Namanya Wang Chen. Dia adalah seorang pemuda bodoh yang bahkan dianggap gila oleh para murid Perguruan Tangan Sakti.
Hanya Souw Liancu yang tidak melihat seperti itu. Souw Liancu merasa Wang Chen selalu melindunginya dan kekuatan Wang Chen tidak ada bandingannya.
Wang Chen bisa bertindak di luar nalar saat dibutuhkan, dan bisa muncul jadi sosok tangguh saat dibutuhkan. Souw Liancu tahu kalau Wang Chen memiliki latar belakang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gregorious, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13 Racun Diracun
Suasana di dalam Paviliun Benda Langit masih dipenuhi dengan keheranan dan decak kagum. Para pengunjung masih berbisik-bisik tentang kejadian yang baru saja terjadi, tentang sapu yang ternyata adalah artefak legendaris bernilai seratus ribu keping emas yang selama ini dipakai sebagai sapu biasa di toko artefak.
Keheningan itu pecah ketika pintu paviliun terbuka dengan keras. Tiga orang berpakaian rapi dengan lambang Toko Artefak Cahaya Bulan di dada mereka masuk dengan wajah pucat pasi. Mereka adalah pemilik toko dan dua pelayan senior yang tadi melayani Souw Liancu.
Pemilik toko, seorang pria gemuk berusia sekitar lima puluhan tahun, langsung berlutut di depan bendahara paviliun. "Tuan Bendahara yang terhormat, kami datang untuk memohon maaf atas kebodohan kami!"
Bendahara paviliun menatapnya dengan wajah yang sulit dibaca. "Kebodohan?"
"Ya, Tuan. Kami... kami tidak tahu bahwa sapu yang kami pakai selama tiga tahun terakhir adalah Sapu Penyapu Debu Langit yang legendaris itu." Suara pria gemuk itu bergetar. "Kakek kami yang mendirikan toko telah meninggal dan lupa menyebutkan tentang keistimewaan sapu itu. Dan kami menemukan sapu itu di antara barang-barang dagangan lima tahun lalu. Kami pikir itu hanya sapu biasa yang entah bagaimana tercampur dengan barang dagangan. Karena itu kami menggunakannya untuk menyapu lantai toko setiap hari."
Seluruh ruangan meledak dengan tawa. Para pengunjung yang tadi menertawakan Wang Chen sekarang mengalihkan ejekan mereka kepada para petugas toko.
"Hahaha! Mereka pakai artefak senilai seratus ribu keping emas untuk menyapu lantai!"
"Dasar bodoh! Lebih bodoh dari orang gila itu!"
"Kakek mereka pasti menangis di alam baka melihat kebodohan cucu-cucunya!"
Wajah pemilik toko semakin pucat mendengar ejekan-ejekan itu. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak berani menatap siapa-siapa.
"Kakek kami meninggal lima tahun lalu secara mendadak karena serangan jantung," lanjut pemilik toko dengan suara yang hampir seperti bisikan. "Dia tidak sempat memberitahu kami tentang semua barang di toko. Kami pikir semua barang berharga sudah terpajang di etalase. Kami tidak pernah menduga bahwa di antara barang yang ada di gudang, tersembunyi harta yang nilainya luar biasa seperti ini."
Bendahara paviliun menghela napas panjang. "Inilah mengapa pengetahuan tentang artefak sangat penting. Banyak harta karun yang tersembunyi di tempat-tempat yang tidak terduga, menunggu mata yang bisa mengenalinya."
Ia menatap ke arah Wang Chen yang berdiri di pojok ruangan dengan ekspresi datar. "Dan tampaknya, pemuda yang kalian anggap bodoh itu memiliki mata yang lebih tajam dari kalian semua."
Para petugas toko mengikuti tatapan bendahara dan menatap Wang Chen. Wajah mereka dipenuhi dengan perasaan campur aduk antara malu, iri, dan tidak percaya. Mereka yang tadinya menertawakan Wang Chen sekarang menjadi bahan tertawaan orang banyak.
