Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Tepat pukul 10 mas Tio baru pulang dari lokasi tambang, setelah membersih kan diri dan makan mas Tio langsung tidur dengan pulas. Sementara aku sibuk mengurus Citra. Menyeka tubuh nya dan mengganti pakaian nya.
Belum lama mas Tio tidur. tiba-tiba nafas Citra kembali tersengal-sengal, aku segera membangun kan mas Tio.
"Mas bangun, Citra kambuh" seru ku dengan panik.
Mas Tio juga ikut panik, dengan uang seadanya kami membawa nya kembali ke rumah sakit.
"Maaf bu...ini jantung anak ibu sudag mengalami kebocoran, jadi kalo boleh saya saran kan, anak ibu di rujuk saja ke Surabaya, di sana biar anak ibu mendapat tindakan penambalan jantung" kata Dokter Areta yang memeriksa Citra.
Tentu saja kami berpikir dua kali untuk membawa Citra ke Surabaya, karna kami tak memiliki cukup biaya.
Citra pun kembali di rawat saat itu juga, aku merasa begitu terpukul dengan keadaan ini.
Setelah mendengar kalo Citra di rawat kembali, mama pun datang menemani.
Aku hanya bisa menangis melihat kondisi putri ku dengan nafas yang begitu sesak, Citra sudah tak kuat lagi untuk menangis, nafas nya begitu sesak.
"Ya Allah....untuk kehilangan rasa nya aku tak sanggup, namun jika Citra harus bertahan dengan kondisi nya saat ini pun lebih tak mungkin, hamba hanya menunggu keajaiban dari mu ya Allah" doa ku dalam hati, derai air mata tak henti mengalir.
Mba Mida yang tengah hamil besar pun ikut menjenguk bersama suami nya, mba Mida pun tak kuasa menahan tangis.
Hari itu, seolah menjadi hari terakhir bagi putri ku, di kamar rawat inap nya penuh dengan keluarga yang mengelilingi Bed nya.
Suster yang menyaksikan dari balik kaca pun terlihat mengusap air mata nya. Sambil mengelus perut nya yang juga buncit, karna tengah hamil tua.
"Ikhlas kan putri mu, kasihan dia merasa sakit" bisik mama di telingaku.
Air mata ku kian deras, ku tatap wajah putriku, mata nya menatap sekeliling seolah menatap satu persatu keluarga nya yang sedang menangisi nya.
"Dek, keluar lah dulu, ibu mengirim nomor, tolong kamu simpan di HP yah, aku nggak tau cara nya" kata mas Tio yang sedari tadi sibuk dengan urusan nya sendiri, bahkan ia tak perduli dengan putri nya yang sedang sekarat.
Belum lima menit aku keluar, mba Mida memanggilku.
"Putri...anak mu sudah meninggal" seru mba Mida, seketika aku tinggal kan mas Tio, aku berlari masuk kembali ke kamar inap Citra.
Di sana aku melihat para perawat melepas selang oksigen dan infus. Tubuh Citra terlihat bengkak.
Aku menangis di samping Bed anak ku. Tubuh ku luruh, rasa nya dunia ku seperti berhenti berputar.
"Jangan di tangisi, kasihan anak mu" kata mas Deri. Dan mas Tio aku nggak tau dia ke mana, mungkin dia sibuk dengan HP nya.
Setelah semua selesai aku pun mengemas pakaian ku dan milik Citra.
Kami pulang, jasad anak ku segera di mandikan, dan segera di makam kan sebelum senja.
Malam hari tak di adakan tahlil, entah kenapa mungkin karna mas Tio tak punya cukup uang.
Aku mengurung diri di kamar, tak ingin makan sesuatu, terbayang tubuh mungil anak ku terbaring di dalam tanah sendirian.
"Dek, makan lah dulu, kalo kamu nggak makan nanti kamu sakit" ujar mas Tio yang sok perhatian.
"Putri makan lah dulu, dengarkan suami mu bicara, jangan menyiksa diri mu sendiri, lagi pula anak mu sudag bahagia, dia sudah tak sakit lagi" sambung mama, seolah tak memahami perasaan ku.
"Biar kan aku sendiri" sahut ku singkat, akhir nya mama dan mas Tio pun keluar dari kamar. Aku kembali menangis mengenang anak ku yang belum sempat ku bahagia kan.
Keesokan pagi nya, setelah membersihkan diri aku pergi ke makam anak ku, kebetulan bapak memakam kan Citra di belakang rumah.
Aku duduk di samping makam Citra. Tanpa perintah air mata ku kembali jatuh berderai.
Dalam otaku ku terbesit pikiran, ingin menggali makam tersebut, aku celingak celinguk, melihat sekitar apa ada yang melihat.
Aku begitu ingin tau bagaimana kabar anak ku di dalam sana, namun aku segera tersadar. Kalo anak ku sedang tertidur di dalam sana, jadi aku nggak boleh mengganggu nya.
Setelah puas berada di makam anak ku, aku pun masuk rumah dengan gontai.
"Kamu dari mana? Dari makam? Dan kamu menangis di atas makam anakmu hah?" tanya mama dengan suara yang terdengar kesal.
"Sudah mama bilang berulang kali, jangan menangis di makam, kasihan anak mu dia juga akan sedih, lebih baik banyak-banyak kirim doa untuk nya" sambung mama.
Aku hanya mengangguk. Dan berlalu masuk kamar. Aku termenung di samping jendela kamar, mata ku menatap kosong ke segala arah.
"Dek" panggil mas Tio yang mengejutkan ku.
aku menoleh nya, terlihat mas Tio tersenyum setelah lama aku tak melihat senyum nya.
Yah..kini aku sadar, bagaimana pun sayang nya aku pada anak ku, tapi Allah lebih sayang pada nya, Allah tau bagaimana isi hati suamiku.
"Ada apa mas?" tanyaku.
"Sudah nggak usah sedih, mungkin ini yang terbaik" kata mas Tio sambil merangkul pundak ku.
Malam hari nya, aku bermimpi sedang duduk di samping makam anakku, dan aku melihat seekor semut yang masuk ke dalam makam anak ku, tak di sangka semut yang masuk bertambah banyak, dan menghasilkan lobang pada makam.
Tiba-tiba, muncul anak perempuan dari dalam makam anakku, aku berlari ketakutan saat anak perempuan itu mengejarku.
"Ma...aku anak mu, tunggu aku ma jangan lari" kata anak perempuan itu.
"Tidak...kamu bukan anak ku" seruku , aku terus berlari hingga masuk ke dalam rumah.
Di sana aku lihat mba Mida berdiri dengan perut buncit nya. Aku berlari mengelilingi tubuh mba Mida, namun aku lihat anak perempuan itu melewati di bawah kedua kaki mba Mida, lalu menghilang.
Aku terbangun, dan merasa ketakutan, mimpi itu seperti nyata.
Tiga hari setelah aku bermimpi, mba Mida pun di larikan ke Rumah sakit, karna akan melahirkan. Dan kata nya akan di lakukan tindak operasi karna tekanan darah mba Mida terlalu tinggi, sehingga beresiko kalo melahirkan normal.
Aku dan mas Tio pun pergi ke Rumah sakit, sekedar memberi suport pada mas Deri.
Mba Mida melahirkan seorang anak laki-laki, di hari kelahiran almarhumah anak ku, putra mba Mida lahir.
Dengan suka cita mas Deri menyambut kelahiran putra nya. Dan kondisi mba Mida pun baik-baik saja.