Dewina gadis dari keluarga biasa memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar , sampai tetangganya bahkan orang lain melihatnya aneh , dengan kemampuannya ia bisa merasakan apa yang orang lain raskan , dan Ia bisa merasakan kehadiran makhluk astral meskipun tidak bisa melihat makhluk tersebut .
Kedua orang tuanya berpisah karena takdir ,ayahnya meninggal ketika Dewina sekolah menengah pertama .
Bagaimana Dewina menjalani kehidupannya yang tidak biasa ,mampukah ia melewati itu semua ?
Ikuti kisahnya dan beri tanggapan kalian dikomentar , terimakasih .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketiga Puluh Tiga Kepergok Di Ruangan Direktur
Aji dengan senyum manis melihat Deliana kemudian menarik Deliana yang terpaku karena terkejut menurut saja ketika Aji menarik lalu mendudukkan Deliana dipangkuannya .
"Jangan melamun nanti kesambet ," Aji mencolek hidung Deliana . Deliana tersadar dari keterkejutannya berusaha melepaskan diri karena ia berada di dalam ruangan Direktur merasa tidak sopan .
"Mau kemana sayang ?" tanya Aji memeluk Deliana agar tidak pergi . "Aji , ini tidak baik nanti ada orang masuk gimana aku tidak mau mereka berprasangka yang bukan-bukan tentang kita ," jawab Deliana menatap Aji dari jarak dekat .
"Biarkan saja lambat laun mereka akan tahu hubungan kita ngapain bersembunyi terus ,lebih baik kita segera menikah gimana apa kamu setuju ," jelas Aji melihat wajah Deliana dengan serius .
"Apa kamu yakin mau menikah denganku yang kampungan dan sederhana ?“ tanya Deliana menguji Aji . "Aku menyukaimu bukan karena keadaanmu atau kehidupanmu tapi aku menyukaimu dari sini dan itu aku melihatmu dari sini bukan dari arah lain ,“ jelas Aji menunjuk tempat hati .
Deliana memeluk Aji sambil menangis haru . "Terimakasih sekali lagi terimakasih kamu sudah begitu sabar menghadapi sikapku dan menerimaku apa adanya diriku ," kata Deliana melepaskan pelukannya dan menghapus airmata .
Aji menangkup wajah Deliana kemudian mencium seluruh wajah Deliana berakhir berciuman bibir untuk pertama kalinya sejak menjalin hubungan dua tahun lebih .
"Ehem ... ,“ seseorang berdiri di belakang pintu menutup mata . Aji dan Deliana terkejut melepaskan ciumannya sementara Deliana turun dari pangkuan Aji berjalan ke luar dari ruang direktur .
Asisten Aji bernama Haikal berdiri di belakang pintu tersenyum malu melihat bosnya sedang berciuman berniat menggoda ,
"Sepertinya sebentar lagi bakal ada lamaran nih ,“ Haikal berjalan kemudian duduk di kursi depan meja direktur ,
"Doakan saja .., Ada apa kemari ?" Aji melihat Haikal dengan serius . “ Sepertinya Maura tidak akan tinggal diam mengejarmu sampai ke selokan sekalipun ia lakukan demi mendapatkan mu ,bos ," Haikal dengan santai memainkan ballpoint .
"Lucu sekali dia sendiri yang mulai dan dia yang mengakhiri kenapa aku yang jadi sasaran , aneh lagi pula aku sudah berniat akan melamar Deliana dalam minggu ini ," jelas Aji .
"Maaf bos , saran saya lebih baik bos tidak usah bekerjasama dengan orang tua Maura karena mereka sangat licik bahkan anaknya yang bernama Genta sudah pernah berurusan dengan pihak berwajib jadi bos harus hati-hati," saran Haikal .
"Terimakasih.sudah mengingatkan , oh iya tolong kamu cari tahu tentang kekasih Maura karena dia selalu mengancamku jika sampai berhubungan dengan Maura ," Aji sambil melihat laporan yang ia terima dari Haikal .
"Ini serius laporannya apa tidak salah ?" tanya Aji memberikan laporan kepada Haikal . Haikal membaca dengan teliti merasa terkejut soalnya ia dapatkan dari Deliana dan belum ia periksa kembali justru di serahkan kepada Aji .
"Ini benar-benar sangat luar biasa , Deliana patut diacungi jempol kinerja yang bagus dan sangat profesional aku salut sama dia bos ,sudah cantik cerdas pula ,“ Haikal mengagumi Deliana .
Aji menatap tajam pada Haikal yang memuji kekasihnya didepannya sambil tersenyum penuh arti .Haikal merasa diperhatikan berdiri lalu berjalan ke luar ruangannya .
Aji geleng kepala melihat tingkah Haikal yang bercandanya kadang kelewatan namun ia senang karena Haikal orangnya bukan pemarah atau dendam jadi nyaman ketika berbicara dengannya .
Aji melihat layar laptop dengan tersenyum .