Gendhis harus merelakan pernikahan mereka berakhir karena menganggap Raka tidak pernah mencintainya. Wanita itu menggugat cerai Raka diam-diam dan pergi begitu saja. Raka yang ditinggalkan oleh Gendhis baru menyadari perasaannya ketika istrinya itu pergi. Dengan berbagai cara dia berusaha agar tidak ada perceraian.
"Cinta kita belum usai, Gendhis. Aku akan mencarimu, ke ujung dunia sekali pun," gumam Raka.
Akankah mereka bersatu kembali?
NB : Baca dengan lompat bab dan memberikan rating di bawah 5 saya block ya. Jangan baca karya saya kalau cuma mau rating kecil. Tulis novel sendiri!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Ayu menghela napas panjang sebelum menatapku tajam. “Kamu masih mencintai Raka, kan?”
Pertanyaan itu membuat dadaku seakan dihantam palu. Aku mencoba menghindari tatapannya, tetapi Ayu terus menunggu jawabanku. “Aku...” aku terdiam, mencoba menyusun kata. “Aku nggak tahu, Yu. Di satu sisi, aku masih mencintainya, tapi di sisi lain, aku merasa bingung dengan perasaanku sendiri.”
Ayu mengerutkan kening. “Apa yang bikin kamu bingung? Kalau kamu masih mencintainya, kenapa kamu meninggalkannya?”
Aku menundukkan kepala, jari-jariku bermain di tepi cangkir. “Karena aku merasa dia nggak pernah benar-benar mencintaiku. Selama ini, aku selalu merasa hanya menjadi bayangan dalam hidupnya. Bahkan ketika aku berusaha menjadi istri yang baik, dia tetap mengabaikanku. Rasanya aku nggak pernah cukup untuknya.”
Ayu menghela napas panjang. “Tapi kamu nggak bisa terus-terusan menghindar dari kenyataan, Gendhis. Kalau kamu masih punya perasaan, kenapa nggak coba untuk bicara dengannya? Selesaikan semuanya.”
Aku terdiam. Kata-kata Ayu ada benarnya, tetapi aku terlalu takut menghadapi kenyataan. Aku takut kalau Raka terus menerus terbayangi oleh wanita yang dia cintai.
Ketika Ayu dan Fajar pulang, Raka tidak menyerah untuk mencari jalan kembali ke kehidupanku. Meski dia tahu aku tidak ingin bertemu dengannya, dia tetap mencari cara untuk memperbaiki semuanya. Dia terus bersikeras ingin tinggal bersamaku.
"Pulanglah ke Jakarta, jangan mempersulit dirimu sendiri. Aku tahu kalau kamu sudah lama izin dari kantor. Pergilah!' tukasku.
Aku pun kembali beraktifitas di cafe Ayu. Tidak mungkin aku hanya diam seharian di rumah. Kondisiku sudah lebih baik dari sebelumnya. Jadi, tidak masalah kalau aku kembali bekerja. Namun, Raka tidak ingin kembali bekerja. Dia mengantar jemput aku yang bekerja dengan sedikit memaksa kehendaknya padaku. Sadar kalau aku tidak bisa mengusirnya, aku memilih untuk membiarkan pria itu tetap di rumah kontrakanku.
Sore itu, aku melihat Raka masuk ke kafe tempat aku bekerja. Pandangannya langsung tertuju padaku, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya duduk di sudut ruangan, memesan kopi, dan memperhatikanku dalam diam.
Aku berusaha mengabaikannya, tetapi tatapannya yang terus mengikuti setiap gerakanku membuatku tidak nyaman. Di pandangi begitu saja oleh pria yang kucintai membuatku salah tingkah.
Ketika Fajar datang untuk berbicara denganku, aku melihat perubahan di wajah Raka. Matanya menyiratkan rasa cemburu yang tidak bisa dia sembunyikan. Kilatan amarah terpampang jelas dalam bola matanya.
“Gendhis, kamu kelihatan lelah. Jangan terlalu memaksakan diri,” kata Fajar sambil menyerahkan sebotol air mineral.
Aku tersenyum tipis. “Terima kasih, Fajar. Aku baik-baik saja.”
Namun, perhatian Fajar yang berlebihan tidak luput dari pandangan Raka. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berdiri dan berjalan ke arahku.
“Gendhis, aku ingin bicara,” katanya dengan nada tegas.
Aku terdiam sejenak sebelum mengangguk. Kami pergi ke sudut kafe yang lebih sepi.
“Siapa dia?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi.
“Dia teman lama, bukankah kamu sudah mengetahuinya," jawabku singkat.
“Teman lama?” Raka mengangkat alis. “Kelihatannya dia lebih dari sekadar teman. Aku perhatikan dirinya sepertinya terlalu dekat denganmu. Jangan membuatku cemburu, Gendhis!"
Aku menatapnya tajam. “Raka, aku sudah dewasa. Aku bisa memilih siapa yang bisa menjadi temanku. Kalau kamu cemburu, itu urusanmu. Pada kenyataannya, aku tidak memiliki hubungan apa pun dengannya.
Dia menghela napas panjang, jelas berusaha menahan emosinya. “Gendhis, aku cuma ingin memastikan kalau kamu nggak salah paham. Aku nggak mau kamu merasa aku nggak peduli.”
Aku terdiam, bingung harus berkata apa. Kata-katanya menyentuh hatiku, tetapi aku tidak bisa begitu saja melupakan semua yang sudah terjadi. Dia selalu membuatku kehilangan kata,aku benci diriku yang tidak bisa melupakan dan menghempasnya dengan mudah.
Malam harinya, aku sedang memikirkan pernikahanku dengan Raka. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Ingin bercerai tapi aku memikirkan anakku.
“Gendhis, tolongbuka pintunya,"kata Raka tiba-tiba mengumamkan suara yang bernada rendah.
Aku membukakan pintu, membiarkannya masuk. Namun, sebelum aku sempat mengatakan apa-apa, dia menarikku ke dalam pelukannya. Entah setan apa yang berada dalam dirinya. Pria itu menciumiku bertubi-tubi tanpa membiarkanku bernapas dengan baik.
“Raka, apa yang kamu lakukan?” tanyaku, mencoba melepaskan diri.
“Gendhis, aku nggak peduli apa pun lagi. Aku cuma ingin kamu tahu kalau aku mencintaimu.”
Aku terdiam, hatiku bergejolak mendengar pengakuannya. Namun, luka lama yang masih belum sembuh membuatku ragu. Pria itu menggendongku menuju ranjang. Tubuhku bergetar ketika dia ingin melakukan hal yang membuatku teringat akan traumaku.
"Sayang, aku mencintaimu," ucap Raka mulai menciumi sekujur tubuhku dan menanggalkan kain yang melekat pada tubuh kami.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca...
Tolong baca bab berurutan dan tidak loncat-loncat, ya. Aku sedikit kecewa dengan retensi novel Noah-Alea. Tapi, memang beberapa hari kemarin aku tidak update, mungkin memengaruhi retensi. Semoga retensi novel ini bagus ya, teman-teman.
Ambisinya bikin otaknya jd gk waras.. mending jd ja* lang aja sekalian..