Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Diskors Dan Mengundurkan Diri
"Tunggu ya, urusan kita belum selesai. Kamu harus bertanggung jawab atas keadaan anak saya," tegas Excel sebelum melarikan Nada ke dalam mobilnya.
"Dan tolong, ya, Bu. Pihak sekolah harus segera menindak Guru yang lalai akan tugasnya," ujar Excel kemudian kepada Bu Gaifa sang kepala sekolah.
Excel segera membawa Nada ke dalam mobilnya dan melarikan sang anak ke klinik terdekat.
"Bu Zinni, ikut saya," titah Bu Gaifa sembari melangkah menuju ruang kepala sekolah diikuti Guru-guru yang lain. Zinni sejenak termenung sebelum akhirnya mengikuti kepala sekolah ke dalam ruangannya.
Di dalam ruangan kepala sekolah, Zinni mendapat teguran keras dari Bu Gaifa. Sebagai konsekuensinya, Zinni akan mendapat SP atau dikeluarkan dari TK Dahlia.
"Kenapa Bu Zinni bisa lalai menjaga anak asuhnya. Bukankah tadi sudah diberitahu untuk menjaganya sebelum orang tuanya datang?" Sorot mata Bu Gaifa tajam menatap Zinni yang kini dilanda kalut.
"Saya mohon maaf sebelumnya Bu, saya tidak sepenuhnya salah, sebab saya sudah menjaga Nada dengan baik. Bahkan ketika Nada akan menaiki tangga perosotan, selalu saya awasi dan ikuti. Kejadian tadi terjadi, sebab temannya Nada, Imel, sudah pergi sebelum Nada tiba di bawah," terang Zinni apa adanya.
"Pihak sekolah tidak bisa mentolelir kesalahan sekecil apapun, sebab taruhannya kredibilitas TK ini. Kami, harus bertindak tegas atas sebuah kelalaian," tukas Bu Gaifa.
"Mohon maaf, Bu. Bukan saya mau membela diri, untuk membuktikan kalau saya lalai atau tidak, sebelum pihak sekolah memutuskan memberi sangsi pada saya, saya mohon lihat dulu CCTV, kita lihat apakah di sana saya lalai atau tidak." Zinni mengusulkan untuk memeriksa CCTV sebelum pihak sekolah memutuskan dirinya mendapat hukuman.
"Baiklah, kita lihat seberapa besar kesalahanmu. Tapi, ingat, atas kejadian ini, efeknya akan besar terhadap kepercayaan para wali murid. Mereka bisa saja tidak mempercayakan anaknya sekolah di TK ini. Jangan karena gara-gara satu orang melakukan kesalahan, lantas membawa dampak jangka panjang pada yayasan ini," tegas Bu Gaifa.
Zinni, tertunduk sedih. Dia merasa tersudutkan. Kesimpulannya, apapun kesalahannya, tentu saja dia akan mendapatkan hukuman, bahkan yang lebih parah adalah dikeluarkan dari TK itu.
Setelah menunggu satu jam lamanya, dan pihak sekolah sudah melihat rekaman CCTV, akhirnya Zinni mendapat sangsi dan mendapatkan SP, yakni Zinni diskors selama satu bulan untuk tidak melakukan kewajibannya di TK itu.
Zinni tercenung, dia merasa sudah bekerja dengan baik dan menjaga anak-anak asuhnya dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab.
"Apakah kesalahan saya tidak bisa dipertimbangkan lagi Bu, mengingat saya bukan sengaja lalai dan membiarkan anak asuh saya bermain begitu saja? Bukti rekaman CCTV itu, saya tidak membiarkan Nada main sendiri dan tetap dalam pengawasan saya," sela Zinni memberi pembelaan terakhir.
"Sudah saya katakan tadi di depan Bu Zinni, sekolah ini tidak mentolelir kesalahan sekecil apapun. Masih untung Bu Zinni hanya dapat skors satu bulan dan bukan dikeluarkan," sergah Bu Gaifa.
Jawaban Bu Gaifa begitu menusuk hatinya. Dia bilang masih untung, seumpama niatnya ingin mengeluarkan, keluarkan saja sekalian.
"Baiklah, Bu. Kalau begitu saya terima keputusan dari pihak sekolah ini." Zinni keluar dari ruangan kepala sekolah dengan hati yang sedih.
Sejenak Zinni termenung di bangku samping TK Dahlia, memikirkan nasibnya yang apes hari ini. Sikap dan perkataan Bu Gaifa tadi, sudah bisa ia simpulkan bahwa Zinni dikeluarkan secara halus, dengan alasan skors satu bulan.