Tetapi Zhao Ming, Chen Wei, dan Liu Yang yang berdiri tidak jauh dari Souw Liancu masih berbisik-bisik dengan nada skeptis.
"Dia cuma beruntung saja," gumam Zhao Ming dengan nada kesal. "Orang bodoh kadang memang punya keberuntungan yang gila."
"Benar," sambung Chen Wei. "Dia bahkan tidak tahu apa yang ditunjuknya. Dia cuma asal tunjuk dan kebetulan saja itu adalah barang berharga."
Liu Yang mengangguk setuju. "Dalam kebodohannya, dia malah menemukan harta karun. Tapi itu tetap bukan karena kepintarannya, itu hanya keberuntungan semata."
Ketiga pemuda itu tidak mau mengakui bahwa mungkin Wang Chen memiliki kemampuan atau pengetahuan yang tidak mereka pahami. Lebih mudah bagi mereka untuk menganggap semua itu hanya kebetulan daripada mengakui bahwa orang yang mereka anggap gila dan bodoh ternyata lebih hebat dari mereka.
Tetapi Souw Liancu yang mendengar bisikan mereka hanya tersenyum tipis. Ia tidak ikut berdebat. Ia hanya menatap Wang Chen dengan pandangan yang semakin dipenuhi kekaguman dan rasa penasaran. Semakin lama ia mengenal Wang Chen, semakin banyak lapisan misteri yang terungkap, dan semakin dalam perasaan aneh yang tumbuh di hatinya.
Suasana di paviliun mulai kembali normal. Para pengunjung kembali melihat-lihat barang dagangan, para pedagang kembali melayani pembeli, dan para petugas toko yang malang itu akhirnya keluar dengan wajah penuh malu.
Souw Liancu baru saja menyelesaikan transaksinya dengan bendahara paviliun, mendapatkan Jimat Pelindung Naga, Pil Terobosan, dan Buku Teknik Kultivasi "Tangan Seribu Bayangan" yang ia inginkan, plus uang kembalian sekitar delapan puluh ribu keping emas, ketika suasana di paviliun tiba-tiba berubah.
Pintu paviliun terbuka lagi, dan kali ini yang masuk membuat seluruh ruangan menjadi sunyi seketika.
Seorang pria tua dengan wajah keriput yang dipenuhi bekas luka masuk dengan langkah yang penuh percaya diri. Jubah hitamnya berkibar meskipun tidak ada angin. Mata hitamnya yang dalam memancarkan aura berbahaya yang membuat siapa saja yang menatapnya merasa tidak nyaman. Tetapi yang paling mengejutkan adalah apa yang ia bawa.
Di tangannya, ia memegang sebuah tali yang terikat di leher seorang anak laki-laki kecil. Anak itu terlihat berusia sekitar dua belas tahun, tubuhnya kurus kering dan bungkuk, pakaiannya compang-camping dan kotor. Tetapi yang paling mengerikan adalah aura yang memancar dari tubuh anak itu, aura beracun yang bisa dirasakan bahkan dari jarak jauh. Bau tidak sedap menyebar dari tubuh anak itu, bau yang membuat orang ingin muntah.
"Racun Diracun!" bisik seseorang dengan suara ketakutan.
Nama itu menyebar seperti api. Semua orang langsung mundur, memberi jarak yang lebar kepada pria tua itu dan anak yang dibawanya. Bahkan para kultivator yang cukup kuat pun terlihat waspada dan takut.
Racun Diracun adalah julukan yang sangat terkenal dan ditakuti di dunia persilatan. Nama aslinya tidak ada yang tahu, tetapi kemampuannya dalam menggunakan racun sudah legendaris. Meskipun kultivasinya hanya berada di tahap pembentukan pondasi level sepuluh, tapi bahkan kultivator yang jauh lebih kuat darinya takut untuk berhadapan dengannya. Karena racun-racunnya bisa membunuh siapa saja tanpa peduli seberapa tinggi tingkat kultivasi mereka.