Denara baru saja menyelesaikan sebuah novel di sela-sela kesibukannya ketika tiba-tiba dia terikat pada sebuah sistem.
Apa? Menyelamatkan Protagonis?
Bagaimana dengan kisah tragis di awal tapi menjadi kuat di akhir?
Tidak! Aku tidak peduli dengan skrip ini!
Sebagai petugas museum, Denara tahu satu atau dua hal tentang sejarah asli di balik legenda-legenda Nusantara.
Tapi… lalu kenapa?
Dia hanya ingin bersenang-senang!
Tapi... ada apa dengan pria tampan yang sama disetiap legenda ini? Menjauhlah!!
———
Happy Reading ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Reality (5)
Denara nyaris tertawa melihat ekspresi Andre yang seketika berubah drastis. Tapi dia masih bisa merasakan tatapan mengerikan pemuda di mobil sehingga dia hanya terbatuk pelan untuk menyembunyikan tawanya.
"Eh, eh, tunggu dulu, Dewaku! Aku bercanda, sumpah! Bercandaaa!!" Andre buru-buru melangkah ke mobil. Dia menunjukkan kepalanya ke jendela mobil yang terbuka, ekspresi memohon terpampang jelas di wajahnya. "Bukankah aku hanya tidak ingin adik perempuan ku menemukan pria aneh, ah, cuih, maksudku pacar sekarang. Jangan masukan ke hati."
"Masuk," potong Mahen dengan suara datar, jelas tak berniat mendengarkan omong kosong Andre lebih lama lagi.
Andre menoleh ke Denara, wajahnya penuh keputusasaan. "Nara, selamatkan kakakmu ini," bisiknya cepat.
Denara mengangkat bahu, pura-pura tidak peduli. "Kak bilang nggak sibuk tadi, kan?" ujarnya dengan nada polos, meski matanya berkilat geli.
Andre mengerang pelan, lalu dengan berat hati melangkah ke mobil. Namun sebelum benar-benar masuk, dia menoleh ke Denara sekali lagi, ekspresi serius kembali menghiasi wajahnya.
"Nara, kalau benar-benar membutuhkan sesuatu, ingat untuk menghubungi ku," katanya.
Denara tersenyum dan mengangguk.
Tepat saat Andre akan masuk ke mobil, Lukas datang dengan tangan di sakunya.
"Nara..." Panggilnya.
Denara berkedip. Dia berbalik untuk melihat Lukas. "Lukas? Kenapa kamu disini? Bukannya kamu pulang bersama yang lain tadi."
Kata-kata Denara membuat Andre berhenti. Mahen juga berbalik untuk melihat Lukas yang datang. Matanya menyipit saat menyadari siapa orang itu. "Kamu..."
"Ah, lihat siapa ini. Bukankah pemilik MH Group. Apa yang tuan muda kaya dan mulia lakukan disini." Kata Lukas penuh sindiran.
Denara melihat bolak-balik antara Mahen dan Lukas. Dia tanpa sadar menarik ujung baju Lukas untuk bertanya. "Kamu kenal?"
"Um." Gumam Lukas dengan telinga memerah, sedikit malu. Namun wajahnya masih dingin dan tidak berubah sehingga Denara tidak menyadarinya.
Denara mengangguk sebagai balasan.
Melihat dia diabaikan, Mahen tidak marah sama sekali. Dia hanya berkata, Pulanglah, atau aku akan memberitahukan tempat mu."
Denara mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang janggal dalam nada bicara Mahen.
Lukas mengerutkan kening dengan kesal. "Jangan ikut campur urusan ku."
Andre yang masih setengah masuk ke mobil, langsung menoleh dengan ekspresi terkejut. "Tunggu, tunggu. Apa dia Lukas yang itu?"
Denara hanya bisa memasang wajah bingung. Kenapa sepertinya Andre juga mengenal Lukas. Tapi Andre terlahir di lingkungan kaya sepertinya dulu. Dan Mahen juga tidak terlihat kekurangan. Kalau mereka mengenal Lukas, bukankah itu artinya Lukas....
Lukas mendengus pelan, menghentikan pikiran Denara. Tangannya yang masih di saku celana sedikit mengepal. "Kenal? Mana mungkin, dia hanya...."
"Aku tidak tertarik mendengar opinimu," potong Mahen datar. Dia menatap Lukas sejenak sebelum beralih ke Denara. "Aku sedang tidak ingin membahas masa lalu. Aku hanya akan memberitahu mu, Pulang atau aku laporkan. Pilih satu."
Denara merasa pertanyaan itu sangat aneh.
"Apa kalian tinggal satu rumah?" Kata Denada tanpa sadar.
Mahen meliriknya, tapi tidak mengatakan apa-apa.
"Tidak, hanya tetangga." Lukas menatap Mahen dengan ekspresi lebih serius. "Kamu tidak berubah, Kak."
"Masuk, Ndre." Mahen mengabaikannya dan sekali lagi memerintahkan Andre masuk ke mobilnya.
Ada ketegangan aneh di udara.
"Aku akan pulang." Kata Lukas yang tidak tahan akhirnya. Mahen mengangguk dan melirik Andre.
Andre segera mengambil langkah cepat. "Baiklah, Lukas, mari mengobrol kapan-kapan. Dan Nara, jaga dirimu, oke? Jangan lupa menghubungi ku kalau membutuhkan sesuatu." katanya buru-buru sebelum akhirnya masuk ke mobil.
Denara mengangguk, masih mencoba mengingat tentang Lukas. Jika Andre mengenalnya, kemungkinan Denara juga pernah mengenalnya. Tapi Denara tidak bisa mengingat Lukas sedikitpun.
Mobil Mahen akhirnya melaju pergi, meninggalkan Denara dan Lukas dalam kebingungan yang tersisa.
Denara menoleh ke Lukas. "Aku rasa aku melewatkan sesuatu."
Lukas menatapnya sejenak sebelum akhirnya menghela napas. "Jangan terlalu memikirkannya."
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu disini?" Tanya Denara mengalihkan perhatiannya.
"Oh, ini. Aku lupa membeli bahan makanan." Jawab Lukas asal-asalan.
Denara juga sepertinya memperhatikan perasaan Lukas tidak baik. "Yaudah, kamu bisa beli. Aku akan kembali."
Lukas mengerutkan kening mendengarnya. "Tunggu aku sebentar." Tanpa mendengar jawaban Denara, dia pergi ke toserba.