NovelToon NovelToon
Aku, Kamu, Dan Jarak Yang Tak Kasat Mata

Aku, Kamu, Dan Jarak Yang Tak Kasat Mata

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Venus Earthly Rose

"Apa yang Dipisahkan Tuhan takkan pernah bisa disatukan oleh manusia. Begitu pula kita, antara lonceng yang menggema, dan adzan yang berkumandang."
- Ayana Bakrie -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Venus Earthly Rose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rabu 27 Juli 2016

Belakangan sangat terasa mengganggu pikiranku, tentang penjelasan Andra mengenai pernikahan antara seorang Kristen dengan seorang Katolik. Jika mereka saja dianggap berbeda, apalagi aku yang seorang Muslim. Namun, tentu saja pemikiranku ini terlalu jauh, harusnya aku sadar, aku jatuh cinta sendirian, dalam diam, kepada dia. Dia hanya berbaik hati kepadaku. Andra hanya bersikap ramah. Aku terlalu muda untuk membahas pernikahan, ditambah pernikahan yang berbeda. Jujur, aku tak ingin sesuatu yang seperti itu nantinya, aku tak ingin perbedaan itu. Aku sungguh tak ingin. Ah, ku rasa sudah cukup membahas hal-hal seperti ini meskipun ini sangat menggangguku. Terlebih saat Andra bilang apakah sanggup menikah dengan orang lain padahal bukan dia yang dicinta selama ini. Sesuatu seperti ini sungguh berat. Aku hanya ingin fokus dengan hal-hal yang tidak terlalu berat saja untuk ke depannya. Sebenarnya itu pemikiranku sebelum ini, sampai pagi tadi, ketika aku masih di sekolah, Andra kembali mengungkit hal itu, dan kali ini aku mendengar kata-kata indah yang tak ingin ku dengar darinya.

"Na, bagaimana kalau ternyata saya suka sama kamu?" Ketiknya. Dikirim pukul delapan lewat tujuh belas menit. Aku langsung membuka pesannya dan memandanginya lama. Aku hanya diam. Aku bisa pastikan jika kami berdua sedang mengikuti pelajaran di kelas dan sekolah kami masing-masing sekarang. Aku memutuskan untuk menunda membalas pesannya. Aku tak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku. Dia hanya bertanya, bukan menyatakan, namun hal itu membuatku sedikit berharap. Menyebalkan sekali. Bukan Andra, melainkan aku. Aku sebal karena hatiku begitu perasa mengenai sesuatu yang selalu berkaitan dengannya.

Saat jam istirahat tiba, aku memutuskan untuk tidak keluar kelas, aku hanya menitipkan makanan yang ingin ku beli kepada Eve dan Steven yang sudah lebih dulu ke kantin. Aku ingin membalas pesan yang dikirim Andra.

"Memangnya kenapa kamu bisa suka aku? Ini andaikan kalau kamu memang suka aku, loh ya." Tulisku dan langsung ku kirim. Jam saat itu menunjukkan pukul sembilan. Ku harap jam istirahat kami sama.

Kemudian, status terakhir dilihat Andra berubah menjadi online dalam sekejap. Ku rasa dia memang menunggu balasan pesan dariku.

"Bisa. Kenapa gak bisa? Jawab dulu, bagaimana kalau ternyata saya suka sama kamu?" Balasnya.

"Ya nggak apa-apa. Tapi kita beda."

"Iya, kita beda, ya."

Aku terdiam. Akhirnya pembahasan seperti muncul di antara kami. Pembahasan tentang kenyataan kalau kami ini berbeda. Meskipun aku tak tahu Andra memang bersungguh-sungguh mengatakannya atau dia hanya sedang bercanda denganku.

"Gantian, ya, Ndra. Memangnya kenapa kamu bisa suka sama aku?" aku lalu memencet kirim.

"Kamu yang terindah di mata saya. " balasnya.

Aku bertanya-tanya apakah bukan Brian yang sedang membalas pesanku sekarang.

"Kamu Andra, kan? Bukan Bri, kan?"

"Kenapa mikirnya Bri, sih? Wkwkwkwkwk."

"Karena biasanya dia yang ngomongnya kayak gini."

"Kalau Bri itu gombal, Na. Kalau saya nggak. Saya hanya mengatakan apa yang ingin saya katakan ke kamu."

YaAllah, sungguh, kata-kata indah seperti ini yang tidak ingin ku dengar dari Andra.

"Menurut kamu, bagaimana tentang perbedaan kita?" Sambung Andra.

"Dalam segi apa?"  Tanyaku. Aku bertanya-tanya dalam hati, dia tak mempermainkan perasaanku, kan?

"Apapun itu."

"Tak masalah bagiku. Tidak ada perbedaan lain selain keyakinan kita. Aku senang berteman dengan kamu."

"Selain itu?"

"Menyenangkan bisa bertemu dengan kamu, Andra. Aku bersyukur kita ketemu." Tulisku pada akhirnya.

Dia diam lama meskipun dua centang di pojok kanan bawah itu sudah berwarna biru sedari awal pesanku terkirim.

