Si Gadis Dingin bernama Zea yang menghadapi banyak masalah didalam keluarganya , menyebabkan dirinya menjadi seorang yang selalu menyendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RANIYAH FAZILA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BONEKA UNTUK ZEA
Tentunya Johan, Leo, dan Roy sudah menyiapkan hadiah untuk Zea, hadiah terbaik.
Roy bertepuk tangan, tidak lama bawahannya membawakan kotak hadiah yang sangat besar. Hadiah itu berbeda dari biasanya.
"Ini besar sekali! " seru Zea, tidak menyangka kalau kakaknya Roy akan memberikannya hadiah sebesar ini.
Zea membuka pitanya dan hadiah itu terbuka.
Sebuah boneka dengan ukuran jumbo, berwarna cokelat, memiliki pita berwarna merah.
"Terima kasih banyak kak Roy, Zea suka dengan boneka ini" ungkap Zea, berlari memeluk Roy.
"Zea ingin boneka ini ditaruh di kamar Zea" ucap Zea.
"Baiklah, nanti di taruh di kamar Zea ya! " kata Roy.
"Eits, masih ada lagi loh Zea... " ungkap Leo.
Mereka berjalan menuju sebuah ruangan.
"Tara! ini adalah perpustakaan khusus. Didalam sini juga banyak sekali buku novel, Zea bisa membaca novel disini. Zea juga nggak perlu beli novel lagi" ungkap Leo.
"Aaa, terima kasih banyak kak Leo " ucap Zea memeluk Leo.
"Sama-sama" kata Leo.
"Kak Johan juga punya hadiah loh! " ungkap Johan.
Zea penasaran.
Johan menggendong Zea di punggungnya, membawanya ke suatu tempat.
Leo dan Roy mengikutinya dari belakang, begitu juga dengan Milea yang memotret momen bersama mereka.
Zea turun dari punggung Johan. Beberapa pelayan sudah berbaris rapi, membawa barang ditangannya.
"Ini adalah cincin berlian untuk Zea, 𝘣𝘭𝘢𝘤𝘬 𝘤𝘢𝘳𝘥, dan sertifikat perusahaan " ungkap Johan.
Zea terkejut.
" Sertifikat perusahaan? " tanya Zea.
"Iya Zea, nantinya perusahaan ini akan jadi milikmu seutuhnya " jawab Johan.
"Terima kasih banyak kak Johan" ucap Zea, memeluk Johan.
Johan mencium kening Zea.
"Kak Johan, kak Leo, kak Roy... Zea sangat senang dengan hadiah yang kalian semua berikan. Zea pasti akan menggunakannya" ungkap Zea.
"Iya Zea" kata Leo mengelus kepala Zea.
Johan mengambil cincin berlian dan memasangkannya di jari Zea.
"Cantik sekali! " seru Zea.
"Iya dong, cantik seperti Zea" ucap Johan.
"Tidak kak, Zea itu lebih cantik dari berlian itu. Benar kan! " ungkap Roy.
"Maa sya Allah " ucap Leo.
Mereka tertawa senang.
-------------------------Flashback-------------------------
KRING...
Bel berbunyi, menunjukkan waktunya istirahat.
"Kamu ke kantin nggak Zea? " tanya teman sebangkunya.
Zea menggeleng.
"Oke" kata temannya.
Zea mengambil bekalnya. Duduk di bangkunya, memakan bekal yang dibawakan Leo dari rumah.
"Eh liat deh!, si introvert lagi makan tuh " kata seorang anak perempuan yang merupakan teman sekelasnya.
Dia selalu mencari perhatian...terutama dengan teman laki-lakinya, banyak ngomongnya, dan orang yang menyebalkan di kelasnya.
Zea menghiraukannya, tetap fokus untuk makan.
"Heh!, diem aja" katanya, menuangkan air di atas meja Zea.
Zea yang sedang makan terganggu, mencoba agar tetap fokus makan.
"Heh! " dia berteriak, membuat suara berisik di kelasnya.
"Ha? kenapa?. Memangnya kalau aku makan salah ya? " tanya Zea dengan nada santai.
Zea menyelesaikan makannya.
"Nggak usah sok 𝘤𝘰𝘰𝘭 deh lo, caper! " ucapnya emosi.
"Apakah anda tidak menyadarinya?, yang caper itu anda! " ungkap Zea.
"Lo berani sama gue?, gue itu paling cantik di kelas ini" ucapnya lagi.
Zea tersenyum 𝘴𝘮𝘪𝘳𝘬.
"Masa? " tanya Zea singkat.
"Lo nggak percaya?, liat nih!. Teman-teman, aku ini yang paling cantik kan dikelas? " tanyanya kepada seluruh siswa dan siswi di kelas.
Tidak ada jawaban, mereka semua diam.
"Mana?, mereka aja nggak jawab" ungkap Zea, tenang.
"Asal lo tau ya!, lo itu nggak bisa ngalahin kecantikan gue. Nggak ada yang mau temenan sama lo, karna lo itu nggak secantik gue. Udah lo pendiem, nggak secakep gue, sok suci, sok 𝘤𝘰𝘰𝘭, sok alim lagi" ucapnya, terlihat emosi.
Zea menatap matanya tajam, kemudian tersenyum.
"Udah nggak usah malu-maluin! " kata temannya, menariknya pergi.
"Huh!, menyebalkan" ucap Zea lirih.
"Kamu nggak papa kan Zea?" tanya teman sebangkunya yang baru saja dari kantin.
"Nggak papa ko" jawab Zea.
Zea mengambil tisu, membersihkan air di atas mejanya.
Zea kemudian mengambil air yang dibawanya dari rumah, dan meminumnya.
Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi.
Zea mengambil buku didalam tasnya, mempersiapkan untuk pelajaran selanjutnya.