tengah duduk sambil berbicara disebuah kursi yang berdekatan dengan siswanya. Ia begitu senang karena hasil yang mereka dapatkan ternyata sesuai dengan yang diharapkan. Walau terdapat kekecewaan untuk beberapa hal.
"Aduhh, aku gak nyangka bisa juara 2. Padahal aku udah pasrah kalau pun harus kalah." ucap Reihan dengan senyum lebarnya. Ia begitu bersemangat saat tahu bahwa dirinya berhasil meraih juara kedua.
"Gue bangga sama lo, Rei" Lili ikut angkat suara untuk berbicara. "Lo hebat banget. Gak kayak gue. Ahh coba aja gue gak jatoh pas tampil. Cchekkk" gadis itu mendecak sebal. Terlihat raut kekecewaan diwajahnya. "Kenapa sihhh, gue harus jatoh diawal-awal gerakan!" ia tertunduk malu, tak berani menatap Pak Rahman yang duduk disebelahnya.
"Sudahlah Lili, itu hanya ketidaksengajaan. Kalah menang itu soal biasa, Nak." ucap Pak Rahman mencoba menenagkan Lili. Pria itu memegang pundak Lili dengan wajah tersenyum. "Bapak bangga dengan kalian semua."
"Iya, Pak. Tadi Cinta juga hebat. Dia bisa juara 1. Uhhh Fahra gak nyangka banget. Ehh tapi Cinta emang hebat sih." kali ini Fahra membuka suara dengan begitu semangat. Gadis itu bercerita seolah Cinta adalah Iron Man atau Hulk yang begituan perkasa. Pak Rahman, Lili, Reihan, dan Cinta hanya terkekeh melihat tingkah Fahra yang ceplas ceplos dan lugu.
Sementara Fahrul, ia memilih tempat duduk yang lumayan jauh dari Pak Rahman. Biasanya Fahrul selalu duduk didekat guru pembimbingnya, namun tidak hari ini. Ia sengaja mengambil tempat duduk yang jauh agar dapat menghindari Fahra.