"Iya. Mengenal kamu merupakan salah satu karunia Tuhan yang indah untuk saya. Saya bersyukur atas itu."

"Kenapa kamu tiba-tiba tanya itu?"

"Nggak apa-apa. Na, kamu pernah dengar istilah laki-laki dan perempuan nggak bisa berteman?"

"Pernah, kok. Korelasinya?"

Sungguh. Aku tak ingin membahas ini lebih lanjut. Aku tak ingin berharap mendengar kata-kata indah yang seharusnya tidak dia katakan.

"Saya ingin tahu bagaimana pendapat kamu jika saya suka sama kamu."

Iya. Jika. Kata jika memiliki sinonim kalau. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jika adalah kata penghubung untuk menandai syarat (janji). Andra hanya menanyakan, bukan menyatakan. Ada rasa kecewa di hatiku membaca pesannya, namun aku harus sadar diri. Dia hanya bertanya, Ayana! Dia hanya bertanya. Jadi seperti ini susahnya berteman antara anak laki-laki dan perempuan, pasti salah satunya ada yang melibatkan rasa suka. Aku takut dia mengetahui perasaanku dan dia menjauh hingga tak mau lagi berteman denganku karena merasa risih. Andra teman yang baik.

"Ayana. Saya nungguin loh." Ketik Andra. Dia lalu mengirim stiker lucu yang membuatku tertawa.

"Iya. Aku pernah baca tentang laki-laki dan perempuan yang tidak bisa berteman karena pasti salah satunya melibatkan perasaan. Menurutku itu tergantung kepada orangnya."

"Seperti?"

"Seperti apa, ya. Aku tipe yang lebih mementingkan kesan pertama. Jadi, apapun itu menurutku, ditentukan oleh kesan pertamaku, terkadang ada orang yang saat pertama kali melihatnya, kita menaruh hati kepadanya, ada juga yang tidak, jadi kita hanya menganggapnya teman biasa."

"Kesan pertama kamu ke saya bagaimana?"

"Kamu yang terindah di mataku." Ku putuskan untuk meniru kata-katanya yang membuatku salah tingkah tadi.

Andra lalu mengirimkanku emotikon tertawa.

"Kamu meniru kata-kata saya. Wkwkwkwkwk" Ketiknya.

"Kamu nggak sekolah?"

"Sekolah, kok. Kenapa?"

"Kamu ngirim pesan ke saya pagi banget."

"Saya kepikiran terus, jadi saya langsung chat kamu."

Lalu kami memutuskan untuk menyudahi chatting kami karena Steven dan Eve datang dari kantin membawa semangkuk bakso yang ku pesan.

Saat aku sampai di rumah sore ini, ibuku bilang ada paket yang datang untukku. Iya, itu oleh-oleh dari Andra. Sebuah lampu tidur dan gantungan kunci berbentuk bunga sakura. Aku langsung memasangnya di kamarku, sedangkan gantungan kuncinya ku pasang di tasku. Tentu saja ayah dan ibuku bertanya itu dari siapa, dan ku jawab dari Andra. Mereka maklum, karena belakangan aku sering bercerita kepada keluargaku jika aku berteman dengan Andra. Aku mengirimkan fotonya ke Andra sambil mengucapkan banyak-banyak terima kasih dan dia langsung membalas pesanku.

Sejujurnya aku tak tahu harus berbuat apa dalam menanggapi Andra. Steven bilang Andra juga menyukaiku, namun aku takut itu hanya asumsi Steven belaka dan aku takut menanyakannya langsung kepada Andra. Aku tak memiliki keberanian itu, dan aku juga bertanya-tanya, setelah aku memastikan perasaan Andra, apa yang aku inginkan darinya? Pacaran? Tidak, aku tak suka dan tak ingin berpacaran. Atau malah menikah? Apalagi itu, sesuatu yang mustahil dan kami masih anak di bawah umur yang tak pantas membahas hal itu. Aku takut jika ternyata memang seperti inilah cara Andra memperlakukan teman-temannya. Aku takut dia menanyakan hal itu kepadaku karena dia ingin mengujiku, aku takut jika dia sadar aku menyukainya maka dari itu dia mengujiku.

Hanya mendapatkan pertanyaan seperti itu darinya sudah membuatku banyak berharap jika dia memiliki perasaan yang sama terhadapku. Aku terlalu banyak berharap. Kata-kata yang ia ketik dan kirimkan kepadaku tadi merupakan narasi indah yang tak ingin ku dengar darinya. Mimpi dan ilusi semata. Aku hanya ingin berteman dengannya. Iya, sambil menyukainya dalam diam. Aku sadar kami berada di antara batas. Lalu batas itu, sampai kapanpun takkan pernah bisa ku lewati, jadi lebih baik kami hanya berteman seraya aku mencoba menghapus perasaanku kepadanya.

1
nurul hidayati
ceritanya bagus... cuma direct speech nya aj yg agak banyakin.... biar berasa real aj. good 👍🏻👍🏻
Venus Earthly Rose: oke kak, makasih masukannya 🫶🏻🫶🏻🫶🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!