"Zinni, yang sabar, ya. Saya tahu kamu tidak sepenuhnya salah. Harusnya pihak sekolah tidak memberikan sangsi yang keras seperti ini, karena menurut rekaman CCTV kamu sebenarnya tidak lalai. Saya cukup prihatin, tapi sayangnya saya nggak bisa bantu kamu." Bu Falin rekan sesama Guru tiba-tiba datang dan memberi semangat untuk Zinni.
"Terimakasih Bu Falin. Saya paham, skors yang dimaksud adalah bentuk lain dari pemecatan saya. Saya tidak mau menerima skors, lebih baik saya mengundurkan diri," putus Zinni seraya bangkit lalu menuju ruangan Guru.
Di mejanya, Zinni menulis pengajuan resign dari sekolah TK Dahlia. Karena untuk melanjutkan mengajar lagi di TK ini, reputasinya seperti sudah buruk oleh pernyataan Kepala Sekolahnya sendiri. Bu Gaifa memang kurang menyukai Zinni sejak adiknya masuk dan mengajar juga di TK ini.
"Zin, kamu benar-benar mau mengundurkan diri?" Bu Falin menghampiri lalu memeluk Zinni dari samping.
"Saya sudah bulat Bu Falin. Terimakasih atas kebersamaan serta kehangatannya selama saya ngajar di sini. Saya harus pergi, semoga Bu Falin sukses di sini," ucap Zinni. Bu Falin melepaskan pelukannya untuk memberikan Zinni kesempatan mendatangi kembali Bu Gaifa.
Di depan meja Bu Gaifa, Zinni memberikan surat pernyataan mengundurkan diri.
"Apa ini, kamu mengundurkan diri?" Bu Gaifa membuka surat pengunduran diri Zinni.
"Iya, Bu. Saya memilih mengundurkan diri setelah saya rasa sangsi yang diberikan pihak sekolah seperti mencekik. Sekecil apapun kesalahan akan mendapat sangsi. Padahal saya tidak merasa lalai dalam mengawasi anak asuh saya. Tapi, surat itu bukan untuk dipertimbangkan kembali oleh Ibu, saya memang sudah tidak nyaman mengajar di sekolah ini dengan aturan yang tajam pada guru yang tidak terikat kekerabatan langsung dengan Ibu. Saya mohon diri. Assalamualaikum."
Zinni berkata panjang lebar dengan kalimat yang sengaja mengaitkan kedekatan Bu Gaifa dengan kerabatnya.
"Tunggu Bu Zinni, apa maksud Anda?" Bu Gaifa kerung, merasa kurang suka dengan kalimat yang dilontarkan Zinni.
"Mohon maaf, Bu. Sudah jelas, saya mengundurkan diri. Permisi," tegas Zinni sembari keluar dari ruangan kepala sekolah.
Zinni segera meninggalkan lingkungan TK Dahlia. Dia benar-benar sedih dan kehilangan pekerjaannya hari ini. Bahkan untuk ke depannya, Zinni belum pasti akan mendapatkan pekerjaan lain dengan cepat atau tidak.
Zinni berjalan menuju sebuah taman yang biasa ia kunjungi. Di sinilah tempat ia menumpahkan sedih dan kecewa. Di depan taman itu, terdapat danau buatan yang indah.
"Ya ampun, begini banget nasibku hari ini. Kemarin aku ditagih uang kost oleh Bu Mila, lalu hari ini terjadi insiden. Bagaimana aku bisa mendapatkan uang untuk bayar kost kalau hari ini saja aku dikeluarkan dari TK Dahlia?" Zinni terpuruk sedih di bangku taman itu.
Sudah satu jam lewat Zinni berada di taman itu, ia memutuskan untuk pulang lalu pergi lagi untuk mencari pekerjaan.
"Tapi, bagaimana kabar Nada. Di mana anak itu dirawat? Aku harus minta maaf sama Bundanya Nada karena kelalaian yang tidak sengaja ini."
"Jadi, di sini kamu, ya? Ikut saya. Kamu harus bertanggung jawab menjaga anak saya selama dia dirawat." Tiba-tiba Excel datang lalu menarik lengan Zinni dengan sedikit kasar.
"Ya ampun, Pak. Sebentar." Zinni menarik sendalnya yang terlepas dari kakinya. Dengan tidak sabar, Excel menarik Zinni menuju mobilnya, dan membawa Zinni ke klinik di mana Nada dirawat.
Mohon dukungannya. Seru gak sih cerita ini? Aduh saya sebetulnya idenya masih mentok. Rada bingung juga.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan