Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.
Di culik?
Atau
Mimpi?
Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30_Permainan Dimulai
Raya menggigit bagian luar bibir bawahnya, mengerang frustasi dengan darah yang mulai mendidih. Setiap penjelasan yang keluar dari mulut Azka memicu sisi gelapnya yang sudah lama tertidur. Kebencian, amarah, penderitaan dan rasa sakit yang dia rasakan harus terbalaskan. Seseorang harus bertanggung jawab atas semua penderitaan yang selama ini dia alami. Bahkan orang itu harus merasakan berkali kali lipat penderitaan yang dia alami.
" Siapa yang harus ku hancurkan? Siapa orang yang bertanggung jawab atas penderitaanku selama ini? Siapa? Siapa mereka yang sudah membuat diriku hadir karena rasa sakit yang Aya alami? Siapa mereka huh?" Raya menuntut penjelasan yang lebih, nyatanya dia belum tau siapa dalang di balik semua penderitaan yang dia alami. Dia hanya diminta untuk melakukan balas dendam pada orang yang sudah membuat dirinya dan Aya terluka tapi dia tidak tahu siapa pelakunya.
" Apa kamu yakin bisa melakukannya?" Azka memastikan. Dia ingin melihat keseriusan adiknya itu. Vallen dan Darren kedua mahluk itu ikut serta dalam perkumpulan itu, karena pada akhirnya mereka akan ikut bermain juga.
" Kak Azka meragukanku?" Raya memalingkan wajahnya lalu mendesis dengan ekspresi wajah yang lebih mengerikan " Aku terlahir karena rasa sakit. Jika Aya adalah air maka aku adalah api, Kak Azka kenapa kamu masih meragukanku? Aku terlahir untuk hari ini, membalaskan rasa sakit yang Aya alami!"
Azka terdiam. Aya dan Raya memanglah berbeda mereka benar-benar berbeda. Jika Raya sendiri sudah mengatakan itu maka Azka akan mengatakan yang sebenarnya. Dia akan memberitahu siapa orang orang yang bertanggung jawab atas penderitaannya " Orang yang merenggut orang tua kita dan orang yang bertanggung jawab atas penderitaan Aya mereka adalah," Terjeda sesaat Azka berusaha untuk meyakinkan dirinya jika keputusannya untuk memberitahu Raya adalah keputusan yang benar " Ramon dan Zahra!"
"Apa?" Mulutnya sedikit terbuka dengan mata yang membulat sempurna. Keterkejutan itu tidak dapat Mian dan Zain sembunyikan
" Gila. Apa Zahra sudah tidak waras? Kenapa dia memintamu untuk menikahinya? Apa tidak ada lagi pria diluaran sana? Kenapa harus kau Ramon?" Amarah Zain membludak. Dia semakin frustasi saat mendengar penuturan Ramon. Aya hilang tanpa jejak dan kini Zahra meminta Ramon untuk menikahinya?
" Zahra sepertinya tidak memiliki urat malu. Aya menghilang karena dia tapi dengan mudahnya dia memintamu untuk menikahinya. Tunggu, apa ini rencananya? Siapa yang tahu jika selama ini dia berpura pura baik dan menjadi wanita lugu, tapi kenyataannya? Dia wanita rendahan!"
" CUKUP ZAIN!" Suara itu menggema membuat Mian dan Zain menoleh kearah suara " Kenapa Ramon apa kau tidak terima dengan perkataan Zain? Apa kau tidak terima Zahra di rendahkan? Bagaimana jika itu kenyataannya, Zahra berpura pura baik di depan kita!"
" Berhenti merendahkan Zahra. Kalian tidak mengenal baik seperti apa dia. Aku yang lebih lama mengenalnya jadi aku tahu seperti apa dia!" Pembelaan yang di lakukan oleh Ramon membuat Mian terkekeh pelan, pria itu menarik punggungnya dari sandaran sofa lalu menyilangkan kakinya " Cinta, cinta dan cinta. Semuanya sudah dibutakan oleh cinta. Kau masih mencintainya bukan? Kau masih memiliki rasa itu bukan? Ramon, aku ingatkan Zahra masih berstatus istri Kavin mereka belum resmi bercerai. Apa kabar dengan Aya? Dia istri sahmu baik secara hukum maupun agama. Dan ingat dia pun tengah mengandung darah dagingmu tapi kenapa kau terfokus pada Zahra? Ya aku tahu semuanya karena cinta. Kau mengabaikan istri sahmu dan memperjuangkan cinta masa lalumu!"
" Shit. Kau benar benar brengsek Ramon. Kau brengsek. Jika bukan karena Azka mungkin aku sudah tidak sudi lagi memiliki teman sepertimu. Aku melakukan ini semua demi adikku Aya, lepaskan dia jika kau memilih wanita itu. Karena aku tidak sudi melihat Aya dimadu oleh pria brengsek sepertimu!"
Amarah Zain akan semakin menjadi jika dia tidak pergi dari ruangan itu. Maka untuk menghindarinya Zain memutuskan untuk pergi agar tidak terjadi keributan " Semua pilihan membutuhkan pengorbanan. Jika kau memilih Zahra maka lepaskan Aya, aku dan Zain akan mengurusnya." Mian ikut bangkit dari duduknya menyusul Zain yang sudah tidak terlihat di balik pintu.
Dia mengesah pelan, memijit pangkal hidungnya yang merasa pening secara tiba-tiba " Kak Azka Serius? Ramon dan Zahra?" Raya shok hebat ketika gendang telinganya mendengar dua nama itu disebutkan.
" Ya merekalah yang bertanggung jawab untuk semuanya. Kakak ingin para pria bajingan itu merasakan apa yang kita rasakan. Kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Kehilangan keluarga yang sangat berharga. Kakak ingin mereka hidup terpuruk di sisa hidup mereka. Kakak ingin mereka mati dengan penuh penyesalan dan penderitaan. Kakak menginginkan itu semua. Mereka harus merasakan apa yang kita rasakan Raya!"
Raya mengesah pelan lalu menatap pada kakaknya " Tapi.... tapi bagaimana dengan Aya? Aku takut jika keputusan kita akan semakin membuatnya terluka."
Azka menggelengkan kepala tangannya terulur menyentuh kedua tangan adiknya lalu menggenggamnya erat " Aya akan terus menderita jika mereka belum mendapatkan pembalasan. Bayangan hitam itu akan terus mengikutinya dan membuatnya terkurung dalam ruang kegelapan. Raya, kakak mohon demi Aya tolong balaskan semua rasa sakit yang selama ini dia alami. Semua keputusan ada di tanganmu, dan kakak akan mendukungmu apapun keputusannya."
" aiss. Aku tidak bisa melakukannya. Arrrrgghh!" Ramon membanting semua barang yang berada di dekatnya. Kepalanya benar-benar terasa berat dan mungkin bisa saja pecah jika terus dipaksakan untuk berpikir mencari jalan keluar dari semua permasalahannya.
Suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai terdengar nyaring membuat Ramon menoleh kearah suara. Seorang wanita mendekat lalu menghampirinya " sepertinya Aku datang diwaktu yang salah?" Wanita itu tersenyum tipis lalu memilih duduk tanpa ada yang menyuruhnya " Bagaimana? Apa kau suka permainannya?"
" Kau!" Hampir saja Ramon melayangkan tangannya ke pipi cantik wanita itu namun Ramon segera mengurungkannya " Sebenarnya apa maumu? Kenapa kau terus ikut campur dalam urusanku. Dan lagi dimana Aya? Dimana istriku?"
" Istrimu?" Wanita itu terkekeh lalu menyilangkan kakinya menjadi lebih santai " Dia akan segera menjadi mantan istrimu!"
" jaga ucapanmu itu Bicht. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
" Jangan egois Ramon," Wanita itu yang tak lain adalah Vallen membetulkan posisi duduknya lalu menatap nyalang pada Ramon " Aya berhak bahagia dan dia tidak pantas menderita karena pria sepertimu. Sudah ku katakan lepaskan Aya dan nikahi saja Zahra jalang mu itu."
PLAKK
Wajah itu terpental kesamping karena kerasnya tamparan yang mendarat di pipinya " kau sudah melewati batas Vallen. Kau pantas mendapatkan itu!" Ucap Ramon penuh emosi. Vallen tidak marah ataupun meringis kesakitan, justru dia tersenyum lebar seperti tidak terjadi apa apa.
" Sebentar lagi badai akan menghampirimu. Bersiaplah!" Ucapnya memperingati. Tepat di akhir kalimat yang Vallen ucapkan pintu kembali terbuka dan bertepatan pula sudut bibir Vallen robek karena bekas tamparan Ramon tadi sehingga membuat cairan merah merembes dari sana saat dia tersenyum.
"A-Aya?"
" Jadi seperti ini sifat aslimu Caramondy?"